Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER III

Malam sudah sangat larut, Kim Ga On yakin bahwa Kang Yo Han dan Eliyah telah tertidur. Dia berjalan melamun menuruni tangga kayu bercat hitam membentuk setengah lingkaran. Pertengkaran, kecelakaan akibat ceroboh, ia bisa mengingatnya seolah-olah baru saja terjadi. Dia bahkan masih bisa mencium aroma asap dari bagian depan mobil yang terbentur. Ingatan itu masih bagus di dalam kepalanya, hanya saja tampak tua dan usang. Tak mestinya diputar kembali, kecuali memang memori itu sendiri yang muncul ke permukaan.

Sungguh ajaib bahwa dirinya hanya mengalami cedera ringan di leher dan kepala. Kim Ga On berdiri terpaku pada satu titik di tengah ruangan di mana ia baru saja menjejakkan kaki.

Di belakangnya, masuk dari ruangan lain, membuka pintu Prancis tanpa suara, Kang Yo Han dengan jas hitam panjang dan kualitas gerakannya yang anggun, dengan lembut, dia menutupi menatap punggung Kim Ga On.

"Ini masih pukul dua," suara itu mengusik dari arah belakang, mengejutkan Kim Ga On yang mulai kembali berjalan tertatih melintasi satu ruangan luas penuh cahaya lilin dalam kandelabrum logam berukir.

"Kang Yo Han?" ia menoleh, tidak siap tertangkap basah.

Kang Yo Han berdiri bersandar pada satu dinding. Kemunculannya nyaris tidak menimbulkan gesekan udara. Kim Ga On menduga bahwa pria misterius itu mungkin memiliki kemampuan telekinensis.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Kim Ga On tidak tahan dengan nada interogasi dari Kang Yo Han, dia ingin penjelasan sekarang juga. Tentang apa yang terjadi dan di mana ia berada kini. Namun, saat tatapannya beradu dengan mata gelap penuh misteri, raut mempesona sekaligus kejam. Dia tidak bisa mengatakan apapun, pikirannya buyar, porak poranda, bagai pesisir pantai tersapu badai.

"Aku -- " ia tercekat.

Kang Yo Han tersenyum.

"Jadi kau tidak bisa tidur dan membutuhkan teman bicara?"

Pria ini bisa membaca pikiran, Kim Ga On mengembangkan imajinasi liarnya. Sebagai tanggapan, ia mengangguk patuh.

Ruangan tempat mereka berada sekarang dua kali lebih luas dari kamar Kim Ga On barusan. Aroma pekat yang sulit dikenali menggantung di udara. Sekilas mirip aroma anggur memabukkan, jenis anggur terbaik yang disimpan selama ratusan tahun. Sesekali berbaur aroma lembut kayu-kayuan dan rerumputan.

Kang Yo Han melihat sekilas ke jendela seolah-olah dia baru saja melihat sesuatu di udara luar. Kemudian seluruh tubuhnya bergerak ke satu sisi seolah-olah disapu angin. Tiba-tiba saja ia duduk di sofa mewah yang menempel ke satu sisi dinding.

"Kemarilah," ia menggerakkan dagunya perlahan. Kilatan di matanya sekali lagi membuat Kim Ga On tertegun.

Pemuda itu mendekat dengan patuh seperti boneka yang digerakkan pemiliknya. Ada tarikan kuat dari sosok Kang Yo Han. Itu semacam daya tarik magis yang tak biasa.

Duduk di depannya, terpisah satu meja kaca hitam, Kim Ga On menatap mata menakjubkan itu tanpa bosan.

"Anggur?" suara Kang Yo Han terdengar lembut samar dan jauh.

"Ya," Kim Ga On mengangguk, tak berdaya.

Senyum penuh magis itu kembali merekah. Kang Yo Han mengangkat kedua tangan kemudian bertepuk tangan seakan mengkode sesuatu atau mungkin seseorang.

Kesunyian mencekam diinterupsi oleh bunyi langkah kaki. Derap langkah kaki seseorang di lantai, ruangan demi ruangan begitu hening sehingga mudah terdengar. Ruangan diredupkan sehingga Kim Ga On terus menerus merinding. Bunyi langkah kaki makin keras di sisi lain koridor yang lebih gelap.

Seorang wanita paruh baya berkemeja putih dengan serutan pita di bagian dada, dipadukan rok hitam sepanjang lutut, sepatu pantovel hitam sederhana, muncul dari lorong redup.

"Ya, Mr. Kang?" suaranya tenang, mengayun, menegakkan bulu roma.

"Anggur," Kang Yo Han berkata pelan, matanya berkedip, seakan mencoba mengatakan sesuatu yang tak mungkin diucapkan lisan.

"Bawakan satu botol anggur dari seratus tahun lalu, serta dua goblet untukku dan --"
Pandangannya bergeser pada Kim Ga On, sekilas pendar keemasan serupa titik melintas di kedalaman manik hitamnya.

"Kim Ga On.." ia melanjutkan seraya tersenyum.

Wanita itu melirik Kim Ga On selintas, tidak ada emosi di sana. Hanya menunduk, mengangguk penuh pengertian.

Tidak lama kemudian wanita itu kembali dengan sebotol anggur beraroma wangi memabukkan, menuangkannya ke dalam dua goblet kristal. Kim Ga On bukan kali pertama minum anggur, dan ia pernah mencoba beberapa macam anggur dari jenis terbaik serta diimpor langsung dari Prancis. Tetapi cairan yang ada di depannya kini agak terlalu merah pekat, terlalu kental, dan beraroma misterius.

"Pergilah," Kang Yo Han mengangguk samar pada si wanita yang segera mundur kembali ke lorong redup di satu sisi ruangan.

"Jadi, katakan siapa kalian sebenarnya?" Kim Ga On membuka percakapan.

"Kau benar-benar ingin tahu?" bisik Kang Yo Han, menatapnya tanpa terkejut.

"Kalian membawaku kemari dari lokasi kecelakaan," Kim Ga On memberanikan diri menatap dalam tepat ke mata cemerlang Kang Yo Han.

"Aku juga ingin memberitahumu," Kang Yo Han bergumam. Tapi saat matanya melewati pemuda itu dan terpaku ke jendela, dia hanya menunjukkan minat yang samar pada Kim Ga On, yang tampaknya terlibat dalam perjuangan batin yang hening.

Kang Yo Han tidak membiarkan satu detik pun berlalu tanpa anak muda di depannya terjerat dalam pesonanya yang dingin.

"Kau pasti ingat satu hal selain kecelakaan konyol yang menimpamu," Kang Yo Han mencondongkan bahu ke atas meja, bersikap seakan hendak meraih gelas berisi cairan anggur pekat.

Tetapi akhirnya di bangkit, membiarkan anggur itu terabaikan di atas meja dan berdiri, dia berjalan perlahan di tempat yang remang-remang sampai perlahan menjadi gelap
Dia berjalan lebih dekat dan menuju jendela. Kembali pada kebiasaannya, menatap keluar jendela.

Tidak ada apa-apa di sana. Hanya kerlip redup lampu taman menerangi ujung rumput yang bergoyang, sementara sisanya adalah kegelapan malam.

"Tentang apa?" mata Kim Ga On mengikuti setiap gerak gerik anggun Kang Yo Han.

Helaan nafas panjang mencekik di tengah keheningan, melepas satu beban ingatan yang terlalu buruk untuk diungkit kembali. Tetapi, Kang Yo Han bukan pria lemah. Dia menyeringai pada setiap hal mengerikan, dan tersenyum tamak pada seseorang yang diinginkan. Kim Ga On tidak bisa menangkap perubahan demi perubahan ekpresi pria misterius itu, dia hanya duduk diam, memutari tepi gelas dengan ujung jari, dan menunggu.

"Halloween.." desisan samar lahir dari bibir penuh milik Kang Yo Han, ujungnya melengkung ke atas, menyeringai pada sesuatu yang tak terlihat.

"Hah??" Kim Ga On nyaris tertawa tapi ia menahannya. Tiba-tiba teringat luapan kemarahan Soo Hyun yang melewatkan pesta Halloween gara-gara menunggu kedatangannya yang terlambat untuk makan malam di Holly Café. Dia berpikir bahwa pesta semacam itu benar-benar lelucon seram yang sungguh tidak lucu, hanya tradisi vulgar untuk menakut-nakuti anak kecil.

"Bahkan anda pun percaya takhayul itu?" Kim Ga On menahan senyum, walau pun jika ia memang tersenyum, pria di jendela tidak bisa melihatnya karena memunggunginya.

Kang Yo Han membisu.

"Ada apa dengan Halloween?" pemuda di sofa menatap punggung kaku itu, berharap dia tidak tersinggung atas apa yang ia ucapkan atau ia pikirkan. Kim Ga On yakin, pria aneh itu bisa membaca pikiran.

"Mr. Kang?"

Kang Yo Han mengulum senyum tipis.

"Membosankan.." ia mendesah berat, memutar tubuh menghadap pada si pemuda yang tengah menatapnya cemas.

"Panggil aku Kang Yo Han."

Oh, jadi panggilan itu terdengar membosankan. Mungkinkah si pria misterius ingin suasana yang lebih akrab. Kim Ga On tersenyum dalam hati, tapi bibirnya masih terkunci tanpa lengkung senyum sedikit pun.

"Oke. Kang Yo Han, jadi kau percaya Halloween? Tapi aku tidak melihat labu satu pun atau orang-orangan, trick or treat?"

Kang Yo Han mengangkat sudut mulutnya semakin sinis dan miring, "Bagaimana denganmu?"

"Yah, kurasa tidak penting percaya atau tidak. Tapi, apa kau benar-benar percaya bahwa di malam Halloween segala bentuk iblis dan arwah akan datang sebagai tamu tak diundang. Apa itu tidak terlalu menakutkan buat anak-anak?" Kim Ga On berhasil tersenyum atas ucapan yang menurutnya lucu.

"Aku mengerti," sahut Kang Yo Han sambil berpikir. Dia masih tidak bergerak dari tepi jendela, namun tidak membelakangi si pemuda lagi sehingga Kim Ga On leluasa mengamati profilnya.

"Kau bahkan mungkin saja tidak tahu tragedi di balik Halloween."

Kim Ga On dikejutkan oleh nada serius dalam suara Kang Yo Han.
"Memangnya apa yang terjadi?"

"Ada penjelasan sederhana untuk itu," Kang Yo Han bergerak maju.
"Kurasa aku ingin menceritakan kisah yang sebenarnya."

Kim Ga On mendongak saat sosok pria itu kini kembali berdiri dekat meja.

Kang Yo Han berdiri dengan megah, di pihak lain, kaki si pemuda goyah saat wajahnya bergerak menghadap sosok itu.

Menatap dengan mulut terbuka, mata Kim Ga On sekali lagi mengagumi fitur indah dari tubuh Kang Yo Han.

Sosoknya yang sempurna begitu menarik untuk dipeluk, menyatu dalam rona misteri di balik aura dingin dan tenggelam dalam lautan di dalam mata gelapnya.

Elegan tapi kejam, pucat dan -- menarik hati.

"Tapi sebelum itu..."

Kang Yo Han tersenyum lembut, angin tak dikenal menyapu rambutnya dalam gelombang.

"Minum anggurnya," dia berbicara, suaranya sangat halus.

Kim Ga On selalu mendengar tentang makhluk surgawi, tapi ia tidak pernah berpikir akan ada.
Kang Yo Han, entah seorang iblis atau malaikat yang dilahirkan, berdiri diam di depannya seperti ini.
Tidak diragukan lagi, dia lebih dari sekadar murni.
Dia bercahaya di tengah kesuraman.

Jemarinya terulur meraih goblet dengan tubuh setengah membungkuk, satu tangan lainnya meraih goblet lain, menyerahkannya pada Kim Ga On.

"Ambil ini.." suaranya dingin halus dan tidak tergoyahkan. Tangan Kim Ga On gemetar menyambut goblet, memutarnya beberapa saat, mengawasi isinya yang mencurigakan. Begitu merah, aroma memikat, sekaligus membuatnya mual.

Kang Yo Han mengerti keraguan tamunya. Mengulurkan tangan ke depan, membelai pipi Kim Ga On di telapak tangannya, menarik napas merasakan dinginnya udara menyentuh wajah dengan lembut.

"Minumlah.." ia berbisik.

"Silahkan."

Upsss
Please vote and comment
if you like it ❤❤❤
Next Chapter ------->

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro