Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

· . ⋆ ·

"Halo?"

"Sudah mau tidur ya?"

"Belum," dustanya. Padahal hanya tinggal memejamkan mata dan ia bisa berkelana ke alam mimpi. Tapi firasatnya kuat mengatakan kalau kekasihnya sedang tidak baik-baik saja.

"Bisa kau temui aku di taman depan apartemenmu?"

"Bisa." Mati-matian ia menahan untuk menguap. "Tunggu sebentar."

"Tidak perlu terburu-buru, aku tunggu."

Sambungan telepon pun berakhir. Hanya memakai piyama berlengan pendek ia langsung keluar dari apartemen. Suara Keisuke tidak seperti biasanya. Walau samar ia menangkap perbedaan dan itu menimbulkan kekhawatiran mendalam.

Sudah hampir pukul sebelas malam, jadi wajar kalau sudah minim lalu lalang manusia. Namun ia tidak gentar.

Di ayunan taman, Keisuke tengah duduk sambil menekuri tanah. Ia terlihat seperti orang yang tengah memikul batu besar di punggungnya.

"Baji?" panggilnya bersamaan dengan jarak yang kian terkikis.

Pemilik surai senada malam mendongak, senyum lemah menghiasi wajahnya. "Hey."

"Kenapa?" tanya gadisnya.

Perlahan Keisuke berdiri. Ia lalu melepas jaket kemudian melampirkannya ke pundak jelita. "Ku bilang tak usah buru-buru, kau sampai lupa pakai jaket."

Mencengkram erat jaket yang tersampir di pundaknya, [Name] menatap lurus pemilik hati. "Apa terjadi sesuatu?"

Sesaat Keisuke terdiam, membiarkan hening malam meraja. Hingga didetik berikutnya ia menghirup udara malam dalam-dalam. Gelagatnya sedikit berbeda.

"Kau bilang suka saat aku memakai seragam Touman bukan?" tanyanya. "Maaf ya, mulai sekarang kau tidak akan pernah melihatku memakai seragam itu lagi."

Sepasang manik [eye color] melebar. "Baji... kau benar-benar melakukannya?"

"Iya, aku melakukannya," balasnya lemah. "Aku bahkan memukuli Chifuyu sebagai pembuktian--"

Tanpa menunggu Keisuke menyelesaikan kata, jelita mendekapnya erat. Membagi kehangatan dan kenyamanan pada belahan jiwa. Tangannya bergerak mengelus pelan punggung yang tampak sekuat baja namun sebenarnya rapuh.

Kapten devisi satu Touman dikenal dengan sikap Teguh dan kekuatannya.  Namun faktanya, Keisuke masihlah remaja dengan lonjakan emosi pada umumnya. Ada kalanya ia bisa menjadi lemah dan bimbang. Dan sisi kurangnya hanya berani ia tunjukan dihadapan sang kekasih.

Tak ada kata, [Name] terus mendekap Keisuke. Lebih erat. Kian erat. Seakan mengerti kalau bukan kata yang diingatkan Keisuke, melainkan kehangatan dan ketulusannya.

Gelap malam yang disinari rembulan menjadi saksi bisu bagaimana kedua insan saling merengkuh dan berbagi kesedihan. Kalau bisa, puan ingin meminta Keisuke membagi separuh masalahnya. Namun lelakinya pasti tidak akan berkenan. Keisuke tidak ingin membebani yang terkasih.

[Name] sempat menolak saat Keisuke hendak melepas pelukannya. Namun berakhir pasrah lantaran tidak ingin memperburuk suasana.

"Masuklah, sudah larut."

"Tapi..."

"Besok kau harus kesekolah bukan."

Ia tahu, Kekasihnya memang kuat. Tapi ia benci Keisuke yang selalu sok kuat. Padahal tidak apa untuk membebani dirinya. Namun, lagi-lagi ia hanya bisa menyimpan suara didalam benaknya.

"Masuklah, aku akan pergi saat kau sudah sampai rumah."

[Name] menghela napas. Sebelum pergi ada satu hal yang ingin ia lakukan. Mendaratkan sebuah kecupan dikening Keisuke. Walau harus berjinjit lantaran sedikit perbedaan tinggi, ia berhasil. "Mimpi Indah."

"Kau juga."

☄. *. ⋆

Teman-teman bilang kalau hari ini ia terlalu banyak melamun. Dan [Name] tidak bisa menyangkal. Pikirannya penuh dengan Baji Keisuke. Semalam, sejak pertemuan mereka ditaman. Jelita sulit untuk berpikir jernih.

Keisuke jelas tidak ingin melibatkan kekasihnya dalam bahaya. Dan jelita sadar diri bahwa dunia Keisuke terlalu asing untuk dirinya. Jangankan membantu, bisa jadi dia malah menjadi beban.

"Hey kau dengar, katanya Valhala dan Touman akan mengadakan pertempuran."

"Wah gila! Ini big news!"

"Aku bertaruh 1000 yen untuk Valhala."

"Jangan terlalu yakin, Touman punya mutekina-Mikey lho."

"Tapi, 50 lawan 300 orang tentu sudah bisa kita lihat siapa pemenangnya."

"Hidup itu bukan cuma soal kuantitas, tapi kualitas!"

"Hahaha... Ngomong apa sih aku nggak paham."

Gosip tentang pertempuran Touman dan Valhala membuatnya kian khawatir. Apa seperti resiko ini mencintai brandalan. Tapi [Name] juga tidak bisa memaksa Keisuke untuk berhenti dari dunianya. Bagaimana pun Touman sudah lebih dulu hadir di hidup Keisuke daripada dirinya. Touman merupakan segalanya untuk sang kekasih hati. Terlalu egois bila ia menyuruh Keisuke meninggalkan Touman hanya untuk dirinya.

Dia selalu siap di nomor duakan dengan Touman. Tapi tetap saja kadang ada perasaan mengganjal dalam hatinya. Namun tidak bisa ia utarakan.

Ponsel dalam saku rok bergetar. Jelita langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat nama penelepon.

"Halo."

Seperti dugaan, Keisuke. "Halo juga."

"Sudah makan siang?"

"Baru saja selesai, kau?"

"Sedang makan."

"Apa?"

"Roti melon."

"Hanya itu?"

"Ada susu juga."

"Baji, kalau hanya itu saja yang kau makan kau akan tumbang saat pertempuran nanti."

Tawa terdengar dari seberang sana. "Tenang saja, tidak makan seminggu pun aku masih kuat."

"Dasar."

"Jangan terlalu mengkhawatirkan ku."

"Baji..."

"Aku tutup dulu, sampai nanti."

Bagaimana bisa dia tidak khawatir saat mengetahui orang terkasihnya tengah menderita. Tuhan, tolong beritahu caranya.

𝐓𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐞

Baji :"


13 februari 2022

𝒟𝒶𝓃𝒹𝑒𝓊𝓁𝒻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro