Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛ં⸼ ᝢ 𝘉𝘳𝘰𝘬𝘦𝘯 𝘈𝘯𝘨𝘦𝘭| F. Megumi

Broken Angel

Request : aikatsuchara

Pair : Fushiguro Megumi x Reader

Warning : OOC, typo, alur tak sesuai anime/manganya

Jujutsu Kaisen © Gege Akutami

Plot by Lemonara

.

.

.

Mungkin, rumor bahwa bidadari pernah jatuh ke bumi itu benar adanya. Dan mungkin juga, gadis itu adalah reinkarnasinya. Atau mungkin, ia adalah bidadari itu sendiri.

Dia manis. Dia cantik. Dia tangguh. Dia kuat. Dia itu ... sempurna.

Tapi siapa sangka, semua itu hanya cangkang belaka?

Bahwa sebenarnya, ia hanyalah gadis malaikat yang rapuh.

***

"Fushiguro-san!"

Menoleh ke kiri, gadis berparas manis memanggilnya. Sejenak, ia terpana.

"..."

Sampai di hadapannya, gadis itu mengulas senyum lembut.

"Kau mau pulang?"

"Ya,"

"Ah, kalau tak keberatan, mau pulang denganku?"

Megumi mempertahankan wajah datarnya.

"Hah?"

Terkikik, gadis itu kembali tersenyum.

"Aku mengajakmu untuk pulang bersama,"

"..."

"..."

"Ayo,"

***

Awalnya, kukira kau itu betulan malaikat

Iya, kau adalah malaikat tanpa sayap yang Dewa utus tuk turun ke bumi

Seratus persen aku yakin

***

"Kalau kuingat-ingat, kau belum makan siang ya? Tadi Gojou-sensei terlalu ketat sih,"

Terkikik geli, gadis dengan surai sepunggung itu menutup mulut dengan anggunnya. Helai panjangnya menutupi hampir setengah wajah.

"Iya,"

Hanya balasan singkat yang terdengar.

"Mau makan di rumahku? Ah— maaf. Kalau kau tak mau tak apa kok! Aku tak ada niatan lain. Aku hanya ingin membantumu,"

Terdiam sejenak, Megumi berpikir. Melirik ke arah perut, dapat ia rasakan cacingnya yang menggeliat meminta makan. Ingin menolak, namun rasa laparnya sudah menjadi. Ingin menerima, ia sedikit sungkan. Agaknya, ia sedikit banyak tahu tentang gadis malaikat ini.

"Tak apa, Fushiguro-san. Aku bisa memasakkanmu sesuatu kok!"

"Baiklah. Jika itu tak merepotkan,"

***

Kau, adalah malaikat

Bagiku, dan bagi semua orang

Tapi, mengapa malaikat sepertimu harus mengalami ini semua?

***

"Fushiguro-san, kau tunggu di engawa ya. Aku akan ganti baju dulu sebentar,"

Berucap demikian, sang gadis melepas sepatunya. Menaruh ditempatnya, kaki melangkah di atas tatami.

"Ya,"

Mengikuti apa yang dilakukan gadis di hadapannya, lelaki itu menelisik tiap detail rumahnya.

Rumah bergaya Jepang yang cukup besar. Terhitung rapi.

"Mengapa tak tinggal di asrama?"

"Itu ... ini adalah peninggalan keluargaku. Aku ingin menjaganya,"

"Kau tinggal sendiri?"

"Hm? Ah ... ya, begitulah."

Dan untuk seseorang yang tinggal sendiri, gadis itu cukup hebat untuk membagi waktunya. Apalagi membersihkan rumah sebesar ini.

***

Tak tahu mau kemana, kaki tanpa izin menelusuri rumah sang gadis. Tangan pun ikut menyentuh. Terkadang, debu halus yang bahkan hampir tak terasa, ia sentuh.

Menggeser pintu shoji, tubuhnya membeku.

"F-FUSHIGURO-SAN?!"

"..."

BRAK!

"..."

"..."

Keduanya terdiam. Sang pelaku bersembunyi di balik shoji. Jantung berdebar tak karuan kala mata menangkap yang tak seharusnya ia lihat.

Ah, iya.

Kalian benar.

Megumi tanpa sengaja melihatnya. Gadis itu yang tengah mengganti baju. Memang dirinya merasa malu serta gugup kala melihat lekuk tubuh milik (Name). Namun, bukan hal itu yang membuatnya terkejut.

"(Lastname),"

"I-iya?"

"Sebelumnya aku minta maaf,"

Rona merah menjalar. Gadis yang tengah mengenakan tsumugi itu mengulum bibir. Dengan sedikit gugup, ia menyentuh dadanya. Mencoba meredam suara jantungnya yang menggila, gadis itu mengatur napasnya.

"T-tidak apa-apa ... "

Megumi terdiam sejenak.

"Tadi ... aku melihatnya,"

Mata membola kala mendengar kalimat tersebut. Dada berdenyut dengan kepala tangan yang tercipta.

"Luka itu ... kau. (Lastname), kau dipukuli? Mengapa kau tak melawan balik? Atau setidaknya—"

"Fushiguro-san,"

"..."

"Sumimasen. Sepertinya ... ini bukan urusanmu,"

***

Menggeser shoji, gadis dengan surai panjang yang menjuntai indah terlihat. Tsumugi dengan bahan benang katun ia gunakan.

Sebab pembicaraan serta kejadian tadi, suasana canggung hadir. Tak ingin berlama-lama dalam keadaan seperti itu, Megumi memutuskan tuk angkat bicara.

"Kau memakai ... tsumugi?"

"A-ah,"

Menyelipkan helai rambut ke belakang daun telinga, rona merah muncul tanpa sadar.

"Iya. Maaf, apa aneh?"

"Tidak, kau cantik,"

"..."

"..."

"Terima kasih," kurva terbentuk kala kepala menunduk. "Fushiguro-san,"

***

Duduk di engawa, gadis dengan kimono tsumugi kini menaruh kedua tangan di atas pangkuan. Sepiring tempura disajikan.

"Sumimasen, Fushiguro-san. Aku hanya bisa menyiapkan ini,"

Memasukkan sesuap tempura ke dalam mulut, lelaki itu mengunyahnya perlahan. Usai menelan, ia terdiam sejenak.

Heran tak mendapat jawaban, dapat (Name) rasakan jantungnya berdegup kencang. Apa masakannya tak enak? Dan tunggu, bukankah mereka berdua saja di dalam rumah sebesar ini?

"Ano Fushiguro-san. Maaf kalau—"

"Enak,"

Mengerjap tak paham gadis itu kini mengulas senyum lembut.

"Uhm, arigatou,"

Hening melanda. Angin menyapa dengan daun yang bergesekan. Rumah bergaya Jepang kini terasa sedikit hidup dengan adanya dua insan tersebut.

"Terima kasih sudah mau mampir ke rumahku Fushiguro-san,"

Sedikit menunduk, gadis yang tengah mengantar sang tamu mengulas senyum ramah. Megumi yang tak nyaman mengangkat tangannya. Dengan gerakan canggung, tepukan dikepala ia daratkan.

"Eh?"

Mengerjap tak paham, gadis itu membatu. Megumi dengan bodohnya ikut membatu. Tersadar, kini ia menggaruk pipi dengan telunjuk tangan lainnya.

"M-maaf. Habisnya, kau memperlakukanku seperti majikan. Aku itu bukan majikanmu,"

Mengangkat kepala, sang gadis menenggadah guna menatap lelaki yang lebih tinggi darinya.

"Fushiguro ... -san,"

"Aku ini temanmu."

***

Iya, aku temanmu

Untuk sekarang

Tidak tahu kalau nanti

***

Dan, waktu berlalu. Begitu cepat. Tak terasa dan kini, akhir bulan Juli. Ketika suhu di Jepang meningkat drastis, festival musim panas serta pertunjukkan kembang api akan berlangsung di seluruh penjuru Jepang.

Tak menggunakan yukata ataupun tsumugi yang biasa ia gunakan, gadis dengan seragam Jujutsu itu kini berdiri di pesisir pantai. Angin yang berdesir pada malam ini, membelai lembut wajahnya. Ombak yang menyapu pantai kini kembali surut. Airnya yang terasa dingin menusuk kulit, tak urung membuatnya menjauh.

Terkadang, kaki terluka tanpa sengaja kala karang tajam menusuk telapak kaki.

Dan, laut menyuruhnya menjauh. Dengan teguran halus dari sang dewa laut, Poseidon tak rela bila gadis malaikat sebaik dirinya mengakhiri hidup.

Alam melarangnya. Alam mencegahnya. Tidak, ia tak boleh pergi bila Tuhan belum memanggil.

"(LASTNAME)!"

Teriakkan seorang pemuda mengalihkan atensinya. Menoleh, ia membelalakkan matanya terkejut. Sedikit mundur hingga air semata kaki, gadis itu memiringkan kepalanya bingung.

"Fushiguro ... -san?"

Bertanya dengan nada lirih, sang pemuda yang mendengar seakan tercabik.

Gadis itu, kesepian.

Gadis itu, terluka.

Padahal ia, tak layak diperlakukan demikian kejamnya bukan? Dia memang baik, bukannya munafik.

Berdiri dengan jarak sepuluh meter, mengharuskan mereka tuk mendekat—atau mungkin berteriak jika ingin suara mereka sampai— tapi tidak.

Megumi tak mendekat.

Mengepalkan kedua tangan di sisi, mata ia pejamkan kuat-kuat. Berdiri tegap seraya menarik napas panjang, debaran jantung yang menggila ia rasakan.

"(FULL NAME) AKU MENYUKAIMU!!! JADILAH PACARKU!!!"

Banyaknya orang yang lalu-lalang tak jauh dari sana—tempat berlangsungnya festival—bahkan mendengarnya. Seolah tertarik, mereka yang penasaran kini mendekat.

"A-apa ... "

Membekap mulut tak percaya, likuid bening bersiap tuk meluncur.

Megumi menatap serius gadis di hadapannya.

"AKU MENYUKAIMU, KUMOHON! JADILAH PACARKU!"

Sorak sorai dari banyaknya manusia yang melihat kini mengiringi.

Gadis itu, tak bisa menolak. Gadis itu, tak mungkin menolaknya.

Namun, dirinya membatin.

"Pantaskah aku bersanding dengannya?"

Seakan paham, Megumi kini kembali menarik napas panjang.

"AKU TAHU APA YANG KAU PIKIRKAN!!! TAK USAH PIKIRKAN APAPUN!!! JAWAB SAJA SESUAI ISI HATIMU!!"

Dan malam itu, ketika kembang api diluncurkan, dada keduanya bergemuruh. Rasanya hati meletup bagai kembang api raksasa yang tengah ditunjukkan. Tak dapat ditahan, likuid mengalir dengan seulas senyum. Bibir kelu tak dapat berkata. Namun dengan paksa, ia berucap.

"Tentu ... aku mau,"

***

Dan jika kau merasa sepi
Aku ada di sini

Dan jika kau terluka
Aku kan maju paling pertama

Karena mulai sekarang
Kita kan terus bersama

***

Omake

"Yah ... syukurlah aku diterima. Akan memalukan jika aku ditolak,"

"Hohoho, akhirnya muridku menyatakan cintanya juga,"

"Sensei ... bagi popcornnya dong,"

"OI KALIAN, KOK MENINGGALKANKU SIH?!"

"Whoah, kouhaiku punya pacar! Ahahahaha!"

"Maki, ayo minta makana—"

"Panda, jangan seperti itu,"

"Yuuta, kau terlalu bai—"

"Shake,"

"..."

***

1215 words
30 November 2020

Semangat buat kalian yang ujian.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro