Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

tri

Ditatapnya bayangan diri, menghindari pandangan sang mentari. Surainya yang tergerai, kini menghalangi jalan pandang pada sepasang permata jingga. Yang tampak indah bila berbinar, namun ngeri jika telah pudar.

Biru muda dilukis di atas kanvas. Terasa sempurna bila ada awan selembut kapas. Ditambah barisan burung yang melintas, suaranya yang merdu tampak cocok sebagai penghias.

Cuaca hari ini, sungguh sangat indah. Berbanding terbalik dengan sang surai legam yang kehilangan minat. Berjalan di tengah kerumunan, berbaur dengan pikiran yang berkelana.

Kepala tak pernah diangkat sejak beberapa tahun lalu. Ada rasa takut ketika netra beradu. Namun kini tampak sia-sia dikala tubuh diam membatu.

Ada orang yang berdiri di hadapannya. Tato ditangan, serta wajah yang terbayang dalam angan. Menelisik dalam diam, ada rindu yang bersemayam. Bersembunyi dibalik paras menawan.

"Shu?"

Pria itu menaikkan alis. Menatap datar wanita yang begitu pucat. Bibirnya pecah belah, serta pakaian serba hitam, menutupi hampir seluruh bagian tubuh. Seolah menyembunyikan sesuatu dari pasang mata di tengah sana.

Siang ini, begitu panas.

"(Name)?"

Kurva terbentuk pada paras, mengukir lengkungan yang mana tampak manis. Merasa senang pria ini masih mengenalnya.

"Iya, aku-"

"Minggir."

Sapaan dingin setelah lama tidak berjumpa. Tatapan mata yang tajam, serta kening yang berkerut. Tampak iritasi dengan keberadaan sang puan.

"A-apa?"

Pupil bergetar. Bibir mengatup rapat. Ada sesak dalam dada. Dirinya memang tak mengharapkan sesuatu yang lebih dari pertemuan tidak terduga ini. Namun juga merasa sedih dengan sambutan yang begitu dingin.

Kelopak mata (Name) bergetar lembut. Kemudian turun, dan melirik lewat ekornya. Senyum tipis diulas pada pria yang menatap.

"Kita sudah lana tak bertemu. Mengapa tidak-"

"Ah, malesin. Aku tidak tertarik berbicara denganmu."

Hatinya telah kembali dipatahkan.

"Shu ... "

Tangan pucat dengan lancang terangkat. Menggenggam erat ujung jas yang digunakan Shuji.

"Aku mohon ... "

Dia tak tahu harus meminta pada siapa.

"Tolong ... "

Dia tak punya siapa-siapa.

"Tolong aku ... "

Pandangan berkabut. Kendati diri melihat dengan jelas, pria yang menatap jijik.

"Hina," gumaman itu terdengar. Namun entah apakah ini hanya perasaan (Name) saja, bila sesungguhnya netra sang adam terlihat sendu.

Tangan ditepis dengan kasar.

"Jangan menyentuhku."

Nyeri menjalar dalam hati. Mungkin benar itu hanya perasaannya saja.

"Shuji ... ?"

Suara sang puan bergetar.

Beberapa pasang mata menatap penasaran, namun berbalik ragu dikala Shuji menangkapnya basah. Merasa terganggu dengan pandangan orang-orang sekitar.

"Hubungan kita sudah berakhir. Kau menjadi jalangnya Mikey. Jadi, jangan menyentuhku."

Pandangan Shuji terfokus pada wanita yang kini kalut. Ada lingkaran hitam dibawah mata, serta hidung merah muda. Terlihat dengan jelas dia begitu muak dengan keadaan. Dapat dibayangkannya sosok yang menangis ditengah malam, dibawah rembulan.

"Kau juga memalingkan wajah pada saat itu, Shu," kata sang puan. Ada kekecewaan jelas dalam suaranya. "Apakah kau juga akan berpaling sekarang?"

(Name) adalah wanita nista, sementara Shuji adalah seorang kriminal. Dirinya memang bukan orang suci, namun tetap merasa jijik.

Terus bergelut dalam senandika. Apakah mereka pada saat dulu hanya terjebak dalam asmaraloka semu?

"Padahal aku mencintaimu ... "

Shuji menatap jijik, sebelum akhirnya berbalik pergi.

Sama.

Itu adalah punggung yang sama.

Dengan pria yang meninggalkannya, serta melemparnya pada sang iblis.

Padahal, Shuji adalah kekasihnya.

"Apa kau juga mengira aku yang melakukannya ... ?"

•••

1 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro