Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Light 18

Lapisan kerikil di tepi jalan berderak saat sepatu Yuelou dan Chen Yuzhi menjejak keras sebelum berbalik untuk melarikan diri. Mereka tidak bisa kembali ke dalam rumah, juga tidak yakin bisa bebas. Ketiga bajingan itu tidak akan membiarkan mereka pergi. Tidak sekarang maupun nanti. Terlebih setelah Yuelou mengetahui bahwa Yu Tangchun adalah salah satu dari komplotan sialan itu.

Sebelum berlari, Yuelou bertekad mengosongkan pistolnya. Dia tahu ada dua peluru lagi. Sosok nahas yang bergerak nyaris menggapainya adalah Jin Dacheng dan satu polisi itu, Xiao Xin. Yuelou menembak keduanya. Satu peluru meleset, satu lagi tepat mengenai paha Xiao Xin hingga ia meraung dan tak mampu berjalan selangkah pun. Dia jatuh ke tanah basah, terguling dengan perut menekan jalan. Sementara Jin Dacheng terjajar mundur lantas bersandar lemas di pagar memegangi bahu yang terluka.

"Lari!" Yuelou mendesis pada Chen Yuzhi.

Keduanya berjuang tetap seimbang di jalan licin. Malam begitu sepi dan kawasan ini nyaris terisolasi. Mereka tidak menemukan banyak cahaya selama menyusuri jalur lurus selebar lima meter dengan pohon-pohon mirip monster di sepanjang tepian. Jalan raya masih jauh, mereka tahu itu. Meski terengah-engah, tak ada waktu untuk menyerah.

"Yuelou!" Chen Yuzhi untuk sesaat menghentikan larinya. Wajahnya basah kuyup oleh hujan. Sesekali guntur meledak di angkasa, memantik ketakutan di mata polosnya.

"Jangan mempersulit diri sendiri. Yang mereka inginkan hanya aku!" Yuzhi nyaris meratap, tidak tahan lagi dengan segala kejutan mengerikan ini.

"Tidak! Cukup! Jangan bicara omong kosong lagi!" Yuelou mencengkeram bahu pemuda itu, rentan dan rapuh, mudah terguncang oleh tekanan.

"Mereka tidak akan mengejarmu jika telah mendapatkan aku," Chen Yuzhi bersikeras.

Sesuatu dalam diri Yuelou pecah mendengar itu.

"Aku berjanji mereka tidak akan menyulitkan kita lagi. Kau dan aku akan mengatasinya. Jangan putus asa. Ayo kita lari!"

Dalam tahap ini, Yuelou merasakan keterpurukan yang pahit atas perlakuan Yu Tangchun padanya. Kepercayaan yang hancur terasa sangat menyakitkan. Dia bisa memahami kekecewaan dan rasa frustasi Chen Yuzhi. Untuk insiden buruk ini, Yuelou merasa semua ini salahnya.

"Aku bersamamu! Ayo Yuzhi!"

Petir menyambar, kilat mengerjap lagi. Menerangi wajah pucat keduanya yang saling memandang. Akhirnya, Chen Yuzhi mengangguk patuh dan mulai menyeret kakinya lagi dalam pelarian yang menyedihkan.

Duduk bersandar lesu dalam mobilnya, Yu Tangchun dibuat merinding oleh dingin angin dan pukulan keras Yuelou di sisi wajahnya. Dia perlu menggoyangkan kepala beberapa kali untuk mengusir pening. Penyergapan kali ini gagal, dan ia harus menghubungi seseorang untuk menyampaikan kabar tidak menyenangkan ini. Yu Tangchun menghela nafas panjang dan berat, khawatir ia akan membuat seseorang kecewa.

Dia mengelus pipinya yang berdenyut sekali lagi sebelum mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang. Nada sambung mendengung berkali-kali, seiring detak jantung yang semakin keras mengetuk tulang.

"Xiao Yu?" suara tenang seorang pria menggema penuh wibawa.

Yu Tangchun menopang dirinya sendiri dengan menekan kemudi. Dia bisa mendengar suara tenang itu dan helaan nafas yang juga teratur, meskipun dia tidak yakin itu akan tetap sama setelah mendengar kabar buruk darinya.

"San Ye," ia menyebut nama itu dengan bibir tersenyum sedih.
"Sungguh maaf. Aku kehilangan mereka."

Reaksi pria di seberang yang tak lain adalah Zhan Junbai hanyalah kebisuan untuk beberapa lama. Menunggu reaksi darinya, Yu Tangchun merasa tangannya gemetar dan dingin.

Satu helaan nafas panjang terdengar sebelum Zhan Junbai bertanya.

"Bagaimana bisa?"

"Pengacara itu rupanya bedebah sialan yang cukup waspada. Dia terjaga di tengah malam dan menembak dua orang-orang kita."

Ada jeda lagi, penuh ketegangan.

"Ke mana sekarang dua orang itu pergi?" tanya Zhan Junbai.

"Mereka berlari di tengah hujan. Aku yakin akan sulit bagi mereka untuk mencari perlindungan di waktu dan cuaca seperti ini. Haruskah aku mengejar mereka sekarang?"

Kepala Zhan Junbai mulai dipenuhi lagi rencana dan langkah berikutnya. Dia harus tetap tenang setelah kegagalan kali ini. Terburu-buru dan sembrono bukanlah gayanya.

"Tidak perlu. Aku akan memikirkan perubahan rencana."

"Aku benar-benar tidak berguna seharusnya aku bisa membuatnya tetap terkendali," keluh Yu Tangchun. Suara tenang Zhan Junbai tidak serta merta membuatnya ikut tenang.

Zhan Junbai sebenarnya tidak sabar ingin menangkap Chen Yuzhi dan ia pun nyaris tidak tidur semalaman. Dia tidak berminat untuk mendengar kejutan yang tidak menyenangkan. Seandainya yang memberi kabar adalah orang lain, ia mungkin sudah membentak dan memaki. Namun yang sekarang bicara adalah Yu Tangchun, kekasih gelapnya. Kesabarannya kini tertatih-tatih, berjuang untuk tidak marah.

"Tidak apa-apa Xiao Yu," suaranya menenangkan. "Aku bisa menghubungi polisi Shanghai untuk meminta bantuan dan melakukan patroli di mana-mana. Aku berasumsi mereka akan melarikan diri keluar kota. Hal ini akan lebih rumit sekarang. Aku harus lebih tenang memikirkannya. Sekarang di mana posisimu dan tiga pria bodoh itu?"

Yu Tangchun menelan liur, suaranya mendadak berubah sedikit serak. "Masih di depan rumah peristirahatan milik Zinning di Feng Li Hua."

"Kau tidak cedera?"

Memar di wajahnya berdenyut lagi. Yu Tangchun memikirkan gagasan untuk mengatakan bahwa Jiang Yuelou memukulnya. Tetapi ia mengurungkan niat itu. Dia tidak berani mengacaukan suasana hati Zhan Junbai lebih buruk lagi.

"Tidak," jawabnya, lantas melirik spion di mana ia melihat Jin Dacheng terseok-seok ke arahnya.

"Tetapi tiga orang ini terluka. Apa yang harus kulakukan pada mereka?"

"Bisa apa lagi. Bawa mereka ke rumah sakit, usahakan jangan menunjukkan dirimu di depan banyak orang atau staff rumah sakit."

"Baiklah, San Ye."

Di sisi lain, Zhan Junbai menarik nafas dalam-dalam. Sesaat pikirannya buntu. Mungkin sedikit waktu yang dilewatkan bersama Yu Tangchun akan memperbaiki suasana hatinya.

"Sekarang pulanglah. Tetapi jangan ke rumahmu atau ke rumah Zinning. Datanglah kemari!"

Perintah yang lembut. Yu Tangchun mengulas senyum tipis.

"Aku akan ke sana. Lagi pula malam masih panjang."

Zhan Junbai pun mengukir senyuman. "Aku mencintaimu, Xiao Yu."

Telepon ditutup.

Selesai dengan urusan penting, Yu Tangchun menyembulkan kepalanya lewat kaca mobil dan berteriak pada Jin Dacheng dan dua pria lain.

"Masuklah! Aku akan membawa kalian ke rumah sakit!"

✨✨✨

Jiang Yuelou dan Chen Yuzhi terus berlari. Hujan deras membuat langkah keduanya tidak secepat biasa. Mereka terhuyung-huyung menuju persimpangan jalan. Satu waktu, Chen Yuzhi terantuk jalan yang tidak rata dan membungkuk, memegang bahu Yuelou dalam posisi menunduk seperti nyaris muntah.

"Yuzhi, kau baik-baik saja?"

Yuelou memegang tangannya dengan cemas. Yuzhi mengangguk. Poninya lengket di bagian depan, menutupi sebagian keningnya. Matanya yang berkilau kini sayu kehilangan cahayanya. Yuelou tahu pemuda ini mungkin tidak baik-baik saja. Dia bisa saja jatuh demam.

Jiang Yuelou memindai daerah sekitarnya. Mereka sendirian di jalan perumahan sepi dan masih lumayan jauh ke jalan raya. Rumah-rumah di kedua sisinya gelap. Tidak ada yang terjaga. Bahkan gonggongan anjing pun tidak terdengar.

"Kita perlu beristirahat," ujar Yuelou.

"Tidak perlu. Sedikit lagi. Ayo kita lanjutkan!" erang Yuzhi.

Dengan berat hati, Yuelou membiarkan pemuda itu kembali mengikuti dirinya. Dia masih berjuang untuk bernafas, berusaha mengembangkan paru-parunya lagi. Chen Yuzhi berhasil menegakkan tubuh, melingkarkan jemari erat di pergelangan tangan Yuelou.

Satu cahaya tiba-tiba muncul dari belakang mereka, menderu dalam kecepatan sedang. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kecepatan, hanya saja kendaraan yang meluncur dari arah belakang tampak meliuk seperti dikemudikan supir yang mengantuk atau mabuk. Keduanya menoleh, dan tidak memiliki banyak waktu untuk menyadari apa yang terjadi. Mobil itu menderu tepat di samping Chen Yuzhi. Spion kiri mobil menyenggol bahu Yuzhi tanpa sengaja, dan hembusan keras dari lajunya membuat pemuda itu seketika oleng. Pegangan tangannya pada Yuelou terlepas dan tubuhnya terhempas ke samping. Limbung, ia memekik kecil ketika kepalanya membentur satu tiang lampu jalan dengan keras.

Jiang Yuelou tercekat mendengar suara ketakutan dan kesakitan kecil yang datang dari Yuzhi. Memutar tubuh dengan cepat, ia menghambur ke arahnya, melingkarkan lengan di bahunya dan memeluknya.

"Yuzhi!" Dia menepuk lembut pipi basah pemuda itu yang terkulai.

"Sadarlah! Kita harus bertahan!"

Mobil sialan yang entah milik siapa itu melaju semakin jauh tanpa mempedulikan akibat dari kecerobohannya. Yuelou ingin mengumpat dan memaki si pengemudi, tapi ia tahu itu tak ada gunanya. Dia harus memastikan bahwa Yuzhi tidak terluka parah meskipun kepalanya terbentur keras.

Pada saat itu, di bawah cahaya suram kekuningan, Chen Yuzhi membuka mata dan mengerang. Beberapa kilasan peristiwa datang dan pergi bagaikan sambaran petir yang singkat. Jejak-jejak kenangan yang sempat hancur dan terlupakan perlahan-lahan menjelma kembali menjadi satu gambaran yang nyaris utuh. Yuzhi mengerjap ganas, melawan air hujan yang jatuh di matanya. Tangannya terulur menggapai Yuelou.

"Kepalamu sepertinya terluka," desis Yuelou panik. Kekhawatiran di wajahnya adalah cara Yuelou mengungkapkan cinta tanpa pamrih, cinta yang mencapai dirinya dalam waktu singkat dan tak terduga. Ia tidak bisa membayangkan bahwa akan melihat Yuzhi disakiti tepat di depan matanya.

"Mari! Aku akan menggendongmu. Jangan khawatir!" Sadar bahwa situasi sangat genting, dan bahwa Yu Tangchun bisa saja kembali mengincar mereka, Jiang Yuelou tidak ingin banyak berdebat lagi. Dengan sigap dia memposisikan dirinya di depan tubuh pemuda yang masih ambruk di tepi jalan, menarik kedua tangan lemasnya agar melingkar di lehernya. Yuelou mengangkat beban tubuh Chen Yuzhi di punggung, tertatih-tatih, berjuang melanjutkan langkahnya. Tidak lama lagi. Ini tidak akan lama lagi.

Hujan masih mengguyur deras tanpa ampun, menyamarkan pandangan keduanya.

"Yuelou... turunkan aku," bisik Chen Yuzhi tepat di telinganya dengan mata terpejam. Titik-titik putih beterbangan di belakang kepalanya efek benturan. Yuelou tidak mempedulikan ucapan pemuda di punggungnya dan terus melangkah.

"Ini pasti sulit bagimu.." Yuzhi menggumam lagi, nadanya mirip igauan.

Jiang Yuelou menggigit bibir. Jalan masih terbentang gelap di hadapan mereka. Dia bertekad membawa Yuzhi ke tempat aman dengan segenap jiwa. Dia merasa kesulitan, ya tentu saja. Tubuh Chen Yuzhi cukup berat. Tapi dia tidak akan menyerah.

Dalam hidup ia bertemu banyak orang, tetapi hanya sedikit yang meninggalkan kesan dan jejak di hatinya. Chen Yuzhi menyentuh hatinya dengan cara yang begitu samar, yang dampaknya tidak bisa ia kenali secara langsung. Hanya sadar ketika ia terjebak di tengah hujan, dalam pelarian yang melelahkan. Ingin mengakhiri namun tak kunjung berakhir. Ingin berhenti tapi tak bisa berhenti. Penderitaan yang indah adalah konsep yang aneh. Namun itulah yang dirasakan Yuelou. Dia pernah berpikir bahwa ia akan melewati senang dan susah seorang diri. Kali ini ia lega karena bisa mendampingi Yuzhi. Tetapi, fakta bahwa mereka bersama dalam situasi yang menyedihkan, Yuelou tidak tahu apakah ia harus bahagia atau menangis.

Langkahnya tidak berhenti walaupun petir menyambar lagi.

"Tidak apa-apa Yuzhi, ini tidak sulit. Ini juga tidak sakit..."

Kelopak matanya berkedip, dan Yuelou bersyukur bahwa hujan masih turun untuk menyamarkan air matanya.

Dagu Chen Yuzhi terkulai di bahu kanan Yuelou, sebelum kesadarannya melayang, ia sempat membisikkan sesuatu di telinganya.

"Yuelou—aku ingat. Aku ingat semuanya ...."

✨✨✨

To be continued
Please vote and comment 💙🥺

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro