Light 17
Jiang Yuelou menatap sosok itu. Hujan membuat pandangan semakin mengabur. Dia tidak bisa mengenali siapa itu. Secara naluriah, ia melangkah mundur, berpikir untuk segera kembali ke kamar dan mengambil pistolnya. Sesaat ia bingung, antara menyelidiki keluar atau tetap di dalam dan memastikan Chen Yuzhi aman.
Jiang Yuelou memeriksa sekali lagi, menyipitkan mata menembus kegelapan di luar. Cahaya lampu itu padam.ย Tapi ada dua atau tiga siluet manusia dalam keremangan.
Astaga! Siapa mereka? Apakah dua polisi yang mengejarnya sudah sampai di tempat ini? Mereka bahkan belum genap dua hari tinggal di rumah.
Petir berderak keras dan Yuelou terlonjak. Memutuskan untuk kembali ke kamar tidur, dia berbalik dan mendorong pintu kamar, dalam gerakan halus mengambil mantel di mana pistolnya tersimpan dan mengenakan sepatu.
Meskipun sudah bergerak hati-hati, Chen Yuzhi tiba-tiba terjaga dan langsung duduk.
"Yuelou..." gumamnya, masih linglung. Diawasinya Yuelou yang sibuk memasang sepatu.
"Ada apa?"
"Sssttt..." Tidak menduga Chen Yuzhi akan terbangun, Yuelou segera memberikan isyarat dengan telunjuk di depan bibir.
"Ada penyusup?" tanya Yuzhi, kali ini lebih waspada. Dia menurunkan sepasang kakinya ke lantai.
"Aku tidak tahu.." sahut Yuelou, nyaris berupa bisikan.
Kantuk dalam diri Chen Yuzhi kini terurai sepenuhnya. Sementara di luar, angin menabrak jendela dan gerimis rapat menciptakan bunyi ramai di atap.
"Ada beberapa orang pria di luar rumah," bisik Yuelou lagi, selesai dengan sepatu, dan kini berdiri tegak siap untuk mengintip lagi lewat jendela.
"Mungkin mereka salah satu penguni komplek ini," timpal Yuzhi, memberikan pendapat sederhana dan naif.
"Tidak mungkin," tegas Yuelou, berhati-hati untuk tidak menyalakan lampu agar siapa pun orang di luar akan menyangka bahwa mereka sedang tidur lelap.
"Apakah mereka mencurigakan?"
"Hmmm. Kurasa ya. Tidak ada salahnya untuk waspada."
Chen Yuzhi yang sudah mempersiapkan mental sejak mengalami peristiwa tak terduga beberapa hari belakangan kini bergegas mengikuti pergerakan Yuelou dengan mengenakan sepatu dan mantelnya. Kembali tidur sangat mustahil di waktu seperti ini.
Yuelou hanya berdiri di sana untuk waktu yang lama, dan Yuzhi nyaris bisa membaca keraguan dalam pikirannya.ย
"Mereka belum bergerak," ia berbisik lagi, masih mengintip.
"Ada tiga orang di luar. Mereka bisa pergi ke hampir semua arah untuk mengepung rumah kecil ini."
"Kau menakutiku," sahut Yuzhi, gelisah dalam duduknya.
Di luar, dua sosok pria mengenakan jaket kulit dan topi berjalan menembus hujan. setelah beberapa saat mereka bicara dengan tegas dan mulai berjalan kembali ke arah pagar rumah.ย Yuelou menghela napas yang tidak disadari telah ia tahan untuk menunggu siapa mereka.
Dia menoleh pada Chen Yuzhi. Mengangguk samar dan mundur dari jendela, memasukkan dompet serta ponsel ke saku mantelnya. Pistol berada di saku yang lain. Yuelou merasakan firasat kuat bahwa ia mungkin akan menggunakannya kali ini.
Ketika mereka mendengar gerendel pagar dibuka kasar, Yuelou pindah dari jendela, menarik Yuzhi dan bersandar ke dinding.ย
Langkah-langkah berat menjejak teras depan, lantas satu putaran kunci membuka pintu depan.
"Mereka tidak membuka paksa pintu itu.." desis Yuelou nyaris tak percaya pada situasi yang terjadi.
"Itu artinya mereka memiliki kunci."
Suara-suara semakin jelas dan satu pria menutup pintu di belakangnya. dan menembakkan tatapan ganas mereka ke seluruh ruangan remang-remang.ย
"Pekerjaan yang sangat efisien untuk membuka pintu dengan kunci yang tepat," bisik Yuelou lagi, nadanya tegang.
"Yuelou, bagaimana kita bisa keluar dari rumah ini tanpa ketahuan?"
Jiang Yuelou menangkap ketakutan dalam suara Chen Yuzhi. Para penyusup itu berjumlah dua orang dan ketika Yuelou mengintip lagi lewat jendela kamar, ia melihat seorang pria berambut gondrong dan mengenakan jaket kulit berdiri siaga di pagar.
Jin Dacheng, ia membatin. Darahnya berdesir.
Yuelou tidak tahu pasti apakah pria itu memiliki pistol atau tidak. Tapi ia punya. Jalan satu-satunya untuk bisa menyelinap keluar tanpa ketahuan adalah dengan melompati jendela. Dia mungkin bisa menang jika berkelahi dengan tangan kosong.
"Yuzhi, lewat sini.." bisikannya rendah, menguatkan ketegangan.
Chen Yuzhi gemetar ketika Yuelou dengan sangat hati-hati membuka jendela, mendorongnya ke arah luar dan mengawasi Jin Dacheng waspada.
Mereka melompat dengan cepat dan berhasil menjejakkan kaki di halaman. Butiran hujan seketika menerpa wajah dan tubuh keduanya hingga menggigil kedinginan.
Pria di pagar, Jin Dacheng, dengan cepat mengenali pergerakan mereka dalam cahaya suram lampu taman dan seketika berteriak.
"Hei!! Mereka di sini!"
Yuelou menarik tangan Chen Yuzhi, berlari melintasi halaman sementara satu tangan menarik pistol di balik mantel. Semuanya terjadi begitu cepat hingga kewaspadaan Jin Dacheng menumpul. Dia hanya mendelik saat laras pistol tiba-tiba terarah padanya. Yuelou menarik pelatuk tanpa menghentikan larinya.
Suara letusan menggema di tengah malam dalam ketenangan hunian itu.
Jin Dacheng menjerit keras saat timah panas menembus bahu kanannya.
"Berhenti!!"
Satu teriakan datang dari dalam rumah. Dua orang penyusup secepat kilat berbalik arah dan kembali ke pintu depan sewaktu mendengar teriakan Jin Dacheng.
"Hentikan mereka!"
Yuelou menarik pagar, melayangkan tendangan keras pada pinggang Jin Dacheng yang terhuyung-huyung akibat tembakan yang menembus tubuhnya. Dia goyah, tapi masih bisa bertahan.
Tendangan itu cukup keras dan tubuh Jin Dacheng tersentak ke belakang, jatuh menimpa tanah dengan punggung mendarat terlebih dahulu.
Ketika Yuelou dan Yuzhi berlari keluar pagar, satu tembakan meledak dari arah pintu depan. Peluru melesat dan memantul ke pagar besi.
"Sialan! Penyusup membawa pistol!" geram Yuelou. Pijakan terasa licin karena hujan. Ia berpegangan pada pagar sebelum melakukan lompatan besar diikuti Yuzhi yang terhuyung-huyung di belakangnya.
Guyuran hujan gerimis sedingin es perlahan menjadi deras seiring kilatan petir mengerjap di angkasa kelam.
Derap langkah berat berlarian menuju ke arah mereka. Yuelou berbalik, melepas dua tembakan pada sosok-sosok yang muncul dari pintu depan. Terdengar umpatan terkejut dan juga sumpah serapah.
Mereka masih bergerak. Yuelou menembak lagi, kali ini lebih fokus dan hasilnya adalah satu raungan keras dari salah seorang penyusup itu.
Satu orang lagi merangsek maju, berlari menembus hujan dan melewati pagar yang telah mengayun terbuka. Yuelou menarik bahu Chen Yuzhi, menempatkan pemuda itu di belakangnya.
"Berindung di belakangku!" dia memerintahkan Yuzhi dengan nafas tersengal di wajahnya yang basah kuyup. Pria yang mengejar menodongkan pistol seraya bergegas ke arah Yuelou. Dengan mengerahkan segenap keberuntungan, Yuelou membidik ke lengan si penyerang lebih cepat. Letusan kembali menggema dan pria itu memekik. Pistol terlepas dari tangannya dan jatuh ke tanah basah. Dalam keremangan, Yuelou mengenali sekilas -- meski tidak sepenuhnya yakin -- bahwa pria itu adalah salah satu dari polisi yang mencoba mencegatnya dua hari lalu.
"Brengsek! Jangan lari!!"
Pria itu, Wang Meng, terseok-seok menghambur ke arah dua targetnya.
"Yuelou! Ayo kita lari!" suara Chen Yuzhi berbisik putus asa di tengah derai hujan.
Tidak jauh dari situ, Yuelou melihat satu sedan hitam terparkir di bawah bayang-bayang gelap di tepi jalan. Dia merasakan gelombang kelegaan. Mungkin kendaraan itu milik para penyusup. Dia bisa merampasnya dari mereka dan melarikan diri.
Yuelou menggenggam tangan Yuzhi, kemudian berjalan cepat menuju mobil itu. Seketika kelegaannya menguap saat ia cukup dekat untuk melihat bahwa kaca kemudi turun hingga setengahnya.
"Ti--dak!" Yuelou terjajar selangkah ke belakang.
Di balik kemudi, duduk seorang pria. Menolehkan wajahnya pada dua pemuda yang diserang, dan menampakkan ekspresi datar yang sulit dipercaya.
"Kau begitu terobsesi dengan pemuda ini dan sangat bertekad untuk menyelamatkannya. Itu terlalu beresiko. Jika kau tidak ingin menghadapi masalah lagi, serahkan pemuda itu padaku dan kau boleh pergi. Jika tidak, hal ini akan memicu pada baku tembak dan tidak ada yang menginginkannya."
Suara pria itu cukup tenang, tanpa kesan ancaman, juga tidak terlalu berwibawa. Yuelou berdiri tak bergerak saat hujan membekukan tubuhnya. Semakin lama ia berdiri di sana dan mengamati, semakin dia menjadi pilar es. Dia ingin memaki, tapi tidak bisa. Kengerian memenuhi pikirannya dan ia nyaris tenggelam. Pria dalam mobil adalah salah satu dari mereka. Dia telah diatur. Semua yang telah dia lakukan adalah untuk menahannya bersama Chen Yuzhi. Untuk memastikan bahwa mereka tidak bisa lagi melarikan diri. Dan itu berarti sesuatu yang lebih buruk.
"Y--Yu Tangchun..." Yuelou menemukan suaranya serak dan gelisah.
Zinning. Apakah Zinning bagian dari semua ini juga?
Di sampingnya, lutut Chen Yuzhi gemetar. Rasa cemasnya kini terurai sudah.
"Yuelou, kita tidak bisa mempercayai sahabatmu, atau siapa pun.." ia mendesah putus asa.
Yuelou menggertakkan geraham. Melawan dingin dan amarah. Semua yang dikatakan Zinning padanya adalah bohong. Dia seharusnya mendengarkan kecemasan Chen Yuzhi tentang dia. Pengkhianatan ini terasa pahit.
Yu Tangchun terus bicara. "Suruh pemuda itu masuk ke dalam mobil. Aku akan membawanya ke tempat yang nyaman dan setelah itu kau boleh pergi. Semua selesai dengan baik, bukan?"
Yuelou tidak yakin harus berbuat apa. Apakah dia akan terus lari, bersembunyi, berpura-pura tidak mendengar apa yang ia dengar. Namun yang pasti, ia tidak akan menyerahkan Chen Yuzhi pada siapa pun. Bahkan pada dewa.
Yuelou melirik para pria bajingan yang tersungkur di tanah mulai bangkit terhuyung-huyung. Yuelou tahu ia kehabisan waktu.
Sebelum Yu Tangchun menaikkan lagi kaca mobil, Yuelou mengambil kesempatan singkat untuk melampiaskan sepercik amarahnya. Tinjunya melayang cepat mengarah ke satu sisi wajah pucat pria di balik kemudi.
"Sialan kau! Bedebah kecil!"
Buugghhh!!!
Tinjunya mendarat sekuat tenaga, dan kepala Yu Tangchun nyaris terpelanting ke sisi lain.
"Aargghhh!"
โจโจโจ
Beware! Yuelou is angry!๐ง
To be continued
Please vote ๐
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: Truyen247.Pro