Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❛ં⸼ ᝢ 𝘈𝘭𝘸𝘢𝘺𝘴| R. Sukuna

Always

Pair : Ryomen Sukuna x Reader

Warning : OOC, typo, alur tak sesuai anime/manganya

Jujutsu Kaisen © Gege Akutami

Plot by Lemonara

Note : sambungan ch Human & Amerta. Bagi yang belum baca, saya sarankan baca dulu biar gak bingung

.

.

.

Serpihan rasa rindu berjatuhan bagai butir salju pada musim dingin. Kini rindunya mekar layaknya bunga sakura pada musim semi. Begitu banyak dan tak terhitung jumlahnya. Kubangan darah serta tumpukan mayat kini tersamarkan dengan segala pemanis rasa rindu. Ruang tanpa batas, pun lengkap tanpa waktu, kini berganti menjadi ruang rindu.

"Sejak kapan kau kenal (Lastname)-sensei?"

Sang raja kutukan kini menunduk. Menatap 'wadah'nya yang tengah menenggadah-menatap dirinya.

"Aku mengenalnya. Jauh ... sebelum kau kenal dia,"

Yuuji menunduk. Otaknya kini dipenuhi berbagai macam asumsi tak masuk akal.

Apa Sukuna-yang katanya merupakan kutukan terkuat, sebut saja raja kutukan, jatuh cinta pada manusia biasa?

Apa itu mungkin?

Tak ingin ambil pusing, Yuuji kini menghela napas berat. Berharap tiap hembusannya kini ikut membawa beban pikiran menjauh.

Seakan ingat sesuatu, Yuuji kembali menatap Sukuna.

"(Lastname)-sensei meminta untuk bertemu denganmu,"

"Kapan?"

"Malam ini,"

***

Keduanya kini duduk di dahan pohon. Sang wanita melepas helai kainnya. Menaruh di pangkuan, kedua tangan ia taruh di atasnya. Sang lelaki kini duduk bersandar. Sebelah kaki ia tekuk.

Menoleh ke samping kiri, wanita itu tersenyum.

"Apa ada yang salah dengan wajahku? Mengapa memperhatikanku sebegitunya?"

Sukuna mendengus geli.

"Siapa yang memperhatikanmu hah?"

(Name) terkekeh. Wanita itu kini menenggadah. Menatap bulan yang tersenyum. Kurva terbentuk, menyapa bulan yang nampak kesepian.

"Malam hari ini, bulan terlihat cantik ya,"

Refleks, Sukuna ikut menatap langit malam. Ia tersenyum.

"Ya. Dulu kau tak bisa melihatnya bukan?"

Wanita itu mengangguk.

"Sekarang aku bisa,"

"Dan kau bisa menatapnya sepuasmu,"

***

"Apa saat itu, setelah kau membantai warga desa, kau disegel?"

Sukuna mengangguk.

"Lihatlah. Aku malah mendapat wadah seperti bocah ini,"

(Name) terkekeh.

"Dia anak yang baik kok,"

Sukuna mengerutkan keningnya. Sedikit tak terima kala kalimat pujian tersebut terlontar dari mulut wanita yang ia cintai. Apalagi bukan ditujukan tuk dirinya.

"Terserah,"

(Name) beralih menangkup pipinya.

"Hei, kau marah?"

Sukuna mengerutkan keningnya. Mata ia lirikkan ke arah lain.

"Hah? Marah? Mana mung-"

"Tuh, kau marah!"

Sukuna menatap (Name) sebal.

"Apa-"

"Tapi tenang saja! Kau kan selalu jadi yang terbaik!"

"..."

***

Wanita dalam pangkuan kini dipeluk erat.

Kembali, di tempat bersejarah mereka mengukir sebuah kenangan. Rasa rindu terobati kala keduanya kembali jatuh hati tuk ke sekian kali. Layaknya remaja yang beranjak dewasa, kisah cinta yang abadi kembali terukir.

"(Name),"

Sukuna memanggil. Dirinya hendak meminta sang wanita tuk berjanji. Namun secuil ego dalam diri membuatnya sedikit ragu. Agaknya, ia sedikit tak yakin akan jawaban sang kekasih meski semua yang terjadi telah menjadi saksi.

"Iya?"

"Aku ingin kau berjanji satu hal padaku,"

Sukuna mengeratkan pelukannya.

"Janji?"

"Ya,"

Sang wanita menoleh ke belakang dengan alis tertaut.

"Janji apa?"

"Untuk selalu bersamaku,"

"..."

Wanita itu tersenyum. Ia mengelus pipi sang kekasih.

"Akan kuusahakan yang terbaik,"

***

"Aku minta maaf,"

Memegang tangan Sukuna, wanita itu menggigit bibir bawahnya.

Sukuna terdiam. Mulutnya sedikit terbuka. Ia terdiam tanpa suara. Alis berkerut dengan mata yang membara.

"Apa maksudmu huh?"

Likuid bening yang hendak jatuh, kini tertahan kala kelopak mata bergerak. Dada begitu ngilu bagai diiris sembilu. Sang raja pun kini mengerti akan arti sesungguhnya dari rasa sakit.

"Kita tak bisa bersama, Sukuna,"

Sang raja beralih memegang pundak wanitanya.

"Tak bisakah kau berbohong?! Atau apa?! Setidaknya, katakanlah kalau kita akan terus bersama!"

Wanita itu menggeleng kencang.

"Tapi kita tidak bisa,"

Cengkraman Sukuna melonggar.

"Lantas ... setelah kau membuatku tergila-gila padamu, jatuh cinta padamu, dan menunggumu ratusan, bahkan ribuan tahun lamanya!!"

Sukuna menyipitkan matanya. Dada yang naik turun tak karuan kini mulai teratur. Nada suara mulai merendah.

"Dan sekarang kau mau meninggalkanku?"

Wanita itu menangis. Hati kini menjerit, berharap suaranya akan sampai pada sang kekasih.

"Aku harus menikah,"

"Lalu aku?"

"Ini tubuh Yuuji. Dia muridku,"

Sukuna menggelengkan kepalanya. Menatap tak percaya, senyum sinis ia ukir. Dadanya kini begitu sakit. Ribuan tusukkan belati yang ditancap pada dada mungkin akan lebih baik dari pada luka batin yang ditimbulkan dari ini.

"Jadi kita berakhir?"

***

Sukuna terduduk di atas tumpukkan mayat. Ruang rindu kini mulai menghilang layaknya butiran salju yang meleleh. Bahkan Yuuji pun dibuat bingung sebab kesadarannya yang kembali tiba-tiba.

Secuil rasa tak rela timbul meski amarah yang membara mendominasi. Apakah ini sebabnya sang kekasihu tak menjawab ketika janji tuk selalu bersama ditanyakan?

Proposal cinta yang ia ajukan kini terbakar. Perlahan, cahaya jingga melahapnya hingga menjadi abu.

Sukuna ingin berteriak menyuarakan isi hati. Apa pengorbanan serta semua yang ia lakukan selama ini berujung sia-sia? Sekarang ia paham mengapa banyak sekali manusia yang berubah hanya karena cinta.

Dan Sukuna sadar bahwa ia selama ini tenggelam dalam euforia sesaat.

"Padahal kukira kita akan selalu bersama,"

Sukuna mengangkat kepalanya. Manik merah darah berkilat dengan senyum sinis yang terukir.

"Manusia memang seperti itu ... ya?"

***

830 words
8 Desember 2020

Note :

Okay guys, jujur aku nangis ngetik ch ini. Mungkin antara terbawa perasaan atau kecewa gara-gara ngetik 1,5k words gak kesv😭 jadi ya maaf pendek hehehe, love you guys btw. Inget, jaga kesehatan!❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro