Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛ં⸼ ᝢ 𝘗𝘦𝘵| G. Satoru

Pet

Pair : Gojou Satoru x Sister!Reader

Warning : OOC, typo, dan lainnya

Mafia AU

Jujutsu Kaisen © Gege Akutami

Plot by Lemonara

.

.

.

S.

Sebuah nama kelompok yang terdengar familiar ditiap telinga para penghuni dunia gelap. Sebuah kelompok yang begitu terkenal. Yang setiap harinya bersembunyi di tengah ribuan manusia dalam Tokyo.

S itu terkenal.

Tapi tentu saja bukan karena hal baik bukan?

***

"He~ Nii-san! Aku mau itu!! Mau itu!!"

Gadis berusia tiga belas tahun memanyunkan bibirnya. Alis menukik sebal dengan kaki yang ia hentakkan.

Satoru yang berdiri di sebelahnya terkikik geli. Pria yang menjelang akhir kepala dua itu kini menoleh.

"Hamster kah?"

Si anak gadis mengangguk semangat.

"Kumohon!!"

Satoru mengulas senyum tipis.

"Tentu,"

***

Hewan kecil itu mencicit. Berlari ke sana ke mari tanpa henti. Terlihat hiperaktif tanpa adanya rasa lelah. Berlari menghampiri tiap sudut kandang, loncat ke dalam bak berisi pasir, kemudian bermain dalam roda putar.

Sepasang mata biru langit bersinar kala penampilan dari peliharaan menarik atensi. Mulut membulat dengan seruan semangat. Kedua tangan mengepal depan dada.

"Whoah!! Hebat! Hebat!! Dia tidak lelah ya memangnya?"

Satoru mengusap pelan puncak kepala sang adik.

"Ini kan malam. Wajar saja. Kalau pagi atau siang, biasanya mereka tertidur,"

Si adik mengangguk semangat. Merasa senang mendapat informasi terbaru tentang peliharaannya.

Menoleh ke arah kiri, senyum lebar dengan pipi merah merona diberikan.

"Terima kasih, Satoru Nii-san!"

***

Satoru mulai merasa tak nyaman. Rasa sedih pun ikut hinggap dalam dada kala kaki menginjak lantai rumah pada malam hari. Saat pulang tak lagi disambut pelukan hangat mau pun pekikkan senang.

Hanya ia yang menyaksikan sendiri sang adik terlalu asik bermain dengan peliharaan barunya.

Manik biru langit dibalik bingkai kacamata hitam meredup.

***

Satoru memandang lekat-lekat kandang peliharaan kecil sang adik. Nampak kotor dengan bau yang begitu menyengat. Satoru mengerutkan kening disertai dengusan napasnya.

Berdiri, ia mengedarkan pandangan.

"(Name)? Di mana kamu?"

Sebuah kepala menyembul dari balik dinding. Tersenyum lebar dengan lambaian tangan yang diberi.

"Aku di sini, Nii-san!"

Satoru membenarkan jas hitamnya. Mendekat ke arah lemari kaca-ada di dekat dinding sebelah (Name)-Satoru membenarkan dasi yang sedikit berantakan.

"Kandangnya sudah bau. Kenapa tak kau bersihkan hm?"

Satoru bertanya tanpa menoleh.

(Name) memunculkan tubuhnya. Ia nampak begitu rapi dengan seragam sekolahnya.

"Aku sibuk dengan urusan sekolahku!!"

"..."

Satoru menghela napas berat.

"Tapi dia kan peliharaanmu,"

***

Setetes likuid bening terjatuh. Kemudian disusul dengan terbentuknya aliran sungai pada pipi. Mengusap kasar wajah, air yang keluar tak kunjung berhenti. Jeritan yang menunjukkan rasa sakit akan kehilangan pun terdengar.

Satoru memasang wajah sendu. Dengan perlahan, kedua tangannya merengkuh tubuh mungil sang adik. Menaruh dagu di atas puncak kepala dengan tangan yang mengelus surai putih saljunya.

"Nii-san ... dia ... dia mati,"

***

Bagi (Name), hamster peliharaannya adalah hal berharga. Teman baru yang menemani kala sinar matahari menyengat tubuh. Tatkala sang kakak berujar sampai jumpa lalu pergi begitu saja. Kemudian kembali pulang pada malam hari.

Bahkan terkadang, Satoru tidak pulang. Sendiri di rumah sudah menjadi hal biasa baginya.

Namun sendiri di dalam rumah sebesar ini ... membuatnya sedikit merasa hampa.

Mungkin sebab itu pula tempo hari-ketika sang kakak mengajaknya berjalan-jalan-terlintaslah ide dibenak untuk membeli peliharaan.

Namun, karena kelalaiannya ...

Dia mati.

Peliharaannya mati.

***

"Dimana ya aku menaruh gunting?"

Diri bertanya bingung kala gunting yang dibutuhkan tak kunjung ketemu. Meja belajar sudah tak lagi rapi dengan buku serta alat lain yang berceceran.

"Oh! Kamar Nii-san?!"

Tersenyum lebar, si gadis memasuki kamar kakaknya. Mendekati laci berwarna putih, gerakan membuka perlahan ia lakukan.

Kurva terbentuk kala mata menangkap benda yang dicari.

Tangan terulur, mengambil sebuah gunting. Namun kini gerakan terhenti kala sebuah benda lain dalam sana menarik atensinya.

Mata membola dengan alis yang berkerut. Mulut terbuka lebar dengan tubuh yang gemetar.

"I-ini ... "

***

"Aku pulang,"

Pintu tertutup. Kaki kini melangkah di atas lantai dengan sandal rumah sebagai alas. Satoru melepas jasnya. Menaruh asal di atas sofa, dasi yang terpakai ia kendurkan.

Bernapas lega saat menyisakan kemeja putih dengan kancing atas yang terlepas, kini alis tertaut kala sepasang mata dalam bingkai hitam menangkap sosok adik yang belum tertidur.

***

Bagi (Name), Satoru adalah kakak terbaik. Satoru adalah ayah terbaik. Satoru adalah teman terbaik.

Satoru adalah segalanya.

Dan karena itu ... tahu bahwa yang membuatnya merasakan sakit ini adalah orang yang ia cintai, membuat rasa sakitnya berkali lipat.

Bukankah ini terdengar ironis?

"Nii-san,"

Satoru tersenyum.

"Ya?"

Kepala menenggadah. Menatap pria jangkung di hadapan yang tengah mengulas senyum lebar. Mata perlahan memanas. Tangan gemetar bergerak. Menaruh sebuah wadah berisi sesuatu berwarna merah muda ke atas meja.

Satoru terdiam.

"Mengapa kau bisa memiliki ini?"

"..."

"Saat kemarin aku membersihkan dan membuang peralatannya, aku menemukan ini. Nii-san ... kumohon ... jangan bilang kalau kau-"

"Iya. Aku yang melakukannya,"

Tubuh membeku dengan napas tercekat. Si gadis mungil kini sebisa mungkin menahan jeritannya. Namun air mata yang kalah sudah lebih dulu terjatuh. Perlahan dari pipi turun menuju dagu. Bersatu, kemudian jatuh.

"Aku yang membunuhnya,"

***

Semenjak kejadian itu, hubungan kedua saudara Gojou merenggang. Sang kakak yang menyibukkan diri dengan 'kerjaan'nya, serta sang adik yang melarikan diri.

Dia tak mau bertemu Satoru.

Setidaknya, untuk sekarang.

***

Masih ingat huruf pada paragraf pertama cerita ini?

S.

"Gojou-san, pergilah duluan. Biar saya yang-"

Ucapan si pria berkepala tiga terhenti kala sebuah benda mungil meluncur menembus kepalanya. Meninggalkan lubang tepat di tengah dahi dengan darah yang mengalir. Tubuh perlahan tumbang.

Pria dengan surai seputih salju melempar asal jas hitamnya. Dan dengan kebetulan terjatuh di atas mayat tersebut.

Ia berlari menjauh. Pistol dalam genggaman ia pegang erat. Sesekali kepala menoleh ke belakang, mengecek apakah musuh masih mengejar.

Dia sial.

Dia dijebak.

Kurang lebih seratus anak buahnya di kota Tokyo bagian pusat telah dihabisi. Bau anyir yang menusuk indra menciuman membuatnya sesekali mendengus.

Pantofel hitam yang digunakan menginjak kubangan darah, menciptakan cipratan dari cairan tersebut. Dan kemudian, ia berhenti berlari kala mata dibalik bingkai menatap sesosok gadis yang membeku.

(Name).

"Nii-san ... "

Satoru.

Pria yang merupakan pemimpin dari kelompok S itu menengok ke belakang. Kosong. Sepertinya dia berlari cukup cepat hingga mereka terlambat mengejar ke dalam gang.

Memasukkan pistol ke dalam saku, Satoru dengan kasar meraih pergelangan tangan (Name).

"(Name), ayo-"

Dirinya membeku kala tepisan kasar diberi. Si gadis mundur perlahan dengan tubuh gemetar.

Dia takut.

Dia terlalu takut dengan kakaknya saat ini. Kemarin, peliharaannya saja dibunuh. Lalu sekarang? Lihat. Keadaan Satoru yang mengerikan. Darah yang mengotori kemeja putih dengan pistol yang ia miliki.

Tak ada jaminan bahwa (Name) akan tetap bisa hidup bukan?

Pikiran bahwa Satoru akan membunuhnya kini membanjiri benak si gadis.

"(Name) ... "

"M-menjauh!"

Satoru memasang wajah sendu. Pria itu kini merasa sedih. Bisa saja dia dengan kasar meraih tangan adiknya.

Tapi itu hanya akan memperburuk keadaan.

"Aku hanya perlu mengulur waktu,"

Satoru mengangguk simpul.

"Dengar. Aku minta maaf atas pel-"

"Tidak penting!"

"..."

Si gadis menenggadah.

"Itu tidak penting lagi ... "

Derap langkah kaki di belakang mereka perlahan menggema. Diiringi teriakkan serta suara cipratan air, mereka semakin mendekat.

Satoru kini berjongkok. Menyamakan tingginya dengan sang adik. Kacamata hitam khasnya kini terjatuh. Kemudian terinjak hingga hancur lebur.

Mata biru langit meredup. Tubuh penuh luka dibalik kemeja putih terlihat secara samar. Sang adik menatap tak percaya kala satu kalimat yang akan ia sesali kelak keluar bersamaan dengan pelatuk yang ditarik.

"Aku membencimu, Satoru Nii-san,"

***

"Kau memang membenciku, (Name). Tapi kau membutuhkanku bukan?"

***

Omake

Bagi Satoru yang hidup di dalam dunia gelap sejak lama, senyum serta cahaya sang adik adalah segalanya.

Senyum yang terlukis bersamaan dengan ucapan selamat datang kala kaki menginjak lantai seusai pulang kerja adalah hal sederhana yang berharga.

Tawa manis yang lolos dari bibir mungilnya adalah hal terindah.

Dan kebahagiaannya, adalah hal yang paling Satoru inginkan.

Ia tahu, sang adik pastinya merasa sepi jika ia tak ada tuk menemani. Oleh sebab itu ia mengizinkannya memelihara hewan mungil dengan putih serta lebatnya bulu itu.

Namun, rupanya ada dampak buruk.

Satoru perlahan tersisihkan.

"Andai saja hewan itu tak kubelikan ... mungkin sekarang (Name) akan berlari memelukku, lalu mengucapkan selamat datang,"

***

Aku menyesal. Maafkan Nii-sanmu ini ya, (Name)? Maaf aku tidak bisa membuatmu bahagia. Maaf aku sampai membunuh peliharaanmu.

Maafkan aku untuk semua hal yang terjadi.

Tapi ketahuilah

Bahwa rasa cinta dan sayangku padamu, itu tulus dan nyata

***

1356 words
19 Desember 2020

Note : saya gak tau racun tikus yang kalian tau warna apa, tapi setau saya warna pink gitu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro