❛ં⸼ ᝢ 𝘗𝘳𝘰𝘮𝘪𝘴𝘦| I. Toge
Promise
Pair : Inumaki Toge x Reader
Request : aikatsuchara
Warning : OOC, typo, alur tak sesuai anime/manga
Jujutsu Kaisen © Gege Akutami
Plot by Lemonara
.
.
.
Hening menyelimuti tempat tersebut. Hanya semilir angin yang menerbangkan sakura gugur, serta membuat surai panjangnya menari-nari.
Sebuah senyum tipis tercetak di bibirnya.
Tanpa suara. Tak ada air mata pula di sana. Hanya ada hati yang menyimpan jutaan rasa.
Dapat ia baca gerakan bibir si gadis yang berucap lirih.
"Aku janji,"
***
"Hah!"
Membuka mata dengan wajah terkejut, pemuda itu dapati dirinya keringat dingin. Tatapan khawatir dari gadis di hadapannya kini menjadi hal pertama yang ia lihat.
"Kau tak apa?"
Mengangguk ragu, pemuda itu kembali bersandar.
"Kau terlihat lelah dan kurang tidur,"
"Tuna?"
Duduk di samping sang pemuda, gadis itu menaruh tangan di atas pangkuan. Disusul gerakan halus, kepala sang terkasih kini ia taruh di atas paha. Cukup terkejut, namun pemuda itu tak melawan.
Tersenyum lembut, elusan yang memberi rasa nyaman ia berikan.
"Sepertinya kau mimpi buruk. Apa aku benar?"
Toge mengangguk lemah.
"Apa itu tentangku? Kau memimpikanku?"
Toge kembali mengangguk. Mengulas senyum tipis, kecupan singkat ia daratkan dikeningnya.
"Tak apa. Aku ada di sini. Bersamamu. Aku tak akan pergi,"
"Tun—"
Ckrek!
"..."
"..."
"Maki! Mengapa kau nyalakan suaranya?!"
"Diam panda bodoh! Aku mana tahu!"
"Zenin-senpai ... "
"Selain itu, apa sih hubungan Inumaki-san dengan (Lastname)-san? Mereka terlihat sangat dekat. Inumaki-san juga sepertinya nurut sekali. (Lastname)-san juga mengerti apa yang dikatakannya ya?"
"Kugisaki, kau tak tahu ya?"
"Hah?"
"(Lastname)-senpai itu pacarnya Inumaki-senpai,"
"..."
"..."
"Hah?"
***
"Pergilah,"
"Eh? Zenin-san—"
"Kau dan Inumaki jarang punya waktu untuk kencan kan? Jadi sekarang kan sedang luang. Kalau pun ada urusan semacamnya, akan kuurus,"
(Name) yang tak enak kini memegang ujung seragam Maki.
"Zenin-san, aku tak mau merepotkanmu,"
Menyentuh puncak kepala gadis yang lebih pendek darinya—hanya sedada—Maki mengulas senyuman khas.
"Ayolah. Kita sudah kenal cukup lama, (Name),"
"Zenin—"
"Ayolah (Name), Toge. Sekali-kali kan tak masalah! Paling tidak pulangnya bawakan aku oleh-oleh!"
Menoleh ke arah Panda, gadis itu tersenyum.
"Panda-san ... "
Mendorong pelan punggung sang gadis, Maki mendekatkannya ke arah Toge.
"Sana main!"
"Salmon,"
"I-iya Zenin-san, terima kasih!"
***
"Etto, kita ke mana?"
"Sawi,"
"..."
***
"Kita jarang keluar seperti ini. Ada tempat yang ingin kau temui?"
(Name) menyatukan kedua tangannya. Menautkan jari jemari, ia dapati dirinya tengah gugup.
Memang, tak jarang mereka bermesraan. Bahkan tak tahu waktu dan tempat. Sekolah, atau dimana pun. Namun, terhitung jarang mereka jalan bergandengan tangan. Sebab seringnya jalan dengan Maki, Yuta, dan Panda.
"Kemari,"
Sedikit tersentak kala bukan isian nasi kepal yang diucapkan, uluran tangan di hadapan mata terlihat. Pemuda dengan kerah seragam yang tinggi itu memertahankan wajah datarnya.
Paham, seulas senyum diberikan. Layaknya menyambut uluran tangan seorang pangeran dari luar kereta kuda, gadis itu tersenyum lebar.
"Ayo,"
***
"Mimpi apa yang kau alami tadi, Toge?"
Menoleh ke arah gadis yang tengah menginjakkan kaki di atas permukaan air, cipratan pada kaki tak terelakkan. Bayangan lembayung yang tengah melukis di atas sana terpantul di atas birunya laut.
"Tuna,"
Terkikik, gsdis itu kini mengukir senyum sendu.
"Toge,"
Memasang raut bingung, pemuda yang berdiri cukup jauh itu kini sedikit mengerutkan keningnya. Ah— ralat. Dia kini berjalan mendekat. Tak peduli dengan dirinya yang malas jika harus basah kuyup, kemungkinan gadisnya yang akan melakukan tindakan bodoh adalah hal utama.
Toge harus menjaganya.
"Ada yang harus kubicarakan padamu,"
Melangkah mendekat, (Name) menaruh kedua tangan didada Toge. Mendekatkan tubuh, kedua tangan kekar melingkar dipinggangnya.
"Aku harus pindah ke Kyoto,"
"?!"
Toge memasang raut terkejut. Mata membola tak percaya. Rahang kini terbuka tanpa suara.
"Aku minta maaf telat memberitahumu. Aku akan pergi esok hari,"
"..."
"Aku akan mengirimkanmu kabar setiap hari,"
"..."
Menurunkan kerah tinggi tanpa izin, bibir dengan kedua sisi pipi yang dihiasi tanda kutukan terlihat. Menyusup masuk, kini elusan lembut di pipi kiri pemuda itu dapatkan.
Menyentuh permukaan halus kulit kekasihnya, tangan itu kini menggenggamnya cukup erat. Alis kini ia tautkan dengan bibir yang ia gigit.
"Jangan,"
"..."
Pelukan pada pinggang dieratkan.
Posesif.
Tak kuasa menahan semua ini, pemuda itu menatap sendu gadisnya. Sungguh, hubungan jarak jauh itu terbilang cukup sulit. Membutuhkan rasa saling percaya yang sungguh besar. Jarak antara Kyoto dengan Tokyo pun tak bisa dibilang dekat.
"Aku tak akan berpaling darimu,"
Berjinjit, kecupan singkat dipipi gadis itu daratkan.
"Aku belum puas,"
Terkikik kecil mendengar jawaban sang pemuda, gadis itu kini beralih menangkup kedua pipinya. Mendekatkan wajah, ia kembali berjinjit. Dekat, hembusan napas hangat terasa. Perlahan tapi pasti, ciuman pertama dalam dua tahun kisah mereka kini terjadi.
Menjauhkan wajah, tangan kanan Toge beralih mengusap lembut bibir sang terkasih. Rona merah timbul kala ia sadar bahwa ini adalah ciuman pertama mereka.
Bibir ranum mengulum senyum.
"Berjanjilah,"
Sang pemuda berucap. Mengangguk, sang pemilik hati kini memeluknya.
Erat. Benar-benar erat hingga ia berpikir bahwa jika ia melepaskannya, kekasihnya akan pergi dan takkan kembali.
"Aku berjanji,"
***
796 words
26 November 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro