❛ં⸼ ᝢ 𝘉𝘢𝘣𝘺| N. Kento
Baby
Pair : Nanami Kento x Wife!Reader
Warning : OOC, typo, alur tak sesuai anime atau pun manganya
Jujutsu Kaisen © Gege Akutami
Plot by Lemonara
.
.
.
"Aku ingin punya anak," jeda sejenak. "Ralat. Ibu bilang dia ingin punya cucu,"
Kening Kento berkerut. Usai mengendurkan dasi, ia menoleh ke ambang pintu. Dimana wanita yang lebih muda dua tahun darinya tengah berdiri.
"Maaf?"
Wanita itu bersedekap. Menyandarkan punggung ke dindin—setelah maju sedikit—ia menghela napas kesal.
"Ibumu, ibuku. Dan semuanya. Keluarga kita. Kento, kita sudah menikah satu tahun. Kau juga tahu bukan, kita menikah bukan karena cinta, tapi paksaan keluarga,"
Kento melepas penutup matanya. Menaruh di atas ranjang, ia perlahan membuka kancing rompi—seraya mendengarkan ocehan istrinya.
"Lalu, kau mau bagaimana, (Name)-san?"
"..."
Kancing rompi terbuka seutuhnya. Mengangkat kepala saat tak mendengar jawaban, ia menatap sang istri yang tengah berpikir.
"(Name)-san?"
"Mengadopsi anak? Lagipula selama setahun ini juga kita tak pernah berhubungan kan?"
"..."
"Toh sekitar empat tahun lagi kita tinggal cerai saja. Menunggu sebentar tak ada salahnya bukan?"
Alis Kento berkedut. Sedikit tak nyaman saat sang istri berbicara tentang cerai begitu lancar dari mulut. Sesantai itu.
"Tapi (Name)-san, cerai—"
"Apa? Tak mau cerai?"
"..."
"Memang tidak, (Name)-san,"
***
Kento keluar dari kamar. Bahkan setelah setahun menikah, keduanya tidak tidur sekamar—meski pernah sekali saat bulan madu, mertua Kento memaksa mereka.
Menuruni tangga, ruang makan nampak sedikit ramai—biasanya sepi sebab keduanya yang sama-sama sibuk. Menghampiri wanita yang tengah mengolesi selembar roti tawar dengan selai kacang, Kento membenarkan jasnya.
"Apa ada acara yang melelahkan nanti? Tak biasanya kau sarapan, (Name)-san,"
Wanita itu melirik lewat ekor mata tanpa ekspresi.
"Kento, bisa panggil namaku saja? Kita sudah menikah. Satu tahun. Kau tahu? Aneh saja rasanya jika suami memanggil istrinya dengan akhiran -san,"
Gerakan merapikan jas terhenti, Kento terdiam sejenak.
"Baiklah. Akan kucoba,"
***
"Na~namin~!"
Yuuji memanggil dengan nada khas. Mengikuti tempo langkah kaki gurunya, Yuuji memasang cengiran lebar.
Kento tetap melangkah tegak tanpa menoleh.
"Ada apa, Itadori-kun?"
"Menemani saja. Aku bosan! Lalu saat jalan-jalan, eh tahunya bertemu denganmu,"
Yuuji menjawab dengan heboh. Hingga beberapa pejalan kaki menoleh. Merasa terganggu. Menyadari hal itu, Kento berkomentar.
"Tolong kecilkan suaramu, Itadori-kun,"
"Siap—eh?"
Yuuji mendadak berhenti. Kening berkerut dengan batin bertanya-tanya. Rasa penasaran muncul, Kento ikut menghentikan langkahnya.
"Ada apa?"
"Itu ... bukannya Gojou-sensei? Tapi dengan siapa dia di sana? Seorang wanita?"
Yuuji menunjuk dengan dagu. Paham, Kento ikut menolehkan kepalanya. Manik di dalam penutup mata sedikit melebar kala sosok yang dikenalnya, tengah bercengkerama dengan seniornya. Gojou Satoru.
"(Name) ... -san?"
***
"Aku pulang,"
Memasuki rumah dengan tema monokrom, wanita itu mengganti sepatunya menjadi sandal rumah. Sampai di ruang tengah, ia mengerutkan kening saat suaminya masih terjaga di atas sofa.
"Kento?"
Kento menoleh.
(Name) menaruh tasnya di atas single sofa, disusul dirinya yang ikut duduk.
"Ada apa? Tumben menungguku?"
"Aku akan langsung ke intinya. Apa kau berselingkuh?"
(Name) tersentak.
"A-apa maksudnya?!"
"Dengan Gojou-san. Aku melihat kalian berdua siang ini,"
"Cih. Lalu?! Aku kan hanya jalan biasa dengan Satoru!"
"..."
Kento semakin mengerutkan keningnya.
"Dia bahkan memanggil nama pertamanya ... "
Kento menghela napas berat. Ia berdiri. Bersiap tuk beranjak pergi.
"Terserahmu kalau mau selingkuh atau bagaimana. Tapi baiknya, tunggu sampai tiga atau empat tahun dulu,"
Kening sang istri berkerut.
"Hah?"
"Tunggu sampai kita cerai,"
"—dan kuharap, kita tidak akan pernah cerai,"
***
Wanita itu menyalakan pematiknya. Mendekatkan sebatang rokok pada cahaya jingga yang menyala, kemudian melepas rokok dari jepitan bibir. Menghembuskan napas lewat mulut, kepulan asap keluar dari sana.
"Berhentilah merokok, tak baik untuk kesehatanmu,"
Satoru berujar kala kepulan asap menerpa wajah. Membuatnya terbatuk dan dengan refleks melambaikan tangan—menyingkirkan asap tersebut.
Wanita tersebut menoleh. Menatap datar, kemudian hening sejenak. Ia menghela napas berat sebelum akhirnya menjatuhkan puntung rokok ke atas jalanan. Kemudian, menginjaknya hingga hancur lebur. Membiarkan abu dari rokok menyatu dengan aspal jalanan.
"Sudah,"
Satoru tersenyum tipis. Sedetik kemudian, wajahnya berubah serius.
"Ini ... sudah hampir tiga minggu bukan, ketika Yuuji dan suamimu memergoki kita?"
"..."
"Lantas, mau kapan kau memberitahunya kalau—"
"Malam ini,"
Ucapan Satoru terpotong kala wanita itu menolehkan wajahnya.
"Hm?"
"Malam ini ... aku akan memberitahunya,"
***
"Kento, kau sibuk? Boleh aku masuk?"
Wanita itu mengetuk pintu kamar Kento. Sang suami menyahut dari dalam.
"Tidak. Masuk saja,"
Membuka pintu kamar, pemandangan sang suami yang mengenakan pakaian kantornya—tinggal kemeja tanpa rompi, sepertinya baru ia lepas—terlihat.
Kento berjalan menuju ranjang, lalu mendudukkan diri di sana.
"Ada apa, (Name)-san?"
(Name) mendekat. Melempar sebuah benda ke arah ranjang—di bagian samping kanan Kento—wanita itu kemudian bersedekap.
Kento mengerutkan kening, sebelum akhirnya mata membola kaget saat melihat benda tersebut.
"T-test pack?!"
(Name) dengan wajah tanpa ekspresi mengangguk.
"Aku hamil,"
Kento menoleh.
"Hamil? Anak siapa? Seingatku ... kita tidak pernah berhubungan,"
Sang istri mendengus.
"Ini anakmu, Kento. Apa kau tak ingat kejadian waktu itu?"
"..."
"..."
"T-tidak ... "
Kento menunduk.
Membekap mulutnya sendiri. Ia bingung antara harus senang atau terkejut. Ia senang istrinya hamil. Namun, ia juga bingung. Siapa ayah dari anak yang dikandungnya? Apa benar Kento ayahnya? Atau ... Satoru?
"Tapi aku tak ing—"
Ucapannya terhenti saat ia menenggadah. Wajah sang istri nampak begitu dekat. (Name) menyeringai.
"Benar kau tak ingat?"
Kento mengangguk kaku. Dirinya semakin berkeringat dingin saat jemari lentik membelai halus pipinya.
"Kalau begitu ... "
Sang istri perlahan mendorongnya. Membuat tubuh Kento berbaring di atas ranjang, dengan ia di atasnya. Kento semakin berkeringat dingin. Apa maksud semua ini?
(Name) tersenyum miring.
"... akan kubuat kau ingat."
***
Omake
Sekitar tiga minggu yang lalu
Usai berbicara dengan sang istri—yang berujung dengan pembahasan cerai—Kento masuk ke dalam kamar. Meraih sebotol alkohol, kemudian meminumnya.
"Minum sebotol ... tak masalah bukan?"
Iya, tak masalah. Toh sesudah itu kau akan mabuk, dan melupakan 'semua' itu.
***
936 words
1 Januari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro