Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛ં⸼ ᝢ 𝘞𝘦𝘢𝘬| G. Satoru

Weak

Request : ifs102

Pair : Gojou Satoru x Reader

Warning : OOC, typo, alur tidak sesuai manga/animenya

Jujutsu Kaisen © Gege Akutami

Plot by Lemonara

.

.

.


Roh kutukan bermata satu kini lenyap. Pria dengan manik biru tanpa penutup mata itu kini memasang wajah yang begitu dingin. Auranya terasa mencekam tanpa adanya senyum serta nada ceria.

"Ano ... Sensei?"

Kembali tersenyum, pria itu menoleh.

"Ya?"

"Mengapa Sensei ... terlihat begitu ehm ... berlebihan melawannya?"

Pria itu kembali membuang muka. Wajahnya yang tak terlihat kini memasang raut dingin. Manik lautnya berkilat tanpa adanya kurva riang yang terbentuk. Menjawab dengan nada biasa yang kontras dengan auranya, anak didik di belakangnya kini merinding.

"Yah, bukan apa-apa. Hanya ... ada 'urusan' antara aku dengannya,"

***

Duduk di teras kuil, gadis yang mengenakan hakue dan hibakama itu menatap langit. Burung yang melintas disertai kicauan terdengar. Awan putih yang berbentuk menjadi hiburan tersendiri bagi sang gadis.

"Nee-sama?"

Menoleh ke samping, pemuda bersurai putih yang mengenakan kacamata hitam terlihat. Gadis berusia delapan belas tahun itu kini tersenyum lembut.

"Ah, Satoru kah?"

***

"Apa Nee-sama tak bosan?"

Gadis bersurai putih dengan rambut yang diikat ke belakang menggunakan takenaga itu kini memasang raut bingung. Menoleh ke arah lelaki yang duduk di sampingnya, ia kembali tersenyum.

"Tidak kok. Ini adalah pilihan Nee-sama sendiri,"

"Menjadi miko? Mengabdi pada dewa? Tapi Nee-sama, hampir setiap waktu kau habiskan di kuil,"

Gadis itu menyelipkan helai rambut ke belakang daun telinga.

"Tak masalah Satoru. Kuil ini adalah rumah bagiku. Aku ingin menjaga serta melindungi kuil ini,"

Satoru yang kala itu masih terbilang muda, hanya menjawab dengan panggilan lirih. Gadis di sampingnya kini mengangkat tangan kanan. Tepukan di kepala Satoru dapatkan.

"Yosh, yosh, jangan terlalu khawatir atau apa. Aku bahagia kok! Selain itu, bagaimana denganmu?"

Seakan mengingat bahwa ada ribuan kejadian, lelaki itu kembali bersemangat.

"Nee-sama, apa kau tahu?!"

"Hm?"

Senyum lebar Satoru tunjukkan sebagai pembuka dongeng.

***

Jatuh ke dalam asmaraloka terlarang, lelaki itu tak menemukan jalan pulang. Tak bisa memandang selain ia seorang. Sungguh terkadang ia merasa miris akan cinta yang terlarang.

"Satoru? Memikirkan apa sampai kau melamun begitu?"

Tersadar, Satoru menoleh ke kanan. Gadis kuil yang lebih tua dua tahun darinya kini memasang raut cemas.

Satoru sudah memutuskan. Tekadnya sudah bulat. Hari ini, jam ini, menit ini, bahkan detik ini, akan ia utarakan.

"Nee-sama,"

Membuka kacamata, lelaki itu menyelipkannya dikerah kemeja. Gadis di hadapannya memasang wajah bingung seraya menenggadah-menatap Satoru yang lebih tinggi darinya.

"Hm?"

Memantapkan hati, Satoru mengatur napasnya brulang kali. Enam belas tahun hidup, baru kali ini ia merasakan gugup yang teramat. Bahkan keringat dingin serta jantung yang berdetak tak karuan pun baru ia rasakan.

Membuka mata, Satoru menatap dalam manik (Eyes Color) sang kakak.

"Aku menyukaimu,"

Terkejut, gadis itu terdiam sejenak. Beberapa saat, hanya semilir angin yang mengetuk pintu keheningan. Mengulas senyum tipis, gadis itu menaruh tangan di depan dada.

"Aku juga menyukaimu kok,"

Wajah Satoru seketika mencerah.

"Nee-sama-"

"Habisnya, kita ini saudara bukan?"

Hatinya terasa ditusuk ribuan jarum tajam kala kalimat itu terucap dari bibir mungil. Terdiam dengan raut shock, bibir Satoru bergetar.

"-tidak, Nee-sama. Bukan ... bukan itu yang kumaksud. Bukan suka itu yang kumaksud ... "

***

Aku tahu kok

Aku juga menyukaimu, Satoru

Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu

Tapi Satoru, kita saudara

Selain itu, aku adalah gadis kuil. Kau tahu bukan?

Aku minta maaf, Satoru

Dan ... terima kasih

Terima kasih atas cintamu

Aku ... mencintaimu

-Gojou (Name)

***

Berjalan menaiki tangga, lelaki itu tenggelam dalam pikirannya. Gelap gulita menyambut pada malam hari. Tapi, tak urung niatnya untuk menghampiri.

Sampai di depan kuil, ia memasang wajah bingung.

"Mengapa kuilnya sepi sekali?"

Berkeliling guna mencari keberadaan seseorang, firasatnya berkata buruk. Dinginnya malam ini terasa begitu menusuk. Tak seperti biasanya.

"U-uhuk!"

Menoleh ke arah kiri, gadis dengan surai putih itu kini terlentang di atas tanah dengan luka pada perutnya

Mata Satoru membola kaget.

"N-nee-sama!"

"S-satoru ... ?"

Dengan segera, Satoru menghampirinya. Meraih kepala lalu menaruhnya di atas paha, Satoru menatap kakaknya dengan raut cemas.

"Nee-sama?! Bertahanlah!"

Mendorong pelan dada adiknya, gadis itu menggeleng lemah.

"Pergilah, Satoru!"

"Tidak-"

Makhluk bermata satu yang menjadi dalang dari semua ini, menatap mereka berdua. Hendak menerjang, seseorang menghentikannya.

Menenggadah, Satoru dapatkan rekannya tengah menghadap makhluk tersebut.

"S-suguru?!"

Menaruh perlahan kepala kakaknya kembali ke atas tanah, Satoru bersiap membantu Suguru. Tapi kedua tangannya justru ditarik paksa ke belakang.

"O-oi, apa maksudnya ini?!"

"Diamlah Gojou! Kau tak paham?! Dia kutukan tingkat tinggi! Kita masih terlalu lemah!"

"Apa?! Tidak!!"

Satoru beralih menatap kakaknya.

"Nee-sama! Oi Suguru, lepaskan aku!"

Meronta, Satoru mencoba melawan. Dengan sekuat tenaga, Suguru menyeretnya menjauh.

"Tidak! Bodoh sekali kau ini! Dia sudah sekarat! Diselamatkan sekarang pun tak akan sempat!!"

"NEE-SAMA!!"

Suguru memejamkan matanya erat. Turut berduka akan rekannya yang kehilangan.

"Gojou ... sudahlah. Kita harus menjauh,"

Tubuh Satoru gemetar.

"T-tidak ... tidak ... TIDAK!!!"

***

Andai saja saat itu aku sekuat sekarang, mungkin Nee-sama tak akan pergi. Andai saja saat itu aku tak lemah, mungkin aku bisa menyelamatkan Nee-sama.

Mengapa ... saat itu aku begitu lemah? Apakah rasa cintaku padanya juga selemah ini ... ?

***

Duduk di tangga kuil, pria yang mengenakan penutup mata itu kini menunduk. Jiwanya kini berpetualang ke dalam dunia kenangan.

Mengenang kembali kakaknya yang telah pergi belasan tahun silam. Suasana sekitar begitu suram. Angin yang menghibur sesekali membelai paras tampannya. Menjawab hiburan tersebut, Satoru melempar seulas senyum tipis.

Langkah kaki ganda terdengar dari sepuluh meter sebelah kanan.

"Apa yang Sensei lakukan di sini?"

Mendengar suara Yuuji-anak didiknya- Satoru seketika merubah suasana kembali meriah.

"Ah! Yuuji kah?! Sensei hanya mencari angin,"

"Etto, Sensei. Ada yang mau bertemu denganmu,"

Satoru memasang wajah bingung.

"Hm? Siapa?"

Kedua lengan terlipat di dalam lengan kimono putih. Surai panjangnya kini disampirkan ke kanan dengan pandangan teduh serta senyum anggun yang menemani. Berucap satu kalimat dan memanggil nama, setiap kata kini terasa berharga.

"Lama tak jumpa, Satoru. Aku ... merindukanmu,"

Dan siang itu, ketika dua insan yang berpisah dua belas tahun lamanya bertemu. Dengan satu orang sebagai penemu, berdiri di samping wanita berkepala tiga.

Birunya jumantara yang dihiasi oleh ribuan awan, kini menjadi saksi bisu. Kala seulas senyum yang terukir, air yang mengalir menjawab. Manik lautan menunjukkan keelokkannya kala penutup dibuka. Bahkan, sang pengantar pun terkejut melihat orang yang dihormatinya menjatuhkan air mata.

"Nee-sama ... "

Pria itu bersyukur. Tapi hei ...

Mengapa kau baru datang setelah tahun sekian lamanya?

***

Omake

12 tahun yang lalu

"Uhuk!"

Seteguk darah ditumpahkan. Hakue miliknya kini tak lagi putih. Merahnya darah ikut melukis di atas putihnya hakue.

"Hm? Kau masih hidup?"

Sosok yang telah mengusir makhluk bermata satu itu kini berdiri menatapnya rendah. Menenggadah, pandangannya yang perlahan mengabur membuatnya hanya dapat melihat samar.

Buram.

"S-siapa ... kau?"

Sosok itu memiringkan kepalanya. Telunjuk ia taruh didagu dengan gerakan menimbang-nimbang. Seakan menemukan jawaban, sosok itu kini berjongkok menatap sang gadis. Seulas senyum-atau mungkin seringaian-terlukis diwajahnya.

"Mau ... ikut denganku?"

***

1126 words

20 November 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro