Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01 | Anjay dan Anjas Siblings

.  . • ☆ . ° .• °:. *₊ ° . ☆ .  . • ☆ . ° .• °:. *₊ ° . ☆

Sandya.

Anjayana Sandyakala Maheswara nama lengkapnya. Perempuan yang lagi meratapi tugas matematika yang dia gak ketahui sedikitpun bagaimana cara menyelesaikannya. Siswi perempuan kelas sebelas yang keahliannya rebahan, sambat, main gadget ini memiliki cita-cita yang cukup gak tahu diri. Masuk Perguruan Tinggi Negeri, tetapi kerjaannya hanya meratapi diri.

Selain dikenal akan kemalasannya—yang udah level amit-amit—Sandya juga dikenal dengan tingkah laku dan pikirannya yang agak absurd—kadangkala jauh dari manusia normal pada umumnya. Manusia yang selalu menjadi sasaran dari pikiran dan tingkahnya tersebut adalah orang-orang terdekatnya, terutama Sandi.

Sandya anak kedua dari dua bersaudara pasangan Maheswara alias dia itu anak bungsu. Kakaknya laki-laki bernama Anjasmara Akramasandi Maheswara. Kalau Sandya lagi mode gak waras, dia akan memanggil Masnya "Majas" singkatan dari Mas Anjas, tetapi kalau lagi mode waras, Sandya akan memanggil Masnya dengan sebutan Mas Sandi.

Secara garis besar Sandi adalah laki-laki yang lumayan tampan. Usianya saat ini menginjak dua puluh enam tahun tiga bulan dua puluh tiga hari. Selain tampan dan tidak sombong, Sandi ini masih termasuk golongan manusia yang sangat potensial bila dijadikan pendamping hidup. Wajahnya Indonesianese banget kalau kata teman Sandya yang pernah jadi saksi mata kehadiran Sandi di sekolah Sandya. Orangnya juga cukup percaya diri. Terlalu murah senyum-sampai terkesan sengaja diobral—tetapi bukan berarti dia tebar pesona lho ya ....

Kontras banget sama Sandya yang kerap menunjukan wajah suram, muram dan asam.

Pernah pada satu kali waktu Sandya bertanya, "kenapa sih, Mas, lo senyum mulu? Emang gak kering itu gigi lo?"

Dan Sandi menjawab, "senyum itu ibadah, San. Kalau kata guru ngaji Mas nih, senyum adalah cara paling murah dan mudah untuk bersedekah. Karena sesungguhnya—" dan bla bla bla. Sandya males dengerin. Kenapa ujung-ujungnya dari ceramah sih?!

"—Nah, jadi kayak begitu, San. Paham sekarang kenapa Mas gampang senyum?"

Sandya mengangguk-ngangguk sambil menggaruk-garuk kepala yang sebetulnya gak gatal. Boro-boro paham, sejak Sandi membicarakan alasan—yang lebih tepatnya terdengar macam kultum dadakan bagi Sandya—mengapa Sandi mudah tersenyum, Sandya gak mendengarkan sama sekali. Hanya bagian awal dan akhir. Namun, demi kemaslahatan bersama, Sandya mengangguk seolah-olah dia betulan memahami, sembari diselingi ucapan, "Oh! Jadi, begitu, Mas. Semangat terus, ya!"

Nah, ini! Sandi bingung.

Semangat? Apanya yang harus disemangatin?
Oh! Mungkin semangat supaya gue istiqomah dalam tersenyum kali, ya?

Atas asumsi yang berhasil dikemukakan oleh otaknya sendiri, Sandi manggut-manggut. Sandya memang agak absurd. Jadi, kalau feedback yang dia terima sedikit—bahkan sangat—gak masuk akal, Sandi bisa memaklumi.

"Iya, San. Insya Allah Mas semangat terus," jawab Sandi terharu lalu mengusap-usap puncak kepala Sandya. Hal yang lumrah ia lakukan kalau-kalau Sandya mampu membuatnya terharu dalam hal apapun.

Sandya semakin bingung. Kok bisa-bisanya sih Mas gue? .... aneh ...?

Meskipun begitu, bagi Sandya, Sandi adalah segalanya. Gak pake tapi-tapian. Titik. Gak pakai koma. Kalau gak ada Sandi, gak tahu deh hidup Sandya akan kayak apa. Barangkali makin gelap.

Kalau istilah anak zaman, Sandi dan Sandya ini termasuk sibling goals banget. Bagaimana cara Sandi memperlakukan adiknya, masuk dalam kriteria jajaran manusia-manusia yang dilabeli sibling goals oleh netizen.

Sandi dengan segala ke-kece-annya mampu membuat bangga Anggara dan Anggita Maheswara - Bapak dan Ibu mereka. Kalau menghadiri acara pertemuan mereka selalu membangga-banggakan Sandi sebagai anak teladan yang sangat baik. Selain sangat murah senyum, Sandi ini hobi banget ikut acara kajian dan pengajian disela kesibukannya kerja. Mau yang jam tiga pagi sekalipun tetep disikat sama dia. Gas terus, euy!

Alhasil dari kegiatan—pamer yang berkedok—memperkenalkan anaknya ke khalayak, banyak ciwi-ciwi dari anak rekan sang papa dan mama yang diam-diam menggilai Sandi.

Namun, hal berbeda kalau Anggara dan Anggita memperkenalkan Sandya ke muka umum. Mereka akan selalu berkata: "Anak saya yang satu ini juga gak jauh beda dari Sandi. Pendiem. Lugu. Polos dan suci. Lihat itu tampangnya kayak malaikat—"

(Hidung Sandya kembang kempis mendengarnya)

Ini berlebihan. Iya, Sandya tau mereka gak mungkin memperkenalkan Sandya dengan: "Kalau anak saya yang satu ini agak ngadi-ngadi. Hidupnya gak tertata. Gak teratur. Hidup semaunya, berasa dunia milik sendiri yang lain ngontrak."

Sebetulnya, Sandya happy aja image-nya dibuat baik begitu. Siapa sih anak yang gak suka dibanggain sama orang tuanya? Hanya saja, Sandya gak terlalu menyukai diperkenalkan secara berlebihan. Lebih-lebih seperti yang mama dan papanya katakan.

Yang jadi soal, kalau beneran sih gak apa-apa. Nah, ini .... jatuhnya fitnah ....

Kembali lagi pada tugas matematikanya yang hanya berserak di meja belajar, lagi dan lagi - dan bodohnya - Sandya kembali pasrah. Apa gue gak usah ngerjain aja kali ya? Kayak biasa. Yah udahlah biasanya juga pasrah.

ANJAY(Ana) | ©️ 2025 | 𝕬𝖗𝖙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro