Light 3
Jiang Yuelou kini duduk tenang di samping si pemuda, mencoba memahaminya, tetapi tidak ada penjelasan yang bisa ia simpulkan.
Pemuda ini muncul entah dari mana. Dia tidak melihat penipuan di wajahnya untuk menunjukkan bahwa dia berbohong atau menyembunyikan kebenaran. Hidupnya dimulai di dalam mobil, tanpa masa lalu yang bisa diingatnya, dan dia mengembara di tengah hujan di tengah malam sampai dia menemukan dirinya di halaman villa. Di tengah keterpencilan yang dingin di sini, pemuda itu cukup beruntung masih bisa hidup.
"Kau melakukannya dengan sangat baik," dia meyakinkannya. “Kau sudah mengingat lebih banyak dari yang kau kira. Seiring waktu, aku yakin lebih banyak ingatan yang akan kembali. Kau pasti punya kehidupan. Kau datang dari suatu tempat. Kita akan mencari tahu.”
Pemuda itu mengejutkan Yuelou dengan mengulurkan tangan dan menggenggam erat-erat jemarinya. Kulitnya hangat dari pancaran api, dan dia mencium aroma lavender dari rambutnya.
“Terima kasih, Yuelou,” ia berbisik.
"Sama-sama."
Gelisah tanpa sebab, Yuelou mencoba tidak bereaksi atas genggaman tangan pemuda itu. Tapi ia tak bisa. Perlahan, tangannya pun balas menggenggam erat.
Sayangnya, pemuda itu menarik kembali tangannya dan duduk meringkuk di selimut lagi. "Apa yang akan kita lakukan sekarang?"
“Yah, aku sudah membersihkan luka di kepalamu, dan sepertinya tidak terlalu buruk, tapi aku khawatir karena kau tidak ingat apa-apa. Jadi yang ingin aku lakukan adalah membawamu ke rumah sakit sehingga mereka dapat menjalankan beberapa tes dan memastikan seratus persen bahwa kau baik-baik saja.”
Tangan pemuda itu tiba-tiba melesat dan meremas kembali pergelangan tangan Yuelou. Dia menggelengkan kepalanya dengan panik. "Tidak."
"Kenapa tidak?"
“Aku tidak ingin pergi ke rumah sakit. Orang-orang itu akan melihatku.”
“Orang-orang? Siapa?" Yuelou mengernyit bingung.
Pemuda itu menggelengkan kepalanya lagi, bahkan lebih kuat dari sebelumnya. "Tidak. Tidak, aku tidak bisa. Tolong jangan bawa aku ke sana. Kau bisa menjagaku sendiri! Aku aman di sini bersamamu.”
Yuelou menghela nafas. Dia tidak ingin mengganggu pemuda itu lebih dari ini. “Ngomong-ngomong, kau sudah menjalani hari yang panjang.
Kau pasti sangat lelah. Kau bisa tidur sebentar dan memulihkan kekuatanmu. Aku punya teman yang bisa membantu kita memutuskan apa yang harus kita lakukan selanjutnya, dan kita bisa membicarakannya besok pagi. Oke?"
Rasa lega membanjiri wajahnya.
"Ya. Baiklah!"
"Aku akan segera kembali dengan dua cangkir kopi," kata Yuelou, beralih ke mode santai.
"Tunggu, bolehkah aku menyalakannya?" Mata si pemuda beralih ke layar televisi lcd 54 inchi yang terpasang di dinding ruangan. Yuelou jarang menonton televisi, tapi ia merasa perlu memiliki benda itu di rumah. Dia tersenyum sekilas kemudian mengangguk.
"Tentu saja. Aku akan menyalakannya untukmu." Dia mengambil remote dan mencari channel yang memutar sebuah film.
"Kau bisa pilih sesukamu." Dia meletakkan remote dekat kaki pemuda itu yang masih memeluk lutut di balik selimut.
Yuelou mendorong dirinya untuk berdiri, bisa merasakan wajahnya memerah karena panas di ruangan itu. Dia meninggalkan pemuda itu di dekat api perapian dan kembali ke pintu yang menuju ke bagian dapur rumah, di mana udaranya lebih sejuk. Namun, sebelum dia pergi, dia memikirkan pertanyaan lain dan berbalik.
"Aku sempat bingung, bagaimana aku harus memanggilmu?"
Dia menatapnya dengan mata besar cemerlang. "Kau bisa memanggilku apa saja."
Yuelou menarik nafas. "Aku tahu kau mungkin tidak ingat, tetapi dapatkah kau memikirkan alasan mengapa polisi mungkin mencarimu?
Maksudku, mungkinkah seseorang membawamu secara paksa?"
Yuelou melihat bayangan berkedip di wajahnya. Jawabnya masih mengecewakan.
"Aku tidak tahu."
"Polisi datang ke villaku sebelum dirimu," kata Yuelou. “Aku tidak tahu kenapa, tapi sekarang aku bertanya-tanya apakah itu karena kamu.”
"Polisi ada di sini?" Mata pemuda itu diselimuti emosi yang rumit.
"Ya. Mereka pergi, tapi mereka akan kembali besok pagi. Aku dapat berbicara dengan mereka dan mencari tahu apa yang terjadi.”
Pemuda itu tidak mengatakan apa-apa. Ekspresi kosong kembali ke wajahnya, dan kali ini tetap seperti itu.
"Sudahlah. Maaf, aku terlalu banyak bicara. Kau bisa meneruskan menonton televisi, aku akan segera kembali," kata Yuelou.
Dia memberi pemuda itu senyum lagi dan kemudian berjalan menuju dapur. Berkutat sejenak dengan coffee maker lantas teringat bahwa masih ada stock ramen instan di kitchen set. Dia membuat dua cangkir kopi dan dua cup ramen instan, lantas kembali ke ruang tengah membawa nampan. Tetapi ketika dia datang melalui ambang pintu, Yuelou melihat bahwa selimut telah ditinggalkan di tumpukan kusut di lantai. Api masih berderak, tetapi tidak ada yang duduk di depannya. Pemuda itu telah pergi.
“Hei?” Yuelou bingung cara memanggil pemuda itu. Dia meletakkan nampan di atas permadani dan menyeberangi ruangan menuju pintu kaca yang menuju ke teras belakang rumahnya. Itu terbuka, dengan angin dingin menerpa. Dia menuju ke teras di bawah sinar bulan dan memanggil lagi. “Kau di mana? Apa yang salah?"
Pada awalnya, dia tidak mendengar apa pun untuk memberitahunya di mana dia berada. Kemudian, di bawah bisikan angin di taman, telinganya mendengar desahan putus asa. Suara itu datang dari belakangnya. Dia berbalik dan menyipitkan mata ke bayangan pemuda itu yang berdiri tegang di samping dinding rumahnya, tangannya terlipat di depan dada. Dia nyaris tidak terlihat dalam keremangan.
Ketika dia semakin dekat dengannya dan mengulurkan tangannya, dia merasa ngeri, seolah-olah dia juga takut padanya sekarang.
"Apa yang salah? Kenapa kamu lari?” gumam Yuelou selembut mungkin.
Air mata menetes dari matanya. “Jangan serahkan aku pada polisi, Yuelou."
"Kenapa tidak?"
Rambutnya jatuh menutupi kening, dan suaranya yang rendah berdeguk dari belakang tenggorokannya ketika dia mencoba berbicara. "Bunuh pemuda itu."
"Apa?" Yuelou terhenyak.
"Aku mendengar pria berbicara," pemuda itu memberitahunya.
“Mereka adalah polisi, dan itulah yang mereka katakan. Bunuh pemuda itu.”
"Polisi ingin membunuhmu?" Darah Yuelou berdesir dingin. Ini terdengar mengerikan.
Dia mengulurkan tangan menepuk pemuda itu, mencoba membuatnya lebih tenang. "Jangan khawatir. Aku tidak akan membawamu pada polisi. Ayo kembali ke dalam, aku membuat kopi dan juga ramen instant untuk kita berdua."
Pemuda itu masih ragu, tidak segera bergerak dari tempatnya. Yuelou menoleh, menatapnya, mencoba menegaskan bahwa ia bersungguh-sungguh dalam setiap ucapan. Beberapa saat dalam keheningan, mata mereka saling bertemu, dan perlahan-lahan pemuda itu mau mengikuti perkataan Yuelou. Keduanya kembali ke ruangan tengah yang hangat dan menonton film sambil menikmati ramen panas dan kopi yang nikmat.
Selesai makan, pemuda itu semakin terfokus pada film yang diputar di layar televisi. Yuelou tidak tahu di mana serunya. Butuh beberapa menit untuk dia menyadari bahwa pemuda itu bukan semata-mata mengikuti alur cerita, melainkan terfokus pada satu adegan di mana seorang anak perempuan berlarian mengejar kakak laki-lakinya.
Dalam kepingan fragmen yang terpecah dan buram, pemuda itu melihat adegan yang persis sama. Lantas suara-suara berdatangan dari kejauhan.
Yuzhi gege, kemarilah!
Itu suara seorang anak perempuan.
Kena kau!
Lantas suara-suara yang lebih dewasa dan asing, kilasan senyum, jabatan tangan, seseorang berbaring di dipan tepat di hadapannya. Itu bagaikan adegan film lama dalam layar buram.
Terima kasih dr. Chen.
Anda bisa kembali lagi nanti.
"Apa yang kau pikirkan?" usik Yuelou.
Pemuda itu tidak terusik, tatapannya menerawang ke langit-langit ruangan yang berlapis kayu. Tiba-tiba kedua tangannya mencengkeram kepala, memejamkan mata sesaat sebelum terbuka lebar.
"Yuzhi ..." ia bergumam, mirip desisan.
"Siapa?" tangan Yuelou menjadi dingin, sikap pemuda ini aneh dan berubah-ubah.
"Dr. Chen.."
"Kau mengingat sesuatu?" Yuelou bertanya antusias.
Pemuda itu menatap kembali ke layar, pandangannya kosong dan jauh.
"Chen Yuzhi ..." ia kembali berbisik, lantas menoleh pada Yuelou dengan tatapan takjub dan naif yang mengundang belas kasihan.
"Namaku Chen Yuzhi ..."
✨✨✨
To be continued
Please vote 💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro