Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[1]

...Perpisahan adalah hal yang kebanyakan orang tidak inginkan. Baik itu perpisahan untuk sementara ataupun untuk selamanya.

Rasanya sakit melepas orang yang disayang untuk tinggal jauh dari diri, apalagi jika mengetahui bahwa ia akan pergi dalam jangka waktu yang bisa dibilang tidak sebentar.

Itulah yang saat itu sang gadis rasakan. Tangannya dikepalkan, mencoba menelan bulat bulat semua rasa tersebut. Kini ia harus melepaskan lelaki yang sangat ia sayangi. Ia tahu itu sangat berat, namun ia harus melakukannya. Tomoya harus pergi untuk menggapai mimpinya, dan ia tidak akan menghalanginya, meskipun itu artinya ia harus berpisah dengannya selama beberapa tahun.

Tenggorokannya mencoba untuk mengucapkan perpisahan dengan baik, namun suaranya bagai tercekat. Hanya tubuhnya saja yang tergerak untuk memeluk Tomoya.

"H-hiks... Tomoya-kun... Jangan pergi..." Dalam hati, Hajime meminta maaf karena telah melanggar janji dengan membiarkan kalimat tersebut keluar dari mulutnya.

"H-hei, kau menangis lagi? Tenang saja, Hajime, aku akan baik baik disana," Tangan Tomoya balas membelai surai biru Hajime pelan.

"Kau bisa meneleponku kapan saja jika kau mau. Karena itu, jangan menangis lagi ya? Aku juga akan sedih jika kau menangis..." Sang lelaki kini menangkup wajah Hajime dan mengangkatnya agar mata mereka dapat beradu. Jarinya lalu mengusap air mata yang ada di manik lavender tersebut. Hajime hanya mengangguk pelan.

Suara kereta kemudian memenuhi stasiun itu, menandakan bahwa sang kekasih harus pergi dalam beberapa menit.

"Sepertinya aku harus pergi sekarang... Jaga baik baik dirimu, Hajime," Tomoya mengecup pelan dahi Hajime, sebelum akhirnya berjalan menuju pintu kereta yang perlahan mulai terbuka. Tangannya melambai pada Hajime pelan, senyum turut menghiasi wajahnya.

"Sampai berjumpa lagi, Tomoya-kun...-"


"?!"

...Hajime tersentak dari tidurnya. Mimpi apa tadi?

Bukankah itu adalah saat dimana ia melepaskan Tomoya pergi untuk menggapai mimpinya, sementara ia harus disini dengan alasan pekerjaan? Ada apakah gerangan? Sudah lama memori itu tidak bertamu dalam pikirannya.

Jujur, rasa rindunya pada Tomoya makin bertambah setiap hari yang ia lalui. Tetapi ia harus menahannya. Setidaknya ia dapat menelepon Tomoya jika ia sangat merindukannya. Namun, tentu saja hal itu berbeda dengan melihatnya secara langsung dan menyentuhnya. Apalagi beberapa minggu terakhir, Tomoya sangat sulit untuk dihubungi karena pekerjaan yang membuatnya sangat sibuk.

Hajime menggenggam selimutnya erat, lalu menarik napas panjang.

'Aku kuat, aku bisa menahannya. Ini semua demi Tomoya-kun...' Kalimat inilah yang selalu ia ucapkan dalam hati untuk menahan semua rasa rindu dan sedih akan Tomoya.

Ia akan mencoba untuk tidak memikirkan Tomoya-kun untuk sementara. Meskipun sepertinya tidak mungkin.

Omong-omong, pukul berapa ini? 

Ia pun mengambil handphonenya lalu menyalakannya. Pukul 6 sore. Sudah berapa lama ia tertidur? 3-4 jam? Pasti karena kelelahan akibat pekerjaannya kemarin.

Ia harus keluar dan membeli barang barang kebutuhan di konbini. Matahari sudah tenggelam, apalagi hari ini adalah hari pertama musim salju - Ia harus bergegas pergi sebelum salju menumpuk nanti. Segera ia bangkit dan bersiap siap untuk pergi berbelanja. 

"Aku berangkat," Ujarnya pada diri sendiri.

---

"Fuhaa... Ada diskon, jadi aku tak sadar sudah membeli banyak hal..." Ia mengangkat kedua kantung plastik di tangannya, lalu menghela nafas. "Fufu, tapi tak apa~" Ia kemudian tersenyum.

"Hari ini enaknya makan apa~? Mungkin omurice?"

Secara tak sengaja, ia mengatakan kata Omurice. Kata itu agaknya telah membuatnya teringat Tomoya. Ingatannya kembali pada saat dimana ia pertama kali tinggal bersama Tomoya dan memutuskan untuk memasakkan omurice untuknya sebagai penghargaan atas kerja kerasnya untuk merapikan perabotan rumah.

"Hm? Apa ada sesuatu di wajahku?"

"Tidak~ Aku hanya suka melihatmu memakan omurice, Tomoya-kun~ Rasanya aku juga ikut senang~"

"S-sudah hentikan...-"

Ah. Memori itu membuatnya tambah merindukan sang kekasih yang jauh disana. Ia segera menepis semua itu.

'Tidak! Aku tidak akan memikirkan Tomoya-kun!'  Dengan begitu, ia mempercepat langkah.

Lampu yang berkelap-kelip di malam hari, orang orang yang mengenakan pakaian tebal di jalanan, serta langit yang sedikit keabuan benar benar menunjukkan suasana musim dingin. Semua itu membuatnya ingin berada di luar lebih lama. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk memilih jalan yang berbeda dibandingkan biasanya. Mungkin dengan begitu, ia akan kembali teralihkan dari Tomoya.

Tetapi sepertinya semesta tidak membiarkannya melupakan Tomoya. Ada ada saja sesuatu yang dapat membuat Hajime mengingat kembali pada sosok kekasihnya itu. Dan semakin banyak ia mengingatnya, semakin dekat ia dengan perasaan ingin mengeluarkan itu semua.

Hajime kemudian berjalan melalui sebuah taman. Irisnya berbinar ketika sebuah perasaan nostalgia menghampirinya.

"Uwahh! Aku rindu taman ini!" 

Sudah lama Hajime tidak kesana. Terakhir kalinya mungkin sekitar... Beberapa bulan yang lalu? Itupun hanya melihatnya sekilas. Namun entah kenapa, kali ini rasa nostalgia benar benar dirasakannya. Sepertinya ini akan membantu pikirannya untuk lupa.

Kakinya dengan riang melangkah masuk ke lahan itu. Senandung kecil keluar dari mulutnya. Ia kemudian duduk di ayunan yang kosong, lalu dengan kakinya ia mengayunkan ayunan itu.

Namun, dalih dalih membuatnya teralihkan dari Tomoya, ia malah lagi lagi kembali pada ingatannya di masa lalu. Di masa dimana ia bermain dengan Tomoya, lalu tertawa, dan menghabiskan waktu disana hingga sore hari tiba.

Ah... Ia sudah tak lagi kuat menahannya. Air mata perlahan menetes ke atas roknya.

Ia sungguh sungguh sungguh merindukan Tomoya. Ia ingin memeluknya, menggenggam tangannya, mencium pipi dan bibirnya... Ia ingin  kembali menghabiskan waktu dengan Tomoya.

'Maaf, Tomoya-kun... Maaf... Aku lagi lagi tak bisa memenuhi janjimu untuk tak menangis...' Tangannya dengan sigap menangkup wajahnya.

Memang memalukan untuk menangis di tempat umum seperti ini, tapi untungnya saat itu taman sedang sepi. Jadi tidak ada yang akan melihatnya menangis seperti itu. 

Tiba-tiba, angin berhembus pelan, membelai rambutnya - Seakan akan mengatakannya untuk tidak menangis. Hajime menurunkan tangannya dari wajahnya.

"Angin... Apakah kau mengatakan padaku untuk tidak menangis...? Apakah kau mengirimkan perasaan Tomoya-kun padaku?" gumamnya pelan.

Bagai dapat membalas pertanyaannya, angin tersebut kembali bertiup pelan. Kemudian, sebuah kepingan salju mendarat tepat di telapak tangannya.

Kepingan salju pertama di musim dingin tahun itu.

Butiran putih berukuran kecil itu menangkap perhatian dan pandangannya selama beberapa detik.

Ia baru ingat. Saat ia berpisah dengan Tomoya, saat itu juga hari pertama musim dingin. Ia ingat saat Tomoya mengatakan bahwa ia berhasil menangkap kepingan salju pertama dengan tangannya. Senyum lebar di hari itu, bagaimana ia dapat melupakannya?

"Lihat, Hajime! Aku berhasil menangkap kepingan salju pertama!"

"Fufu~ Baguslah, Tomoya-kun~ Eh? Kenapa kau meniupnya?"

"Aku mengatakan sebuah harapan di dalam hati, lalu meniup kepingan salju berharap itu akan terkabul~"

"Apakah benar berhasil? Lalu apa harapanmu itu, Tomoya-kun?"

"Aku berharap kita akan segera bertemu dengan perasaan yang sama dengan sekarang nantinya,"

Tiba tiba, Ia merasakan ada harapan.

Kepingan salju itu... Telah membuatnya teringat harapan Tomoya terhadap hubungan mereka. Tomoya juga berharap mereka akan segera bertemu.

Hajime lalu meniup kepingan salju tersebut sembari mengatakan harapannya dalam hati, berharap perasaannya akan tersampaikan pada kekasihnya yang jauh disana. Sama seperti sang angin yang telah menyampaikan perasaan Tomoya padanya. Ia menghela nafas panjang. Lagi lagi sendirian di musim dingin. Tapi tak apa, ia percaya bahwa suatu saat ia akan bertemu dengan Tomoya.

----

Setelah duduk disana selama beberapa saat, ia bangkit dari duduknya dan meregangkan tubuhnya untuk mengumpulkan kembali kekuatan yang tadi hilang. Saatnya kembali pulang, atau ia tidak akan punya waktu yang cukup untuk memasak makan malam.

Matanya menatap ke arah langit dengan senyum yang kembali terkembang di bibirnya.

"Terima kasih, angin... Mungkin tanpamu, aku tidak akan mendapatkan kekuatan, ehehe~" Namun, sang angin malah membalas ucapan terima kasihnya dengan bertiup makin kencang. Rasa dingin yang datang dengan tiba tiba membuat hidungnya terasa gatal.

"H-hatsyi! Ah... aku tidak menggunakan Syal hari ini..." Ujarnya sambil menutup hidungnya yang mulai berubah kemerahan.

"Kalau kau tidak mengenakan syal, kau akan kedinginan di luar," Sebuah suara tiba tiba terdengar dari belakang. Sambil seperti itu, sebuah syal terkalung di leher hajime perlahan lahan. Hajime sedikit tersentak.

Suara yang sangat ia kenal. Suara dari orang yang selama ini ia tunggu - Suara milik Tomoya. 

Ini bukan mimpi kan? Ia berbalik, dan netranya menangkap satu orang lelaki berambut dirty blond sedang berdiri menghadapnya.

"...Tomoya-kun...?" 

"Un. Ini aku, Hajime~" Syalnya yang berwarna krem menutupi sebagian wajahnya. Namun begitu, Hajime masih dapat merasakan senyum hangat yang Tomoya berikan. 

Tanpa aba aba, ia melemparkan tubuhnya dan memeluk sang kekasih yang sangat dirindukannya. Air matanya mengalir dengan deras. "H-hei~ Apakah kau menangis~?" Tomoya balas memeluknya dengan hangat, melepaskan semua rasa rindu yang juga ia berikan saat itu.

"Aku pulang, Hajime,"


✧✧

--------------------------------------

Fwaaah~! Akhirnya selesai juga... Maafkan jika kali ini terasa sangat singkat (dan aneh), habisnya cerita kali ini lebih bagus untuk dijadikan satu chapter seperti ini.  Lalu, ide saya sedang mati saat mengetiknya... Mungkin jika waktunya memadai, akan ada chapter tambahan(?) 

Fufu, maa, semoga saja saya punya ide dan semoga saja rasa malas ini tidak menguasai~

Terima kasih karena sudah membaca cerita ini. Sampai jumpa di book lainnya!

Mel/Meru♡



































Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro