Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛ં⸼ ᝢ 𝘈𝘵𝘮𝘢| F. Megumi


Atma

Request : CindyAtika2515

Pair : Fushiguro Megumi x Reader

Warning : OOC, typo, alur tidak sesuai anime/manganya

Jujutsu Kaisen © Gege Akutami

Ploy by Lemonara

.

.

.

Atma

(n.) nyawa; jiwa

.

.

.

Ketika yang namanya cinta sudah dirasakan, apapun akan dilakukan. Hati dingin yang beku akan dilelehkan. Panasnya api dapat dipadamkan. Bahkan yang tak dapat berekspresi pun, kini seulas senyum dapat diberikan.

Memeluk lengan sang kekasih, gadis itu tersenyum lebar.

"Libur sekolah hari ini sa~ngat~ menyenangkan! Kau tahu apa alasannya?"

"Apa?"

Gadis itu tersenyum lebar.

"Karena akan kuhabiskan dengan Megumi!"

***

Tetap berekspresi datar kemanapun, namun semua berbeda ketika menatapnya. Mata memicing tajam pada para pria bermata keranjang yang mengintip paha sang gadis yang terekspos.

Tak ingin miliknya dilihat, lelaki itu membuka outer miliknya.

"Kemari,"

Gadis yang tengah menyantap es krim itu hanya menatap bingung kekasihnya. Menurut, ia berbalik guna menghadap lelaki yang lebih tinggi darinya.

"Angkat tanganmu,"

Kembali menurut, kedua tangan ia angkat sedikit. Melingkarkan tangan yang memegang outer miliknya, lelaki itu mengikatnya dengan gerakan perlahan dipinggang sang gadis.

"Eh? Ada apa?"

Megumi memberikan seulas senyum tipis. Sangat tipis.

"Hm?"

Mengelap sudut bibir sang kekasih yang dinodai oleh es krim, lelaki itu menjilatnya.

"Bukan apa-apa,"

Rona merah menjalar kala sadar apa yang dilakukan oleh lelaki di hadapannya. Mencoba mengalihkan perhatian, gadis itu kembali memeluk lengan sang lelaki lalu membuang wajahnya.

"M-mou! Ayo pergi!"

***

Langit mendung mendominasi kota Tokyo. Awan putih kini berubah kelabu dengan guntur yang sesekali menyapa.

Ketika ia dengan bodohnya membiarkan sang gadis pergi ke dalam bangunan tua yang dihuni kutukan tingkat tinggi, rasa sesal kini menjalar dihatinya.

Tak ingin dilanda rasa khawatir serta cemas berlebihan, ia berlari menyusul kekasihnya.

"Ck, oi Fushiguro! Jangan masuk ke sana! Itadori sekarat, kau juga terluka parah!"

Teriakkan dari rekan perempuan ia abaikan. Darah yang mengucur kini menyatu dengan keringat. Rasa perih dan sakit pada tubuh tak sebanding dengan cemas pada hati.

"Diam!"

"Fushiguro— sialan! Dimana Gojou-sensei?!"

***

Ketika jatuh cinta, apapun akan dilakukan. Apapun akan diberikan. Semua akan dilupakan, dan hanya ia seorang yang dipandang.

Ketika jatuh cinta, nyawa pun akan rela kau beri bukan?

Berlari, kedua kaki terasa mati. Luka yang tak diobati kini ternodai—sepertinya akan terinfeksi. Tak peduli, lelaki itu terus mencari.

"(Name), dimana kamu?!"

Melirik kiri kanan, akhirnya ia temukan sang terkasih tengah terduduk lemas. Satu hal yang membuat amarahnya tersulut dengan perasaan berkecamuk.

Tangan kanan gadis itu tak ada.

Merintih tanpa suara, air yang mengalir menjadi pengganti. Bibir serta tubuh gemetar hebat. Memegangi tangan kanan, cairan merah pekat berbau amis kini mengucur deras.

"(Name)!!"

Lelaki itu berlari. Mendengar namanya dipanggil, gadis itu menoleh dengan wajah terkejut.

"Megumi, jangan kemari!!"

"Grrh ... "

Geraman makhluk di hadapan mata kini terdengar. Tak ingin kekasihnya terluka, gadis itu segera bangkit. Darah yang mengucur kini menjadi jejak langkahnya. Bersamaan dengan itu, makhluk menjijikkan berlari ke arah Megumi—hendak melahapnya.

"MENJAUHLAH!!"

Hendak lompat melindungi Megumi serta dirinya, hanya dorongan pada bahu sang terkasih yang tersampaikan.

Terjatuh, Megumi membelalakkan matanya tak percaya kala gumpalan daging tak berotak melahap setengah tubuh gadisnya.

"Akh!"

Darah mengucur serta menyebar ke segala arah. Rasa sakit terasa hingga kini tubuhnya mati rasa. Menarik kedua sudut bibir, mulut mungilnya berucap lirih.

"Teruslah hidup,"

Membuka mulut, kini sebuah kalimat kembali terucap dengan terbata. Diakhiri batuk darah, kelopak matanya tertutup. Membulatkan mata tak percaya, tubuh sang lelaki gemetar hebat.

"S-suki ... "

***

Satu bulan berlalu. Lelaki dengan wajah datar itu kembali pada dirinya yang lalu. Hatinya kembali beku tanpa celah sedikit pun.

"Hei, kau yakin akan terus begini?"

Nobara bertanya seraya mendudukkan diri di tangga. Megumi yang bersandar pada dinding menatapnya heran. Seakan paham, Nobara melanjutkan.

"Kau tahu bukan, (Lastname) tak akan tenang kalau kau seperti ini,"

"Diamlah. Ini bukan urusanmu,"

Nobara menggeram.

"Ini urusanku! Kau temanku! Kau tahu?! Aku sedih! (Lastname) adalah sahabat baikku! Semenjak pindah ke Tokyo, dia menyambutku dengan tangan terbuka! Dia adalah gadis yang baik dan manis! Tapi, dia sudah tak ada. Kau harus relakan dia! Jika kau terus terikat dengan masa lalu, kau pikir itu akan membuatnya senang?!"

Megumi menunduk.

"Ck, sialan! Sudahlah!"

***

Ikhlaskan aku, Megumi

Relakan aku, ya? Biarkan aku tenang

Carilah sosok lain yang dapat meluluhkan hati bekumu. Untuk kedua kalinya

Tenang, aku tak akan marah. Aku akan senang apabila kau bahagia. Meski sedikit sesak dan tak rela rasanya jika kau bersanding bukan denganku. Jangan terus terikat denganku, Megumi. Tapi ... kumohon, jangan lupakan aku

Hehe, (Name) sayang Megumi

Jangan menyusulku terlalu cepat

Terima kasih sudah mau menjadi kekasih (Name)

***

Ketika semilir angin menyapa, daun yang bergesekkan bersuara. Surai lebatnya kini menari. Angin kencang membawa kembali kenangan. Ketika ia merasakan perasaan yang menyedihkan. Menyenangkan, namun menyakitkan jika disimpan.

Dengan seikat bunga yang ditaruh di atas nisan, lelaki itu kembali berdiri.

"Maaf, aku tak bisa menyelamatkanmu waktu itu,"

Berucap lirih, rasa sakit kembali menjalar dalam dada. Perasaan bersalah kembali muncul. Ingin menenangkan, semilir angin seakan berbisik tak apa.

"Aku ... aku belum membalas perkataanmu waktu itu kan?"

Pertahanan mulai goyah kala bibir gemetar. Mengucapkan nama sang terkasih kini terasa sulit. Mengerjapkan mata, ia berupaya agar likuid bening tak jatuh.

Setidaknya, tidak di sini. Tidak di hadapan kekasihnya.

"Aku ... aku juga ... mencintaimu,"

Runtuh sudah pertahanannya. Dinding serta benteng yang ia bangun agar tak kembali memakai hati, kini kembali berfungsi.

Ketika ucapan tulus terucap dari bibir, serta perasaan yang terpendam juga semua beban yang diemban terlepas. Gadis di atas sana mengulas senyum. Setidaknya, ia bisa tenang di sana.

"Aku juga mencintaimu ... (Name),"

***

Omake

"Urusanmu dengan dunia ini sudah selesai?"

Ketika sosok serba hitam dengan sabit bertanya, sang gadis manis hanya tersenyum. Mendengar kata hati sang terkasih, serta ia yang telah mengikhlaskannya, jiwa gadis itu kini dengan tenang berkelana di nirwana.

"Ya, urusanku ... sudah selesai."

***

931 words
18 November 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro