Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛ં⸼ ᝢ 𝘚𝘰𝘶𝘭𝘮𝘢𝘵𝘦| G. Suguru

Soulmate

Request : DIXXNIES

Pair : Getou Suguru x Reader

Warning : OOC, typo, alur tak sesuai anime atau pun manganya

Soulmate AU

Jujutsu Kaisen © Gege Akutami

Plot by Lemonara

.

.

.

Suguru menghela napas berat kala misi yang diberi mengharuskannya tuk pergi bersama Satoru—rekannya.

"Kau sudah menghela napas tiga kali loh! Memang apa sih yang salah kalau diberi misi denganku?"

Satoru mendelik. Manik lautan dibalik bingkai kacamata hitam memicing. Agaknya, ia sedikit kesal juga mendengar Suguru yang terus menghela napas berat—terlihat dengan jelas bahwa ia malas pergi dengan Satoru.

"Bukan apa-ap—"

"Lihat~? Dia (Full Name) kan?"

"Haha iya, yang katanya jutek itu ya?"

Dua gadis yang sekiranya anak SMA—sepertinya masih kelas satu—melintas di depan Satoru dan Suguru. Membicarakan tentang gadis dengan nama (Name) yang tentunya bukan hal baik.

Suguru menaikkan sebelah alisnya. Mata tanpa sengaja menatap sosok gadis yang menjadi topik.

Wajahnya datar nyaris tanpa ekspresi. Aura yang dikeluarkan memberi kesan dingin yang membuat sekitar nampak mencekam.

Dan tanpa sengaja, gadis itu menubruknya. Membuat tubuh sedikit oleng namun kembali bangkit.

Ia sedikit menenggadah, menatap Suguru yang memasang wajah kaku.

"..."

"..."

"Maaf,"

Si gadis memilih tuk berucap lebih dulu.

Mata tanpa sengaja melihat bagian dada kiri atas—selangkanya. Terhalang baju. Hanya huruf 'S' yang terlihat.

Sadar bahwa perbuatannya tak pantas, Suguru mengalihkan pandangannya dengan rona merah. Tangan kanan digunakan tuk menutup mulut. Memberi kesan gugup kala tawa canggung ikut terlontar.

"T-tak masalah,"

"S ... Satoru ... ya?"

***

Satoru berjongkok. Tersenyum lebar saat pemandangan dari atas gedung sekolah terlihat.

Menoleh, ia menatap Suguru yang nampak melamun.

"Oi,"

Sedikit menyentak tuk menyadarkan, Satoru memanggil. Suguru nampak sedikit terkejut, ia menoleh dengan kening berkerut.

"Apa?"

Satoru terkikik geli. Beralih, kini ia kembali menatap ke arah bawah. Seulas senyum timbul.

"Sudah menemukan soulmatemu? Mungkin memang masih lama ... tapi jika kita tak menemukannya hingga dipenghujung usia tiga puluh ... kau tahu sendiri,"

Suguru menaikkan sebelah alisnya. Agaknya, ia sedikit bingung dengan Satoru yang tetiba membicarakan hal ini.

"Ya. Aku tahu. Mengapa menanyakan hal itu?"

"Hanya bertanya,"

"Belum,"

Satoru menoleh. Sejenak, ia terdiam.

"Begitu ya,"

"Kau sendiri?"

Satoru menggeleng. Tanda bahwa ia pun sama belum menemukannya.

"Di dada kiriku tertulis Shoko. Tapi aku tidak tahu dia siapa,"

Suguru mengangguk kecil pertanda paham.

"Kukira gadis asing itu,"

"Kau sendiri? Siapa nama yang ada di dada kiri?"

Suguru kembali sadar. Ia menatap Satoru. Sedikit menaikkan alis, ia berpikir sejenak.

"Aku ... ?"

"Ya kaulah,"

"Entahlah, Satoru. Mungkin saja, ini hanya kebetulan,"

"Yang namanya (Name) di dunia ini ... banyak kan?"

***

Menginjak usia dua puluh, perlahan sifatnya berubah. Pria dengan surai panjang nan lebat—yang diikat kebelakang—memandang pantulan diri dalam cermin. Beberapa luka terlihat pada bagian tubuh atas yang telanjang.

Namun, matanya kini tertuju pada ukiran.

Ukiran yang akan muncul saat berusia lima belas, di bagian kiri atas dada. Sebuah nama yang akan menjadi belahan jiwanya.

Dimana jika tak ditemukan hingga penghujung usia tiga puluh, kesialan dalam hubungan apapun akan terus terjadi hingga ajal menjemput. Memang tak masalah bagin si pria jikalau hanya itu masalahnya.

Tapi mati dengan jiwa yang tak utuh itu ... bukanlah sesuatu yang lucu bukan?

Tangan kanan terangkat. Mengelus pelan ukiran nama pada dada kiri.

"(Name) ... "

***

Mungkin ini terdengar memalukan. Agaknya ia pun sedikit malu mengakui kalau pikirannya sekarang ... terlalu percaya diri?

Nama yang terlihat kala itu berinisial S. Dahulu ia berpikir jika Satoru adalah orang itu. Namun, bagaimana jika ia salah? Melainkan S adalah inisial dari namanya. Suguru.

Kutukan tingkat rendah dipanggil. Perintah ia keluarkan dengan nada santai—meski sesungguhnya terdengar sedikit mengerikan.

"Kau cari wanita ini,"

Foto seorang wanita dikeluarkan si atas meja. Suguru kembali memasukkan tangan ke dalam lengan bajunya.

"Lihat, perhatikan. Siapa nama yang ada di dada kiri atasnya. Jika sudah, laporkan padaku. Jangan lakukan hal lain, apalagi melukainya,"

***

Suguru tertawa kencang. Mahito di sampingnya—dengan senyum khas—menoleh. Sedikit memiringkan kepala tanda bingung. Jemari kini sesekali mengetuk pipa besi.

"Hm? Apa yang kau tertawakan, Getou?"

Suguru menoleh. Beberapa saat yang lalu, kutukan yang ia beri perintah melapor. Suguru tak bisa berhenti tertawa karenanya.

"Bukan apa-apa,"

"Iyakah? Nampaknya suasana hatimu sedang baik,"

Suguru menunduk. Kedua tangan ia masukkan ke dalam saku jaket hitamnya. Ia menyeringai.

Dalam hati, ia menertawakan diri yang begitu bodoh. Bagaimana bisa setelah hampir sepuluh tahun lamanya dia baru sadar sekarang?

"Yah, memang,"

Mahito semakin mengembangkan senyumnya. Nampak tertarik akan alasan rekannya yang terus tersenyum.

"Ada apa memang?"

Suguru menurunkan dagunya. Seringai pada wajah kian melebar.

"Hei Mahito, kalau aku membawa seseorang lagi dengan kita, boleh kan?"

Mahiro memiringkan kepalanya. Mencoba mencerna akan maksud dari pertanyaan sang rekan. Sedetik kemudian, ia tersenyum lebar.

"Tentu saja boleh!"

Mahito menyeringai.

"Soulmate ya? Sayang sekali, sepertinya dia akan jadi manusia yang tak bisa kusentuh. Tidak ada untungnya juga rasanya jika harus berurusan dengan Getou,"

***

Memekik kaget saat diri ditarik ke dalam kegelapan. Sebenarnya tidak kasar. Hanya karena tiba-tiba, tentu saja ia merasa terkejut.

Di kegelapan, ia mencoba berontak.

"Ugh! Lepas—"

"Hei, tenang,"

Tangan berhenti memukul. Kening berkerut. Nampak berpikir sejenak. Merasa kenal dengan suara yang tak asing. Ia perlahan menoleh ke belakang. Sedikit menenggadah guna menatap sosok berambut panjang—diikat ke belakang— dengan tindikan hitam di telinga.

Ya.

Dia ingat.

"Kau ... yang waktu itu kan?"

Sosok itu mengangguk.

Pelukan pada perut—sejujurnya, posisi tadi adalah si wanita yang dipeluk dari belakang—melonggar. Membuat wanita itu dengan perlahan membalikkan badannya.

Tangan yang meraba dada lawan bicara, tanpa sengaja membuat jaket hitam bagian kiri terbuka. Menampakkan namanya yang terukir manis di dalam sana.

"E-eh?"

Suguru tersenyum tipis. Nampak lega saat wanita dalam dekapannya menatap tak percaya.

Kening bersatu. Hembusan napas hangat menerpa pipi yang merona. Tangan yang melingkar pada pinggang dieratkan. Membuat si wanita dengan refleks mendekat—dimana jarak yang terkikis membuat tubuhnya menempel.

"Akhirnya aku menemukanmu ... (Name),"

***

Omake

"Ya, ya, ya. Sejak kapan mau dalam posisi begitu? Popcornku sudah habis~"

"Mahito? Sejak kapan kau ada di sana?"

"Getou bo~doh. Aku di sini sejak tadi,"

"Apa aku harus menonton ini?"

"Jogo, jangan berkata seperti itu. Setidaknya kita bisa menonton drama gratisan,"

"..."

"..."

"Mereka siapa?"

"Aku tidak kenal, abaikan saja,"

"Apa—hei?! Jahat!"

***

1001 words
26 Desember 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro