Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⁵. 𝐂𝐎𝐍𝐅𝐄𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍

Taman bermain, tempat semua orang menghabiskan waktunya dengan orang tersayang. Untuk sekedar melepaskan penat, ataupun bersenang-senang. Entah bersama keluarga, saudara, sahabat, teman, bahkan kekasih.

Hinata memilih taman bermain, bukan tanpa alasan. Dirinya sudah diberitahukan oleh kedua sahabatnya; Anya dan Emma, bahwa ada taman bermain yang telah dibuka di distrik Shibuya. Tentu, atas berkat keduanya; Hinata memperoleh golden tickets untuk masuk dan menggunakan wahana sesuka hatinya. Berkat Anya yang ngecheat, tentunya.

Kini gadis itu tengah menunggu Takemichi yang memainkan wahana lempar kaleng; untuk mendapatkan boneka, tentu untuk Hinata. Degup jantung sang gadis tak menentu, bahkan wajahnya memerah sangat cantik dengan terpaan cahaya dari matahari sore.

Tringg!

Mata Hinata mengerjap, ikut tersenyum lebar kala Takemichi bersorak riang, tatkala senang dapat runtuhkan tumpukan kaleng; dan dapatkan hadiah boneka untuk sang pujaan hati.

Takemichi berbalik dan menghampiri Hinata dengan senyum lebar yang hangat, dipegangnya boneka beruang dengan bulu putih dan pita merah muda dengan riang. Menunjukkan hadiah, hasil kerja kerasnya.

"Kerja bagus, Takemichi-kun!" Hinata terkikik, menerima boneka beruang itu dengan hati menghangat.

Lelaki itu terkekeh, "Arigatou, Hina-chan." Ia usap tengkuknya yang dapat terlihat merona dengan gugup. Lantas tersenyum kecil pada Hinata, "Ne, apa Hina-chan ingin coba wahana lain?"

Tentu, Hinata sanggupi dengan senyum lembut nan hangat, "Kenapa tidak?"

Sungguh, Takemichi dapat rasakan hatinya terus bergejolak dan hampir meledak.

Aditya perlahan hirap dan kembali jatuh di sisi barat, terganti dengan cakrawala yang temaram dengan rembulan yang gentari semesta. Hiruk-pikuk buana masih pula terdengar, cakrawala berlukiskan jutaan cahaya bintang yang temani rembulan dan lampu-lampu bangunan.

Hinata tatap ke atas, tak terasa dirinya sudah habiskan waktu panjang bersama pujaan hatinya, Hanagaki Takemichi.

Jemarinya saling memilin satu sama lain dengan hati yang gelisah, bahkan balonnya hampir terlepas jika ia tak segera menyadarinya. Perlahan matanya melirik ke mana Takemichi berdiri, di kios makanan untuk membeli makan malam mereka berdua.

Kurva tipis ia ciptakan, menyapa sang lelaki yang bawakan dirinya makanan ringan guna isi kekosongan di perut.

"Waktu cepat berlalu, ya. Aku tidak menyangka kita hampir mencoba semua wahana di sini."

Ucapan lembut dari Takemichi selalu buat Hinata luluh. Lelaki ini ... selalu saja buat dirinya terpesona dengan segala tingkah dan ucapannya. Bahkan sejak kecil, hingga sekarang; dirinya terus saja rasakan perasaan kagum pada seorang Hanagaki Takemichi.

"... Iya. Padahal, aku merasa kita baru saja keluar, dan hari sudah malam saja."

Hinata membalasnya, senyumnya riang sembari dengan anggun memakan makanannya. Takemichi tertawa kecil menanggapinya, hingga keheningan menerpa mereka berdua yang sibuk menikmati makanan masing-masing.

Beberapa menit berlalu, hingga keduanya selesai mengisi perut. Hinata tatap boneka beruang di sisinya, menjadi pembatas antara dirinya dan sang lelaki.

"Takemichi-kun."

Pemilik nama menoleh, menelengkan kepalanya dengan senyum kecil, menantikan sang gadis guna lanjutkan bicaranya.

Hinata gigit pipi dalamnya dengan gugup, menoleh pada Takemichi dan tatap manik biru itu dengan penuh keberanian.

"Mau coba bianglala?"

Dikatakan canggung, tidak. Dikatakan romantis, apalagi. Hinata rasanya ingin rutuki pemikirannya buat ajak Takemichi ke bianglala supaya dirinya bisa nyatakan perasaan.

Namun, dirinya malah diterpa gugup nan canggung yang membuat suasana keduanya sedikit ... awkward.

Mencoba alihkan perasaan degup jantung yang tiada hentinya, Hinata gulirkan matanya guna tatap ribuan lampu yang terlihat dari atas bianglala. Begitupun Takemichi, usahanya buat cairkan suasana terus saja tertahan karena keberaniannya tak juga hadir.

"Takemichi-kun, apa ... kamu sedang menyukai seseorang?"

Salutlah pada Hinata yang berani ucapkan kata keramat yang takut ia pertanyakan. Bulir keringat di dahinya samar terlihat karena gugupnya.

Takemichi mengerjap sesaat, lantas tersenyum tipis dan alihkan pandangan, hingga tanpa ragu, ucapkan satu kata yang buat Hinata menegang.

"Kamu."

"N-Ne?"

"Mmhm, kamu, Hina-chan. Aku menyukaimu." Takemichi terkekeh canggung, lalu alihkan pandangan, "Aku tahu ini terlalu tiba-tiba, tapi aku yakin perasaanmu tak sama denganku–"

"A-Aku juga!!"

Takemichi sontak menoleh, tatap Hinata dengan sorot terkejut.

"H-Huh?"

Hinata tatap kedua manik biru itu dengan keberanian, dirinya siap langkah jauh terlebih keduanya sudah tumbuh perasaan yang sama.

"Aku ... aku sudah menyukaimu sejak kecil, Takemichi-kun!"

Rona merah pada wajah Hinata tersorot lampu bianglala yang temaram, sorot matanya yang yakin dan berani, digenggamnya kedua tangan sang lelaki dengan gemetar lantaran gugup.

"Sejak dulu ... sejak kamu menjadi hero ...."

Hinata berikan senyuman lebar dengan pipinya yang merona, "Tak peduli apa kata mereka tentang dirimu, kamulah pahlawanku, Takemichi-kun."

END.
Senin, 18 Desember 2023.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro