Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 09

Saat kau tidak melihat arah tujuan, tutuplah matamu, dan kau akan melihat cahaya petunjuk dari langit.
Ubahlah takdirmu sendiri, miliki keberanian, dan terus melangkah ke depan. Mungkin akan ada seseorang yang mengikuti jejak langkahmu, seseorang yang dekat di hati, tanpa kau sadari ...
Penuhilah duniamu dengan banyak warna.

💙💙💙

Hari yang telah disepakati untuk melarikan diri pun tiba. Sehari setelah dia keluar dari rumah sakit, Bai Yutong mengemas beberapa setel pakaian, dan barang-barang favoritnya dalam satu ransel dan koper kecil. Entah cukup atau tidak, dia tidak terlalu peduli. Yang penting adalah membawa sejumlah besar uang. Dia masih memiliki simpanan yang tidak diketahui oleh siapa pun, dan khusus akan ia gunakan untuk kepentingan pribadi. Saat suasana rumah sedang sepi, dan mamanya tengah menghadiri sebuah acara, Bai Yutong meletakkan sehelai catatan di meja rias sang mama lalu menyelinap ke luar dan pergi menuju alamat apartemen Zhan Yao dengan taksi.

Bagi Zhan Yao, situasinya lebih mudah lagi. Dia tinggal sendiri di apartemen mungilnya, tanpa khawatir diawasi. Sesekali pamannya masih menghubungi, tapi tidak ayahnya. Sepertinya pria tua itu masih marah.

Mereka bertemu di sebuah kafe dekat taman menjelang sore.
"Aku tidak percaya aku melakukan ini." Bai Yutong tersenyum menghampiri sosok pemuda yang melambai padanya. Wajah Zhan Yao tidak kalah cerah, dan sinar matahari yang membiaskan warna jingga menyapu sisi wajahnya yang halus.

"Kau sudah membawa pakaian dan barang-barangmu?" Zhan Yao mengawasi bagaimana Bai Yutong meletakkan koper kecil di kursi yang masih kosong.

"Tidak perlu membawa banyak barang. Kita bukan anak gadis yang akan pergi kemping, bukan?"

"Uhm, yah. Kau benar. Setidaknya kau membawa pakaian dalam sendiri. Jangan pinjam punyaku," kekeh Zhan Yao.

"Aish, kau nakal juga." Yutong balas tertawa.

Mereka memesan dua cangkir mocaccinno untuk menemani sore yang indah. Dari tempat duduk mereka yang berada di ruang terbuka, pemandangan taman bisa terlihat jelas dan bagaimana suasana yang menyenangkan mengelilingi dan menyerap ke dalam jiwa keduanya. Terkadang berada di tengah orang-orang tak dikenal, hanya menikmati bagaimana waktu bergulir di tengah kegembiraan dan tawa orang asing, akan memberikan kesenangan tersendiri. Kedua pemuda itu perlahan-lahan semakin rileks, dan mengamati beberapa remaja yang tengah bermain gitar di taman, ataupun anak-anak bermain bola. Orang-orang dewasa sibuk mengantri burger dan minuman di stand makanan.

"Sayang sekali suasana sehangat ini akan segera berubah begitu matahari terbenam," gumam Zhan Yao. Dia pernah mengunjungi tempat ini pada suatu hari di masa lalu dan mendapati bahwa suasana taman berubah agak sepi di malam hari.

"Memangnya kenapa kalau matahari terbenam?" Bai Yutong menatap pucuk-pucuk pohon birch jauh di seberang taman.
"Kita bersama-sama, bukan?"

Dari tepi cangkir kopinya, Zhan Yao melempar senyuman yang paling menawan. Sesaat, tatapan Yutong terkunci pada senyum itu. Kian menyadari keindahannya, seketika hatinya meleleh. Dia ingin melihat senyum itu lagi, dan untuk itu, ia harus tetap hidup dan bernapas.

"Setidaknya, kita bisa mencoba menemukan harapan baru," lanjut Yutong setelah beberapa saat termangu. Tangannya bergerak memutar cangkir kopinya.
"Atau mungkin sebaliknya, kita hanya mengisi waktu yang tersisa untuk merangkai momen-momen indah sebagai kenangan terakhir." Yutong meneruskan setelah helaan nafas panjang. Pangkal alisnya berkerut sewaktu tatapannya menantang sinar matahari sore. Dia sempat memikirkan bahwa mati secara sporadis adalah tindakan keren yang akan mengakhiri masalahnya dan juga mengejutkan semua orang. Namun saat ia mengucapkannya kali ini, meski terdengar biasa saja, sejujurnya ia merasakan sebersit keraguan. Dia tidak yakin apakah setelah menghabiskan waktu bersama pemuda cantik ini, ia masih ingin mati.

Hmmm, mungkin tidak perlu memikirkan itu dari sekarang, ia mencoba menguasai hati dan emosinya sendiri.

"Nah, jadi-ke mana kita akan pergi sore ini?" tanyanya pada Zhan Yao.

Lagi-lagi si pemuda cantik memporak-porandakan hatinya dengan senyuman yang mempesona.

"Stratford," jawabnya sambil berkedip.

Startford berada di Sungai Avon dan sangat terkenal karena seorang satrawan ternama, William Shakespeare, lahir di kota ini. Mereka berangkat dengan menggunakan kereta cepat, dan tiba di sana saat hari gelap. Siapa pun bisa melihat jejak kehidupan sang legenda sastra yang sampai saat ini masih terawat dengan baik. Salah satunya adalah rumah sang istri, yaitu Anne Hathaway Cottage dan tempat pertunjukan yang sangat terkenal, Royal Shakespeare Theatre. Zhan Yao memiliki selera seni dan sastra yang tinggi, jadi dia sangat antusias dengan hal-hal yang beraroma Shakespeare.

Hari pertama di Stanford, keduanya menyewa satu kamar di penginapan kecil yang indah dan tenang. Dengan dua tempat tidur tentunya. Zhan Yao maupun Bai Yutong terbiasa menguasai tempat tidur sendirian, mereka tidak bisa membayangkan harus berdesakan dengan orang lain di ranjang. Kedengarannya sangat tidak nyaman. Mungkin saja mereka akan saling menendang satu sama lain.

Siang hari itu, berjalan-jalan di antah berantah, Zhan Yao bersikeras mengunjungi rumah tua kuno peninggalan Anne Hathaway Cottage dan melakukan tour yang membuat Yutong nyaris pingsan karena bosan.

"Jadi di sinilah sastrawan itu menghabiskan waktu," gumam Zhan Yao, takjub. Mata indahnya mengamati beragam benda yang masih tertinggal dari masa lalu. Di salah satu dinding, Yutong bersandar melipat kedua lengan di dada, dan terkantuk-kantuk.

"Padang rumput berbunga, jendela besar penuh cahaya. Ah, di suasana romantis ini tidak heran jika seseorang mampu melahirkan imajinasi kisah cinta yang abadi."

Baik Yutong menguap. "Kau sudah selesai?" tanyanya.

Zhan Yao tidak bisa menahan senyum melihat reaksi bosan sang kawan. Mereka bisa dikatakan masih asing satu sama lain, jadi dia belum tahu apa kegemaran Yutong, begitu pun sebaliknya. Perlu waktu lebih lama untuk mengenal seseorang dengan baik.

"Apa aku begitu membosankan?" dia menggoda pemuda yang mengantuk itu.

Bai Yutong melebarkan mata. "Sama sekali tidak," tukasnya cepat.
"Rumah kuno dan sastra ini yang membosankan. Bahkan semua benda di sini membosankan di mataku."

Kecuali wajahmu, Yutong melanjutkan dalam hati.

"Hei, kau tidak suka kisah cinta?"

"Entahlah." Bai Yutong mengangkat bahu, "Aku belum pernah menjalin hubungan serius dengan seseorang."

"Ah, aku mengerti. Biar kuberitahu, hubungan cinta sama sekali tidak mudah dijalani. Kau tidak tahu bagaimana leganya aku setelah putus dengan tunanganku. Kini aku bisa fokus memikirkan bisnis apa yang akan kujalani."

Kantuk Bai Yutong tiba-tiba hilang. Ada pintu yang sedikit terbuka tentang cita-cita pemuda cantik ini, dan ia tiba-tiba dilanda rasa penasaran yang besar.

"Zhan Yao, bisakah kau ceritakan padaku apa mimpi dan harapanmu?"

Zhan Yao meniup udara, lantas melayangkan pandang ke halaman berumput yang luas di luar jendela kaca besar. Membayangkan dia berjalan di tengah keheningan bersama Bai Yutong melahirkan senyum di wajahnya.

"Impianku tidak besar, bahkan sangat sederhana. Nah, bagaimana kalau kita berjalan-jalan di luar sana dan berbagi cerita?"

Bai Yutong tersenyum antusias.

"Setuju!"

Angin semilir sejuk menyapu pucuk rerumputan saat dua pemuda berjalan berdampingan, menikmati keindahan di sekitarnya. Dalam satu penuturan yang singkat dan padat, Zhan Yao menceritakan kisah pertunangan konyolnya dengan Ma Han dan aksi perselingkuhan yang memalukan juga tentang gagasan mendirikan kedai kopi. Bagian itu membuat Yutong meringis.

"Kedai kopi?" tanyanya.

"Ya. Mengapa tidak? Ekspresimu sama anehnya dengan Ayah. Apa yang salah dengan itu?"

"Uh, tidak ada yang salah, sih. Lalu bagaimana dengan kehidupan pribadi? Pertama kalinya memiliki hubungan dan berakhir mengerikan, kau pasti sangat kecewa," komentar Yutong, membuat wajah komedi sedih.

"Tidak. Aku sudah mengatakan padamu sebelumnya. Pertunangan itu membuatku terjebak dalam perasaan tak berdaya, frustasi, dan benci."

"Kau tidak mencintainya bahkan setelah bersama sekian lama?"

Zhan Yao menggeleng.

"Wow!"

Fakta itu tak pernah diungkapkan Zhan Yao sebelumnya. Itu membuat Bai Yutong tersenyum diam-diam.

"Jadi kita berdua sekarang sama-sama tidak memiliki pasangan. Apa kau memikirkan satu hubungan lain di masa depan?" tanyanya pada Zhan Yao.

Pemuda cantik itu mengernyit saat selarik sinar matahari jatuh di wajahnya. Kilaunya lagi-lagi membuat Bai Yutong terpana. Dia merasakan, perlahan-lahan terseret arus romansa yang asing dan mendebarkan. Untuk mengatasi debaran jantungnya, Yutong mengeluarkan batuk kecil lalu melemparkan pandangan ke perbukitan di kejauhan.

"Sepertinya tidak. Butuh waktu lama sebelum aku memutuskan untuk mencobanya lagi. Jika suatu hari aku menjalin hubungan, aku akan pastikan ada cinta di sana. Perasaan itu akan membuat seseorang mampu bertahan dalam badai."

Tiba-tiba tatapan Zhan Yao terkunci pada wajah Yutong, menyebabkan pemuda berbaju putih itu jadi kikuk.

"Ada apa? Mengapa kau menatapku seperti itu?" protesnya.

Ekspresi Zhan Yao tampak melankolis. "Aku teringat percobaan bunuh diri yang kau lakukan," katanya pelan.

"Jangan ungkit hal itu lagi. Sungguh memalukan."

"Mungkinkah..." Zhan Yao mengabaikan kibasan tangan Yutong yang tampak menahan malu.

"Mungkinkah salah satu penyebab kau kehilangan semangat hidup dan harapan karena tidak memiliki cinta dalam hidupmu?" Zhan Yao melanjutkan dengan nada penuh keraguan.

"A-apa yang kau bicarakan ini? Aku ingin mati karena nyaris bangkrut. Itu saja." Yutong menunduk sekilas, menatap rerumputan sebelum kembali beradu pandang dengan Zhan Yao.

"Mungkin kau harus mencobanya. Cinta bisa jadi kekuatan seseorang," ucap Zhan Yao, tanpa memikirkan konsekuensi dari kata-katanya. Di sisi lain, pikiran Yutong mengembara. Dia tidak pernah menganggap serius sebuah romansa, tidak juga menyisakan tempat untuk itu dalam hatinya. Yang dia jalani selama ini hanyalah bersenang-senang, dan bekerja demi uang.

Yutong tertawa canggung dan berkata, "Saranmu bukan tidak mungkin dijalani, hanya saja aku belum siap."

"Setidaknya..." Zhan Yao tampak berpikir sambil mengamati seekor kupu-kupu di antara bunga dandelion. "Kau harus berusaha. Selalu ada alasan untuk bertahan hidup, meskipun itu sederhana."

"Tapi bagaimana aku mendapatkan seseorang. Aku tidak memiliki teman dekat, apalagi wanita. Saat ini, hanya ada kau di sisiku. Lalu apakah aku harus..."

Yutong mendadak hilang keberanian melanjutkan ucapannya. Dia berdiri kaku, memasang wajah canggung yang segera ditutupi dengan gaya acuh tak acuh. Dia terbiasa memuji diri sendiri selama hidupnya, tapi memikirkan dia harus mendekati Zhan Yao lebih dari sekedar teman sedikit membuatnya ragu. Lagi pula, diskusi ini hanya lelucon. Tidak mungkin ada hubungan yang lebih dari pertemanan di antara dua orang pria.

Benar, kan?

Tatapan penuh emosi rumit dalam mata mereka kini bertemu selama hitungan detik yang tenang. Aroma rumput dan bunga luar berbaur dengan parfum lembut keduanya. Menciptakan suasana yang romantis. Baik Zhan Yao maupun Yutong hanya saling memandang, mencoba memahami omong kosong yang baru saja dilontarkan.

"Hei, kalian! Mari kita lanjutkan tur-nya!" Seorang pemandu berteriak memanggil mereka, menghancurkan momen singkat yang mendebarkan.

"Oke, sir!" Zhan Yao tersentak, menoleh ke arah pemandu itu. Dia lebih dulu menyahut dan mengacungkan ibu jarinya.
"Kami datang!"

"Aaahh, membosankan ... ya dewa, tolong aku," Bai Yutong meratap, mendongakkan wajahnya ke langit biru yang disaput awan.

Zhan Yao hanya mengumandangkan tawa lembut lalu berjalan dengan cepat, kembali ke halaman rumah kuno.

"Zhan Yao, tunggu! Jangan tinggalkan aku bersama kawanan serangga di sini!"

***Dear Stranger***
By Shenshen_88

(To be continued)



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro