
❛ં⸼ ᝢ 𝘓𝘢𝘤𝘶𝘯𝘢| Unknown
Lacuna
Pair : Unknown x Reader
Warning : OOC, typo, alur tak sesuai anime/manga
Jujutsu Kaisen © Gege Akutami
Plot by Lemonara
.
.
.
Lacuna
(n.) a blank space; a missing part
.
.
.
Note : untuk kali ini, saya pakai reader POV. Dan maksud dari unknown ini adalah, pairnya masih dirahasiakan.
.
.
.
Sadar
Namun tak memudar
Hingga kenyataan kini menampar
***
Karena kamu adalah duniaku. Karena kamu adalah segalaku. Semua yang kau lakukan, kan kucoba maklumi.
"Kita putus,"
Lelaki itu berucap. Aku menggeleng kencang.
Hei, mengapa kau tega mengatakan hal itu?
"Apa?? Tidak!! Aku tidak mau putus!!"
Kugenggam erat lengannya. Menggeleng kencang, kurasakan air mata mengucur deras.
"Huh?! Lepaskan aku, (Name)! Kau tak sadar?? Selama ini, aku hanya menganggapmu mainan! Aku tak pernah serius denganmu, paham?! Aku pun merasa terbebani dengan semua tanggung jawab ini!!!"
Oh ... sialan.
Jantungku begitu nyeri bagai diiris sembilu. Tak bisa berkata. Terdiam seraya menangis pilu.
—jadi selama ini, selama dua tahun ini, kau hanya menganggapku mainan?
***
Aku tahu. Sejak dulu, sifatmu yang seperti itu bagai pedang bermata dua. Kau memang membuatku nyaman dengan sifatmu yang humoris.
Kau suka bercanda. Aku menyukai tiap candaan konyol yang kau lontarkan.
Namun, tak pernahkah kau menganggap serius kita?
Hubungan ini ... bukan hal yang patut dijadikan candaan.
***
"Aku minta maaf. Sudah?! Puas?!"
"Bukan maaf yang kubutuhkan!! Kau yang kubutuhkan!!"
Aku berteriak.
Tak apa.
Tak apa jika aku dijadikan mainannya. Aku tak peduli. Asal kau tetap menjadi milikku, tetap bersamamu, itu sudah cukup tuk menutupi kekosongan hati.
"Kubilang kita putus! Berhenti merepotkanku (Name)!! Kau sering mengeluh tentang merasakan sesuatu yang hilang bukan?! Cari saja bagianmu itu—"
"AKU TAK PEDULI LAGI!! AKU HANYA MAU KAMU!!!"
"ARRGHH SIALAN, BERHENTI MENGIKUTIKU!!"
Kumohon. Tak bisakah ... kau tetap bersamaku?
***
Diriku malang
Dengan bagian yang menghilang
Kucari namun tak kutemukan
Sebenarnya, apa yang hilang?
***
Kesampingkan tentang pria itu, aku merasakan sesuatu yang aneh.
Aku tahu.
Dia pun benar. Aku sering kali mengeluh. Aku merasa sesuatu dalam diri ini menghilang. Jiwaku terasa kosong meski bibir pada wajah terus melukis kurva. Bahkan tawa yang tercipta rasanya tak bermakna.
Kukira itu kamu. Hideyoshi Yokina.
Namun, mengapa denganmu pun aku merasa hampa? Aku tetap merasa kosong. Aku tetap merasa ... bagian diriku yang lain tetap hilang.
***
Berjalan dengan langkah lunglai di tengah ribuan manusia yang lalu-lalang, kehampaan semakin menjadi. Aku semakin merasa hilang dalam dunia ini. Aku semakin merasa tenggelam dalam jurang kehampaan. Kosong luar dalam.
Tubrukan pada bahuku tak terelakkan. Oleng, kurasakan tubuh bersiap tuk menghempas tanah.
Oh sial, bahkan tenaga tuk mencoba bertahan pun tak ada.
Sebuah tangan melingkar diperutku. Membantuku berdiri tegak, seorang pria tersenyum canggung. Aku menatapnya dengan pandangan hampa.
"Ah, maaf,"
Ia melepaskan tangannya.
"Lain kali, berhati-hatilah,"
"..."
Pria itu berlalu. Tanpa sadar, mataku terus mengamati punggungnya yang mengecil. Ucapan terima kasih pun tak lolos dari bibir mungil.
Oh, perasaan apa ini?
Ini ... tak sama saat aku bersama dengan Yokina. Ini berbeda.
Aku merasa ... hidup?
***
Ini aneh.
Aku hanya berpapasan dengannya. Aku hanya mendengar dua kalimat darinya. Rupanya pun hanya sekali aku lihat.
Namun, bagaimana bisa aku tak lupa?
Maksudku, aku baru saja putus. Dengan pacar yang telah bersamaku selama dua tahun.
Tapi bagaimana bisa pikiranku dengan mudah teralihkan? Aku tak bisa berhenti memikirkannya. Pria yang membantuku waktu itu.
Siapa sebenarnya dia?
***
Aku kembali merasa kosong.
Aku tidak kuat.
Aku tak paham lagi. Aku benci merasa kosong seperti ini. Tugas kuliah, bekerja, dan semua kesibukkan tak kunjung membuatku kembali merasa semangat. Atau setidaknya perasaan manusiawi lainnya seperti lelah.
Aku hanya merasa kosong. Hampa. Semua terasa memuakkan.
Pintu rooftop kubuka. Tiap langkahku disambut oleh belaian angin. Sungguh lembut nan sejuk kurasakan. Tapi tetap, tak ada kurva yang terbentuk pada bibir.
Kakiku kini mendekati pagar pembatas. Kedua tangan mencengkram erat pada besi. Pandanganku jatuh pada jalan raya.
Oh sialan.
Ini menakutkan.
Mungkin seharusnya aku tak kemari. Aku tahu jelas bahwa aku sendiri benci ketinggian.
Lebih tepatnya, aku takut ketinggian.
"Langit senja sore ini indah bukan?"
Tersentak, aku menoleh ke belakang. Pria yang kemarin menolongku, kini bersandar di samping pintu rooftop.
Dengan tubuh bergetar, kubalik perlahan tubuhku.
"Kau ... yang kemarin. Aku mau berterima kasih,"
Senyum tak pernah pudar dari wajahnya.
"Tak masalah, (Name),"
Aku tersentak.
"Bagaimana bisa kau tahu namaku?!"
Eh? Apa-apaan senyuman sendu itu?
"Tidakkah kau merindukanku? Atau setidaknya merasa kenal denganku?"
"..."
Kau benar. Aku merasakannya. Lantas, siapa sebenarnya dirimu?
"Kau kenal Yokina?"
Deg!
Dia kan ... pac—ah. Dia mantanku.
"A-aku mengenalnya,"
"Aku juga,"
"..."
"Ingatanmu saat berusia delapan belas tahun hilang bukan?"
"!!!"
B-bagaimana bisa dia?!
"Aku tahu,"
"Apa ... ?"
"Kau tahu (Name),"
Pria itu membuka penutup matanya. Manik sebiru lautan terlihat. Rambut yang tadinya melawan gravitasi, kini terjatuh.
Indah.
"Aku merindukanmu,"
***
"Kau tak mau ke atas?"
"Tidak, aku benci ketinggi—"
"Kau tak benci. Kau takut,"
"..."
"Ada aku,"
"Arggh baiklah baiklah! Suatu hari nanti, aku akan ke atas sana,"
"Entah mengapa kalimatmu membuatku takut,"
"Aku bilang lari!!"
"Tapi Satoru—"
"(Name)!"
"Dia kehilangan sebagian ingatannya,"
"..."
"Yokina, aku menitipkannya padamu,"
"Apa?! Dia kan pacarmu!"
"Bersamaku hanya akan membuatnya semakin sering terluka. Aku tak suka melihatnya terluka seperti ini. Jagalah dia. Aku percaya padamu,"
"Oi— Gojou!!"
"Suatu hari nanti, bila memang kami berjodoh, mungkin takdir akan menyatukan kami,"
"Tapi—"
"Kupercayakan dia padamu, Hideyoshi Yokina."
***
"Gojou ... Satoru,"
Bibirku tanpa sadar berucap. Pria itu mengulas senyum tipis.
"Gojou Satoru. Umur dua puluh satu. Dan ... pacarmu, (Full Name). Benar kan? Kita masih pacaran kan? Dulu aku tidak bilang putus sih. Jadi kita masih pacaran,"
"..."
Aku terdiam. Ah ... sialan. Aku tahu. Aku paham.
Apa yang selama ini kurasakan. Kekosongan, kehampaan, aku tahu.
Bagian hilang yang selama ini kucari. Bagian hilang yang selama ini kupikirkan.
Bukan Yokina.
Tapi dia—
"Jadi ... kau? Yang selama ini kucari, hm? Gojou ... Satoru?"
Melempar senyum, tubuhku bergerak dengan sendirinya. Menerjang pria tersebut, tanganku meremas punggungnya. Dapat kurasakan air mataku mengalir. Balasan kudapatkan dengan dagu yang kini bertengger dipuncak kepala.
"Iya, ini aku. Aku minta maaf ... tak menemuimu lagi sejak kejadian itu. Aku merindukanku. Aku ingin memelukmu setiap saat. Apalagi ketika aku mendengar kau dan Yokina berpacaran,"
"Lantas!!! Lantas ... mengapa?"
Satoru mencium puncak kepalaku. Hangat.
"Karena aku mencintaimu. Aku tak mau kau terluka karenaku. Tapi sekarang berbeda. Aku adalah yang terkuat. Jadi, aku akan melindungimu."
"..."
"..."
"Baka ... Satoru ... bodoh ... "
Pria itu tersenyum.
"Iya, aku bodoh. Tapi kau mencintai pria bodoh ini kan?"
"Uhm ..."
***
1052 words
1 Desember 2020
Ada yang merasa gak asing sama FF ini? Apa ada yang mikir FF ini berhubungan sama ch Mommy? Kalau ada, selamat.
Kalian bener.
AHAHAHAHHAHAHA.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro