Light 28
Jiang Yuelou mengenakan kacamata hitamnya, berharap itu bisa menyamarkan wajahnya dari siapa saja orang yang mungkin memperhatikan secara diam-diam. Meskipun cara itu sebenarnya tidak terlalu berhasil.
"Kita akan pergi ke Kanal Merah untuk mengikuti jalannya penggalian jasad korban pembunuhan," Chen Yuzhi berkomentar di sampingnya setelah sibuk dengan sabuk pengaman.
"Hmmm," Jiang Yuelou menatap serius ke depan, rahangnya tampak tegang dan mengeras.
"Lalu mengapa aku seperti melihat seorang aktor yang penuh gaya." Chen Yuzhi bermaksud menggoda pemuda itu untuk mencairkan suasana walau sebenarnya dia pun merasakan sedikit kecemasan.
"Sebenarnya biasa saja." Mau tak mau Jiang Yuelou tersenyum mendengar pujian secara tidak langsung dari kekasihnya.
"Kau hanya melihatku dengan tatapan yang berbeda." Dia melayangkan lirikan di balik kacamata, kemudian menyadari bahwa ekspresi Chen Yuzhi sebenarnya tidak bisa dibilang santai. Jelas sekali dia berusaha untuk terlihat tenang. Akan tetapi sesekali dia mengedarkan pandangan ke sekitarnya saat mobil yang mereka tumpangi melesat keluar halaman rumah Komisaris.
"Kuharap tidak ada yang mengenalimu," ujarnya, mengernyit sekilas waktu dia melihat sosok tersembunyi di balik pepohonan dan semak bunga. Dia tidak bisa menangkap dengan jelas sehingga merasa perlu memutar bahu untuk melihat lebih jelas.
"Cukup sulit menyamarkan auraku," gumam Jiang Yuelou dalam nada santai yang gagal.
"Nah, apa yang kau lihat?" lanjutnya, mengernyit heran.
"Entahlah." Chen Yuzhi kembali pada posisi semula, menatap jalanan yang terbentang saat kendaraan mereka keluar dari jalan komplek dan melaju di jalan raya yang lebar dan ramai.
"Terlihat seperti seseorang dengan jaket kulit hitam. Namun aku tidak yakin. Lagi pula, jika memang ada seseorang, mungkin salah satu penghuni kawasan ini."
Reaksi pertama Jiang Yuelou adalah mengatupkan bibir tipisnya hingga nyaris tak terlihat. Dugaan akan adanya mata-mata yang mengawasinya selama ia berada di sekitar rumah membuatnya kesal. Trik murahan semacam ini sudah sangat lazim dilakukan beberapa orang yang memiliki sedikit kekuasaan untuk memastikan target mereka tetap terpantau dan memberikan kemudahan bagi mereka merencanakan sesuatu yang tak terduga.
Benar-benar menjengkelkan ....
Jiang Yuelou menggertakan gigi. Menginjak pedal gas lebih dalam tanpa dia sadari hingga Chen Yuzhi terkesiap sewaktu mobil tiba-tiba nyaris melompat ke depan.
"Apakah kita harus terburu-buru seperti ini?" tanyanya, cemas melihat ketegangan di wajah Jiang Yuelou.
"Tim yang akan memeriksa sudah berangkat beberapa waktu lalu. Tak ada gunanya bergerak lambat. Bagaimanapun kau harus berada di sana untuk menjelaskan situasi yang kau saksikan malam itu."
Chen Yuzhi duduk dengan gelisah, berusaha sebisa mungkin untuk tidak menunjukkannya. Jalanan padat tapi cukup lancar siang hari ini, dan Jiang Yuelou masih mematuhi lampu lalu lintas meskipun ketukan kuku pada kemudi menunjukkan bagaimana ia tidak sabar dan merasa gelisah tanpa sebab. Dia lebih pandai menyembunyikan emosinya dibanding Chen Yuzhi. Ya, tentu saja. Akan tetapi keheningan yang menyelimuti mereka terasa berat seperti awan tebal.
Pada saat mobil meluncur di jalur bebas hambatan di sisi kota, Komisaris Bai menghubungi ponsel Jiang Yuelou, membuat pemuda itu mengernyit untuk sesaat.
"Halo, Paman?"
Dia menggunakan peranti hands-free untuk meminimalisir insiden berbahaya ketika berkendara yang timbul saat menjawab panggilan telepon. Namun, konsentrasinya tetap harus dijaga. Jiang Yuelou mengurangi kecepatan mobilnya tetapi tidak menepi.
"Kau sudah menuju ke lokasi?" terdengar suara berat Komisaris Bai di sambungan.
"Ya. Paman sudah berada di sana?"
"Baru lima menit yang lalu."
"Itu bagus." Jiang Yuelou menghembuskan napas. "Bagaimana situasinya?"
"Kami mulai menyisir area pinggiran sungai."
Ada gonggongan anjing pelacak di latar belakang. Jiang Yuelou bisa membayangkan situasi di sana seperti apa.
"Chen Yuzhi bersamamu?" Komisaris Bai bersuara lagi.
"Tentu saja."
"Oke. Pastikan dia sampai kemari. Kami membutuhkan keterangan darinya."
"Kau tidak mengirimkan pengawal?" tanya Jiang Yuelou.
Jeda sesaat.
"Pengawal?" ulang Komisaris Bai.
"Apakah seseorang menguntitmu? Kau terdengar cemas."
Tak bisa memastikan, Jiang Yuelou melirik spion, namun tidak menemukan kendaraan yang mencurigakan. Semua terlihat normal. Entah itu hanya kecemasannya saja, atau memang ada penguntit cerdik di luar sana.
"Tidak. Kurasa belum."
"Jangan membuatku bingung. Aku percaya padamu. Kau bisa diandalkan untuk membawa saksi kemari dengan selamat. Tapi tunggu, apa kau benar-benar memerlukannya? Aku akan menghubungi unit patroli."
Jiang Yuelou berpikir keras, lantas memutuskan.
"Sepertinya ini hanya kekhawatiranku saja," ujarnya, mencengkeram kemudi.
"Tetap waspada, ambil jalan yang aman. Mereka tidak akan bisa melukaimu."
"Oke."
Komunikasi berakhir dan Jiang Yuelou melanjutkan mengemudi. Kecurigaan dan perasaan waswas masih menyelimutinya. Namun tak ada gunanya merasa cemas sekarang. Dia hanya perlu tiba di lokasi secepatnya.
"Semua baik-baik saja?" tanya Chen Yuzhi.
Jiang Yuelou tidak menjawab, lagi-lagi melirik spion. Sekilas dia melihat satu unit sedan merah melaju di belakangnya dalam jarak tertentu. Dia merasa familiar dengan mobil itu, meski ada banyak kendaraan jenis itu berkeliaran di seluruh kota. Pikirannya seketika tertuju pada satu orang. Darahnya berdesir panas, merasakan kekesalan yang tiba-tiba.
Apakah itu Zinning? Apa dia menguntitnya, atau ini hanya kebetulan belaka?
"Yuelou," tegur Chen Yuzhi, mengalihkan perhatiannya dalam sekejap.
"Ya?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana situasi di sana?"
"Mereka sudah tiba, dan mulai mengerahkan anjing pelacak."
"Harusnya kau membiarkan mereka membawaku serta."
"Akan lebih aman jika kau bersamaku." Suaranya tegas, tidak memberikan ruang bagi Chen Yuzhi untuk memprotes.
"Aku percaya. Akan tetapi-"
Kalimat Chen Yuzhi terputus oleh dering ponsel Jiang Yuelou yang kedua kali. Bukan pamannya yang menghubungi, melainkan nomor seseorang.
"Siapa itu?" Chen Yuzhi menolehkan wajah pada pemuda di balik kemudi yang terlihat acuh tak acuh.
"Zinning," dengan enggan Jiang Yuelou menjawab.
"Mengapa kau tidak segera menjawab?"
Yang ditanya menoleh sekilas, tidak paham akan apa yang ada dalam kepala Chen Yuzhi.
"Tidak ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan," sahutnya, menambah kecepatan saat mobil kembali menyusuri jalanan padat di bagian timur Shanghai.
"Dia mungkin memiliki hal penting itu."
"Kau tidak suka kalau aku sering bicara dengan Zinning, bukankah begitu?"
Chen Yuzhi merasa tidak nyaman diingatkan tentang hal itu. Dia akui memang tidak menyukai teman wanita Jiang Yuelou dan mencurigainya sejak awal. Sebelum insiden penyerangan yang dilakukan oleh Yu Tangchun. Akan tetapi dia juga mempertimbangkan kemungkinan lain, bahwa Zinning memiliki hal penting untuk dikatakan.
"Jika kau ingin bicara dengannya, aku tidak keberatan," ujar Chen Yuzhi jujur.
"Mungkin dia hanya ingin bicara tentang kasus hukum yang ditanganinya. Masih ada lain kali. Fokus kita adalah tiba di lokasi secepatnya."
"Aku tidak ingin menyulitkanmu."
"Dengar, ini bukan tentang perasaan saja. Namun..."
Ponsel masih terus berdering, mendesak, menyentak, hingga untuk sesaat Jiang Yuelou mengernyitkan kening. Sekilas dia melirik ponsel, kemudian sedikit mengurangi kecepatan waktu mobilnya nyaris melintas di persimpangan jalan. Saat itu sebuah Suv hitam melesat dari arah kanan. Melanggar lampu merah dan terus menerjang ke arahnya.
"Astaga! Apa itu?" pekik Chen Yuzhi, menatap nanar pada Suv yang menderu-deru.
Shitt!!!
Jiang Yuelou mendengus keras, membanting kemudi untuk menghindari benturan. Mobilnya berputar cepat, melahirkan gesekan keras roda ban pada aspal. Suara-suara mulai berdatangan. Jeritan klakson dari mobil lain di sekitar persimpangan, dan bunyi decitan yang bersahutan.
"Yuelou!" Chen Yuzhi membungkuk secara refleks ketika dilihatnya Suv itu terus memburu ke arah mereka.
Aliran darah berdesir cepat dan berdenyut panas di pembuluhnya saat Jiang Yuelou berjuang mengayun kemudi, membelokkan roda ban dengan putaran ganas. Badai kepanikan menghantam, dan pekikan terkejut dari Chen Yuzhi memperburuk suasana.
"Bangsat!" umpat Jiang Yuelou murka, mencondongkan wajahnya ke depan.
Benturan keras tampaknya sulit dihindarkan dengan kecepatan seperti sekarang.
Di saat genting dan mendebarkan, Jiang Yuelou bertanya-tanya siapa pengemudi sinting yang bertekad mencelakakan dirinya dan Chen Yuzhi. Apakah ini hanya kecelakaan biasa atau sebuah rencana jahat. Jiang Yuelou menatap Chen Yuzhi yang meringkuk di sampingnya dalam detik-detik singkat, dan saat mereka bertatapan, Yuelou mengerti bahwa semua pertanyaan tidak penting lagi.
Akhirnya suara benturan keras menggema, beresonansi di udara. Namun, tak ada guncangan hebat ataupun situasi mengerikan seperti kendaraan yang jungkir balik dan terseret di jalanan. Chen Yuzhi menutup mata penuh kengerian, dan Jiang Yuelou melepaskan kacamata hitamnya untuk mengamati apa yang sebenarnya terjadi. Dalam kilasan cepat yang bisa dia tangkap, satu kendaraan lain merangsek masuk dan menjadi penghalang antara mobilnya dan Suv hitam itu. Sebuah sedan Ford merah yang sejak tadi mengundang kecurigaannya. Benturan yang terjadi adalah antara Suv dan sedan merah yang tiba-tiba berada di sana dalam sekejap. Dengan mata terbelalak, Jiang Yuelou bisa melihat jelas bagaimana sedan merah itu terbanting keras. Benturan itu cukup kuat, dan satu sisi sedan merah membentur mobilnya efek dari benturan hebat dengan Suv hitam. Meskipun cepat dan kabur, Jiang Yuelou masih bisa melihat kaca kemudi sedan itu terbuka dan memperlihatkan padanya satu wajah yang dia kenal.
"Zinning??" gumamnya, mengedipkan sepasang mata gelapnya yang tampak mati untuk sesaat.
Gadis itu menoleh padanya sebelum kepalanya membentur sisi mobil. Denyut kehidupan serasa terhenti bagi Yuelou. Baik mobilnya, sedan merah Zinning, dan Suv sinting itu kini berhenti dalam posisi kacau balau. Asap mengepul, menebarkan aroma tajam. Jeritan dan bunyi klakson semakin kencang, para pengguna jalan dilanda kepanikan dan mulai turun ke jalan.
"Astaga! Apa yang terjadi?!"
Jiang Yuelou merasa pusing, tapi ia baik-baik saja. Demikian pula Chen Yuzhi. Ekspresinya terlihat linglung. Namun Jiang Yuelou tahu bahwa Zinning tidak seberuntung dirinya. Dia melihat kaca kemudinya pecah, dan suara retakannya masih terngiang di telinganya dengan jelas.
Apa yang dia lakukan? Pikir Yuelou dengan fokus melayang-layang.
Apakah Zinning mengetahui rencana busuk pihak-pihak yang mengincar dirinya dan Chen Yuzhi?
Ya, mungkin kecelakaan ini adalah konspirasi. Jika tidak, untuk apa Zinning berada di sini dan mencelakakan diri sendiri.
✨✨✨
To be continued
Please vote 💙
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro