003
"Yang Mulia, anda sungguh akan pergi?"
(Name) yang tengah memasang jubah ditubuhnya mengangguk. Ia meyakinkan dirinya mencari keberadaan kakaknya sendiri.
"Tapi Yang Mulia, tidak baik jika anda pergi seorang diri,"
"Ini adalah kesalahanku karena memancing nii-san, aku akan mengatasi ini sendiri, jangan ada seorang pun yang mengikutiku!" Ucap (name) dengan tegas.
Raut khawatir nampak jelas terlukis di wajah maid pribadi (name). Namun ia juga tidak berhak untung menentang keinginan tuannya itu. Sekarang hanya bisa berharap bahwa (name) akan kembali dengan selamat
---
(Name) berhasil melewati gerbang perbatasan. Ia sempat menatap ke arah kerajaannya yang telah membeku. Udara disini menjadi sangat dingin di bandingkan dengan musim dingin biasanya.
Ia sedikit tidak terbiasa dengan ini. Salju menutupi tanah cukup tebal. Ia tidak yakin apa ia akan bisa berjalan dengan cepat.
"Harusnya aku membawa kuda," Ucap (name).
Tapi akan ketahuan jika ia mengendarai kuda keluar. Bagaimana pun tidak ada rakyatnya yang tidak mengenalinya.
Kecuali kalau dia baru lahir sih.
(Name) sudah berjalan cukup jauh. Kerajaan itu sudah nampak kecil di matanya.
Baiklah (name) merutuki kebodohannya karena tidak mengambil resiko untuk membawa kuda tadi.
"Sekarang harus gima- KYAAAAA!!"
Tanpa sadar (name) salah menginjak tanah. Ia justru menginjak ke arah turunan yang membuatnya jatuh kebawah.
Namanya jatuh di atas tumpukan salju, tubuh (name) langsung tergulung dalam balutan salju hingga membentuk bola dan berakhir jatuh dengan selamat di permukaan.
"Ittai..."
"Anoo.. Daijoubu?"
(Name) mendongak kebelakang untuk melihat siapa yang berbicara dengannya.
Sosok pemuda bersurai magenta yang terkesan berantakan dengan poni yang di jepit kebelakang. Netra emeraldnya menatap serius ke arah (name).
"Ba-bantu aku keluar,"
"Baiklah,"
Pemuda itu menarik tubuh (name) keluar dari bola salju tersebut. Untung saja tubuh (name) cukup ringan, jadi tidak begitu sulit menariknya keluar. Padahal tubuh pemuda itu bisa dibilang kecil untuk seusinya.
"Terima kasih," Ucap (name) sambil membersihkan sisa salju pada tubuhnya.
"Bajumu basah," Ucap pemuda itu.
(Name) yang menyadari itu sedikit malu. Untungnya gaun yang ia kenakan berwarna gelap, jadi tidak akan menampilkan bagian dalamnya.
"Di dekat sini ada toko kecil, mungkin kamu bisa mengganti pakaianmu disana," Tawar pemuda tersebut.
"Kamu tidak berniat menipuku bukan?" Tanya (name) waspada.
"Ahaha.. Apa wajahku terlihat begitu mencurigakan? Tenang saja, aku tidak ada niatan untuk itu," Ucap pemuda itu.
(Name) menatap curiga ke arah pemuda di hadapannya itu. Penampilannya terlihat sederhana dengan setelan mantel berwarna paduan abu dan hitam, celana hitam, dan boots hitam. Ia juga membawa sebuah kereta yang ditarik oleh rusa.
Akhirnya (name) mencoba mempercayainya saja. Kalau dia berani macam-macam tinggal ia pukul saja nanti.
"Oh iya, aku Mao, siapa namamu?" Tanya pemuda yang mengenalkan dirinya dengan nama "Isara Mao" Itu.
"(Name),"
(Name) sengaja tidak menyebut marganya, karena itu akan mencolok. Apalagi siapa yang tahu bahwa pemuda itu akan berniat jahat setelah tahu identitasnya.
---
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah toko kecil yang berada di posisi yang cukup terpencil. Toko itu dibangun dengan papan kayu dan ukurannya juga kecil. Baru pertama kalinya (name) datang ke tempat ini.
"Ara ara... Tidak biasanya kamu membawa seorang gadis, Mao-chan," Ucap seoang pemuda yang melihat Mao datang dengan (name).
Mao hanya tertawa canggung. Sementara pemuda yang dipanggil "Narukami" Itu terkekeh dengan gaya feminimnya.
(Name) menatap bergantian kedua orang itu dengan tatapan bingung. Kemudian berdehem.
"Ekhem... Anoo, apakah kamu punya setelan pakaian perempuan?" Tanya (name) pada pemuda feminim itu.
"Ara~ tentu saja aku memilikinya, kemarilah! Aku akan mendandanimu," Ucap pemuda itu sambil menarik tangan (name) ke ruangan yang lain.
"Cho-chotto-"
____________________
𝕱𝖗𝖔𝖟𝖊𝖓 || 𝕴𝖘𝖆𝖗𝖆 𝕸𝖆𝖔
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro