Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

34

"Mackenzie?"

Aku mengangguk. Aaron terkejut.

"Siapa Harry?" tanyanya. Aku mengangkat bahu.

"I don't know," jawabku. "Gue lupa."

Aku dan Aaron sedang duduk di perpustakaan seperti biasa. Kali ini, Aaron mengambil satu buku cerita. Bukan mengerjakan tugas.

Aaron berpikir keras setelah mendengar ceritaku tadi.

"Lo benar-benar penasaran?" tanya Aaron. Aku mengangguk.

"Hmm, bentar lagi kan libur," kata Aaron, memandang halaman bukunya. "Gimana kalau lo pergi ke kota Jaeden dulu?"

Aku membelalak.

"Pas liburan?!"

Aaron mengangguk.

"Sendiri?" tanyaku. "Eh, gue gak tau dimana kotanya dulu."

"Gue tau. Dia pernah kasih tau gue soalnya pas kelas sembilan," ujar Aaron.

"Oke. Gue sendiri kan perginya?" tanyaku.

Aaron menatapku. "Yakin lo mau sendiri?"

Aku tersenyum berseri-seri, tetapi kemudian wajahku berubah menjadi datar. Aku menggeleng.

"Enggak. Takut nyasar," jawabku, menutup bukuku.

"Kalau gitu, kami ikut," kata Aaron.

"Siapa aja?"

"Gue, Brandon, Joey, Millie, sama Sadie."

Aku terperangah kaget. "Nanti mereka bakal tau dong?"

"Iyalah," jawab Aaron. "Millie sama Sadie udah tau kan?"

"Udah," jawabku.

"Yaudah. Pas liburan nanti perginya?" tanya Aaron.

"Iya—eh, liburan yang lo maksud liburan paan?" tanyaku, mengernyitkan dahiku dalam kebingungan.

"Libur sekolah satu minggu. Sekolah mau direnovasi," kata Aaron.

"Owhh." Aku mengangguk-angguk. "Oke."

"Sekarang, rencananya," kata Aaron. "Gimana?"

Aku berpikir. Aaron membaca bukunya selama aku mencari rencana.

"Gimana kalau gue bilang sama Mum, kalau gue mau liburan sama kalian keluar kota?" kataku. Aaron mendongak.

"Hmm, bisa juga. Asal mama lo izinin," kata Aaron. Aku mengangguk dan tersenyum.

"Tapi gimana sama Jaeden?"

Senyumku pun pudar. Aku kembali berpikir.

"Gue bilang sama dia kalau gue mau jalan-jalan sama kalian?" kataku. Aaron berpikir, lalu dia mengangguk.

"Oke."

"Kita di sana tiga hari doang, kan?" tanyaku.

"Oke."

"Yaudah. Entar kita bilang sama Joey, Brandon, Millie, Sadie."

"Oke."

°°°

"Liburan ke kota lama Jaeden?"

Millie dan Sadie mengecilkan suara mereka. Brandon dan Joey hanya menyimak sambil menikmati minuman mereka.

"Iya," jawabku. "Mau gak?"

"Mau lah. Kalau buat nemenin lo," kata Millie. Aku tersenyum.

"Noah gak ikut?" tanya Sadie. Aku menggeleng.

"Maaf. Tapi gue belum mau ngasih tau dia, atau mereka," kataku.

"Oke kalau gitu." Sadie mengangguk.

"Finn gak juga?" tanya Millie.

"Enggak." Aku menggeleng. Millie mengangguk.

"Liam gak ikut?" bisikku pada Aaron.

Aaron menggeleng. "Dia gak bisa. Katanya mau pergi ke rumah neneknya."

"Owh."

Kami pun mendiskusikan rencana kami. Aaron yang sudah mengetahui apa sekolah Jaeden dulu dan dimana rumahnya. Aku yang mengatur rencana bagaimana perjalanan nanti.

Kami akan pergi dengan mengendarai mobil Joey. Joey yang menyetir, Aaron duduk di sebelahnya. Aku, Millie, dan Sadie akan duduk di tengah. Sedangkan Brandon di belakang.

"Sendirian?" tanya Brandon. Kami mengangguk pelan. Dia menghela napas lalu berkata, "Oke."

°°°

Satu hari sebelum liburan.

"Jae!"

TUK!

Aku melempar sebuah batu ke kaca jendelanya. Untung tidak pecah. Dia segera membuka jendelanya.

"[Name]? Kenapa?" tanya Jaeden. Aku duduk di jendela ku, begitupun dia.

"Kamu besok liburan?" tanyaku. Jaeden mengangguk.

"Iya. Sama Wyatt, Finn, Jack, Noah, Caleb," jawabnya. "Kalau kamu?"

Aku mengangguk. "Iya. Sama Millie, Sadie, Brandon, Aaron, Joey."

Jaeden mengangguk-angguk. "Emm, [Name]?"

"Hm? Apa?" tanyaku.

"Gimana kalau kapan-kapan kita liburan?" tanya Jaeden. Aku terkejut mendengar perkataannya.

"Hmm, bisa tuh. Tapi ya, emm, eng—kapan-kapan kan?"

Jaeden mengangguk.

"Oke," kataku.

"Yaudah. Aku tidur ya. Good night," ucap Jaeden, tersenyum.

Aku membalas senyumannya. "Good night."

°°°

"Aaron!"

Aaron menoleh. Kami sedang menyusun barang-barang ke garasi mobil. Kami tak membawa barang yang terlalu banyak.

"Apa, [Name]?"

"Ini dimana?"

"Situ aja. Geser yang tas itu."

"Oke."

Aku meletakkan tempat berisi makanan-makanan tadi di tempat yang disebut Aaron. Millie dan Sadie membantuku.

Setelah menyusun barang, kami menutup pintu belakang mobil, dan masuk ke dalam mobil. Aku duduk di pinggir, Millie di tengah, dan Sadie di pinggir kanan.

Selama di perjalanan, kami berbincang-bincang. Bahkan Brandon ikut bicara.

"Harry siapa, [Name]?" tanya Brandon.

"Enggak tau," jawabku.

"Nanti, kami bertiga sekamar. Terus kalian juga sekamar bertiga. Kamar kita sebelahan," terang Millie. "Ngerti?"

"Ya, ngerti," jawab Joey. "Kita ke sekolahnya pas hari pertama atau kedua?"

"Lihat nanti aja," jawabku.

"Oke. Jaeden benar-benar pergi sama teman-temannya yang rusuh itu kan?" tanya Sadie memastikan.

"Iya," jawabku, sedikit ragu. "Keknya."

°°°

Kami menghabiskan waktu perjalanan dengan tidur. Kecuali Joey tentunya. Begitupun Aaron yang mendengar lagu dari handphone-nya.

Sesampainya di hotel tempat kami akan menginap, kami turun dan menurunkan barang-barang kami. Kami masuk dan langsung check-in. Kemudian, kami pergi ke kamar yang sudah dipesan Millie dari beberapa hari yang lalu.

Aku menyusun barang-barangku di kamarku, Millie, dan Sadie. Kami mengobrol dan bercanda sebentar.

"Besok, kita ke rumah Jaeden yang lama?" tanya Millie.

Aku menggeleng. "Enggak. Jaeden gak ngasih tau dimana rumahnya dulu."

Selama disini, aku tidak chat dengan Jaeden. Anehnya, dia juga tak mengirim pesan kepadaku. Tak seperti biasanya.

°°°

Kami pergi ke rumah keluarga Stubborn keesokan harinya. Aku bertemu dengan Tante Clara yang menulis surat. Aku juga bertemu dengan Harry Stubborn yang disebutkan di dalam surat. Mereka menyambutku dengan senang. Dan aku merasa seperti orang asing. Benar-benar tidak mengerti apa yang mereka bicarakan denganku.

Keesokan harinya juga, kami pergi ke sekolah lama Jaeden. Sekolahnya lumayan sepi. Entah libur juga mungkin...?

"Ni sekolah sepi banget." Brandon melihat sekolah itu.

"Libur juga mungkin," kata Joey.

"Security nya galak banget ya tadi," kata Brandon tak bisa diam.

"Syukur kita dikasih masuk," kata Aaron.

"Ayo kita tanya sama salah satu murid," kata Millie.

Ada beberapa murid yang sedang mengambil barang-barangnya yang ketinggalan di sekolah. Kami menghampiri salah satu murid. Anak perempuan berambut cokelat pendek dengan mata hazel.

"Hai, selamat siang," ucap kami. Anak perempuan itu menoleh.

"Siang," balasnya. "Ada apa?"

"Emm, kami mau bertanya. Kamu kenal sama Jaeden gak?" tanya Sadie mewakili.

"Jaeden? Enggak tau, kak," jawab anak tersebut. "Saya baru masuk kelas sepuluh."

"Oh, makasih ya," ucap Sadie. Anak itu pun pergi. Kami mencari murid yang lain.

Dan akhirnya, kami menemukan seorang murid perempuan berambut pirang dengan mata biru.

"Halo."

Dia menoleh dan memandang kami. Kemudian, pandangannya tertuju kepadaku.

"Hey, guys..." Dia memanggil teman-temannya. Millie, Sadie, Aaron, Brandon, dan Joey memandangku. Aku hanya diam bergeming dalam kebingungan.

"Ada apa, Stacey?" Teman-teman anak tadi menghampirinya. Anak pirang bernama Stacey tadi memandangku. Membuat teman-temannya ikut memandangku juga.

Mereka terbelalak kaget. Membuatku semakin bingung.

"Well, well, well." Stacey melangkah maju mendekatiku sambil bersedekap tangan. "Look who's here..."

Aku menatapnya dengan bingung. Stacey menyeringai sambil melambaikan tangannya.

"Hai, [Name]."

°°°

Aku benar-benar tak berbicara sepanjang perjalanan. Millie, Sadie, Aaron, Brandon, dan Joey tidak heran. Mereka tahu kalau aku benar-benar bingung. Kepalaku pusing.

"Stacey itu... siapa?" tanya Sadie. Mereka menggeleng. Aku menggeleng pelan.

"Eh, lebih baik kita... ke minimarket di komplek ini dulu yuk," ajak Joey, memecahkan keheningan di dalam mobil.

"Oke." Bahkan Brandon yang tak bisa diam, ikut tak berbicara.

"[Name], lo mau ikut?" tanya Millie. Aku menggeleng.

"Yaudah. Kami turun dulu ya," kata Millie. Aku mengangguk.

Mereka semua turun dari mobil dan masuk ke dalam minimarket. Sedangkan aku sendirian di mobil.

Aku melihat sekeliling komplek lewat jendela mobil. Millie, Sadie dan yang lainnya lama sekali.

Karena terlalu bosan dan sudah lelah memikirkan hal di sekolah tadi, aku turun. Aku pergi berkeliling komplek. Memilih untuk merilekskan diri.

Tiba-tiba, aku melihat sebuah rumah yang tak asing bagiku. Aku berhenti berjalan dan memandang rumah itu.

Rumah lama ku.

Aku terdiam kaku. Aku kembali berpikir.

Jika begini, apa berarti aku dulu satu kota dengan Jaeden?

Seseorang muncul dari rumah sebelah, membuat lamunanku buyar. Aku dan orang tersebut bertatapan.

DEG.

Itu Jaeden.

·
·
·

tbc .

ok , bentar lagi cerita ini tamat.

don't forget to vote & comment !

kalau ada kesalahan , koreksi aja ya.

btw ini jelas ga si. aku nulisnya kurang fokus soalnya.

maaf kalau ini singkat. dan enggak ada baper-bapernya. aku post pagi gini gapapa kan ?

oke , itu aja yg mau aku bilang. see you soon ! bye <3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro