Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Light 15

Saat mereka keluar dari rumah makan, hujan mulai reda. Jiang Yuelou baru akan mendekati mobilnya ketika dia melihat sebuah mobil baru saja keluar dari tepi jalan di depan bangunan. Mobil itu muncul dari bayang-bayang dan melebur ke dalam cahaya penerangan lampu jalan.

Yuelou menyipitkan mata, memperhatikan. Lampu depannya menerangi pemandangan musim gugur yang menakutkan. Pohon-pohon menjulang hitam, seperti siluet bercabang, dengan ranting bergerak-gerak seakan ada mahluk astral duduk di atasnya.

"Apa yang kau lihat?" Chen Yuzhi kebingungan melihat Yuelou tidak segera membuka pintu, justru menatap tajam ke satu arah.

Saat mobil itu melaju melewati mereka, Yuelou sepintas mengenalinya. Itu mirip dengan jenis sedan yang dikendarai Zhan Junbai, walaupun dia tidak yakin pria itu ada di dalamnya.

Sekarang, itu menarik. Dia memiliki keinginan untuk mengikutinya, tetapi juga merasakan dorongan yang lebih kuat untuk membawa Chen Yuzhi pergi, memastikan semuanya baik-baik saja. Akhirnya Yuelou mengabaikan prasangka dan membuka pintu kemudi, melangkah masuk ke dalam.

"Perjalanan masih satu jam lagi," Yuelou berkata pada Chen Yuzhi yang duduk di sampingnya, tampak lebih santai.

"Jika kau mengantuk, tidurlah dulu. Akan kubangunkan jika kita sudah tiba di rumah Zinning."

Chen Yuzhi tersenyum dalam keremangan cahaya dalam mobil dan mengangguk.

Saat itu Jiang Yuelou memeriksa ponsel sejenak dan menghubungi nomor Zinning. Ternyata nomor itu tidak bisa dihubungi. Dia mencoba beberapa kali dan masih sama. Sesaat Yuelou merasa ragu, tapi ia memutuskan untuk tetap pergi ke rumah kawannya, memilih percaya bahwa Zinning mungkin bisa membantu.

"Sepertinya Zinning sibuk dengan pekerjaan atau urusan lain. Aku tidak bisa menghubunginya," ujar Yuelou, menyimpan ponsel dan fokus mengemudi.

"Apa kita tetap meneruskan rencana awal?" tanya Yuzhi.

"Untuk saat ini aku tidak bisa memikirkan kawan lain yang bisa kupercaya."

"Menyenangkan bukan? Memiliki seseorang yang peduli, dan perempuan selalu memberikan rasa nyaman dengan kelembutan mereka," tiba-tiba Chen Yuzhi bicara penuh perenungan.

"Apa kau membicarakan Zinning?"

"Hmm. Ya, dia yang kemarin ke rumahmu, kan?"

"Kau pasti masih mengingat dengan baik. Tapi Zinning hanya teman biasa. Dia tidak memberikan rasa nyaman seperti yang kau bicarakan."

"Aku tidak membahas apa hubunganmu dengan dia. Tapi, kehadirannya mengingatkan aku pada seseorang di rumah."

Yuelou tidak berkata apa-apa. Dia merasakan sesak di tenggorokannya, karena Chen Yuzhi membicarakan seorang perempuan tanpa menyadarinya. Itu juga pertama kalinya dia berbicara tentang memiliki seorang perempuan, pertama kalinya dia membuka pintu ke dalam hati dan jiwanya untuknya sedikit. Ketika Yuzhi mengatakan dia tidak ingat apa-apa tentang siapa pun atau keluarganya, Yuelou memakluminya, tapi tidak benar-benar percaya bahwa Chen Yuzhi sebatang kara. Dia pasti memiliki seseorang yang istimewa. Diam-diam ia memikirkan kembali perasaannya, dan khawatir bahwa membuka pintu hati untuk seseorang bisa menjadi hal yang menakutkan.

"Kau memiliki seorang wanita dalam hidupmu?" ia bertanya, namun tidak siap dengan jawabannya.

Chen Yuzhi terdiam. Bayangan samar seseorang menari-nari di balik kabut. Dan ia tahu bahwa bayangan itu adalah perempuan.

"Entahlah. Aku merasa begitu. Ingatan bisa hilang tapi tidak dengan perasaan. Kukira aku memilikinya, dia selalu dekat denganku."

Yuelou menghembuskan nafas, melonggarkan kancing kemeja paling atas. Garis wajahnya kaku dan dingin, seakan-akan dia tengah berada di ruang sidang pengadilan.

"Siapa dia?" cara bicaranya mulai menginterogasi.

Chen Yuzhi termenung.

Kebisuan itu membuat Yuelou tanpa sadar mempercepat laju kendaraan hingga mobil itu melesat di jalan raya.

"Kau tidak mau menjawab?" Ia melirik sekilas.

"Seorang saudara," suara Chen Yuzhi menerawang.

"Hanya saudara?" rahang Yuelou masih mengeras dan kaku. Matanya menyipit ke arah depan.

"Yah, aku yakin. Dia sangat manis dan menyenangkan..." Chen Yuzhi tersenyum, mulai melihat gambaran jelas di ingatannya yang sempat kacau.

Yuelou menambah kecepatan lagi hingga ia bisa merasakan tubuhnya seolah melayang. Di sampingnya, Yuzhi menegang, ngeri, dan meremas sabuk pengaman.

"Yuelou, apa-apaan? Mengapa cara mengemudimu jadi brutal?" tanyanya cemas.

"Kau benar-benar tidak ingat siapa dia?" Yuelou tidak mengindahkan komentar Yuzhi, masih sibuk dengan simpul pikiran yang rumit. Dugaan buruk yang tidak menyenangkan, dan kekesalan tanpa sebab.

Chen Yuzhi membisu dalam kebingungan. Sejenak dia ragu-ragu, hingga adegan yang sama kembali berulang di kepalanya.

Yuzhi gege..

"Adik," suaranya mengambang.

"Apa?"

"Aku memiliki seorang adik perempuan."

Sesaat, Yuelou menarik nafas dalam-dalam diselimuti rasa lega. Perasaan yang tidak tahu malu baru saja memperdayanya dengan mudah. Entah mengapa. Cepat kesal seperti barusan sama sekali bukan gayanya.

"Senang mendengarnya," gumam Yuelou, lebih tenang.

Dia melirik Chen Yuzhi. Pemuda itu nampak larut dalam keraguan, sorot matanya kosong. Yuelou pernah membaca dan mendengar di satu tempat bahwa ingatan seseorang bisa hancur saat mengalami trauma. Dalam beberapa kasus, ingatan bisa kembali jika seseorang dikembalikan pada situasi yang nyaris sama. Jika semua semakin membuatnya kesal, haruskah ia membenturkan kepala Chen Yuzhi ke tiang listrik, dinding atau semacamnya? Agar jelas baginya apakah Yuzhi memiliki seseorang yang istimewa dalam hidupnya atau tidak.

Astaga-- kenapa itu menjadi penting?

Tanpa terasa, mereka sudah semakin dekat ke tujuan.

Rumah Zinning nampak sunyi, lampu taman berpendar suram. Tapi cahaya lampu teras lebih terang, memberikan harapan bahwa si empunya rumah berada di dalam. Yuelou menepikan mobil di depan pagar rumah, menoleh pada Chen Yuzhi.

"Kita sudah sampai."

Dia memegang tangan pemuda itu dan membawanya pergi menuju halaman. Di taman di luar, ada gazebo yang dibuat untuk duduk bersantai. Sebagian dinding tertutup untuk menahan hawa dingin di musim dingin  dengan atap berbentuk kerucut dan gantungan angin di sisi atapnya.

"Yuelou, bagaimana jika aku menunggu di gazebo itu sementara kau bicara dengan temanmu di dalam," Yuzhi mengatakan pendapatnya.

"Mengapa begitu?" Langkah Yuelou terhenti di tengah halaman, menatap wajah tidak nyaman Chen Yuzhi.

"Kupikir, aku belum bisa mempercayai kawanmu itu."

"Beri dia kesempatan. Dia kawan baikku, Zinning mungkin bisa membantu," suara Yuelou lembut dan hati-hati.

Yuzhi terdiam, tidak menunjukkan reaksi apapun. Namun akhirnya ia mengangkat bahu. "Jika kau berkata begitu."

Keduanya berjalan lambat-lambat dengan benak dipenuhi teka-teki dan menuju pintu depan. Rumah itu cukup besar, dan dicat kuning gading, seperti seberkas sinar matahari pucat di sore hari. Zinning pernah berkata bahwa ia selalu ingin rumahnya menjadi tempat istirahat yang menyenangkan untuk menawarkan kejenuhan dari hari-hari kelabu di firma hukum. 

Yuelou memperhatikan garasi dan menyadari bahwa Ford merah milik Zinning tidak diparkir di dekat rumah, dan dia bertanya-tanya apakah temannya sedang keluar. Ketika dia mengetuk pintu, seorang pria yang membukanya. Dia tampak terkejut melihat Yuelou dan Chen Yuzhi.

"Oh, Tuan Jiang."

Tidak menduga bahwa pria itu sedang berada di rumah Zinning, Yuelou cukup terkesiap tapi dia pulih dengan cepat.

“Hai, Tuan Yu. Apakah Zinning ada di rumah?”

"Tidak. Dia punya janji, tapi aku berharap dia segera kembali. Apa kau mau menunggu?”

Yuelou mengangguk.

"Tentu."

Pria di rumah itu adalah Yu Tangchun, tunangan Zinning. Usianya sebaya dengan Yuelou, memiliki perawakan kurus dan berwajah manis dan lembut. Namun sekali waktu, sepasang mata kecilnya bisa jadi berkilau waspada, seperti sekarang. Dia melihat pada Chen Yuzhi dan menunjukkan raut wajah kaku.

"Ini kawanku, Chen Yuzhi." Yuelou mengangguk pada Tuan Yu dengan senyum tipis memohon pengertian.

Yu Tangchun melambaikan tangannya ke dalam. Mereka masuk dengan canggung ke ruang tamu. Sikap tuan rumah bahkan lebih canggung. Dia bukan pria yang ekspresif, tetapi Yuelou curiga bahwa Zinning belum memberitahunya tentang apa yang sedang terjadi.

"Anda ingin menunggu di ruang duduk?" Dia bertanya pada Yuelou.

"Jika kau tidak keberatan."

“Aku akan membuatkan sesuatu untuk kalian. Kopi?"

"Tidak. Terima kasih."

Yu Tangchun membawa mereka pada satu ruangan lain yang lebih hangat dan penuh aura kekeluargaan, lantas ia meninggalkan kedua tamu itu sendirian. Yuelou tidak merasa tersinggung dengan sikapnya yang datar dan menjauh, meskipun sopan, karena memang begitulah dia. Sejujurnya, Yuelou tidak mengenal Yu Tangchun secara pribadi, hanya sekilas perjumpaan di masa lalu jika pria itu menemui Zinning di luar kantor.

Perabot di ruangan itu mewah dan nyaman. Sofa empuk yang penuh dengan bantal. Karpet dengan desain berbentuk hati berwarna merah. 
Lampu duduk bertudung kristal. Itu adalah tempat di mana seseorang bisa merasa nyaman.

Mereka duduk di sofa dan membiarkan tubuhnya tenggelam ke bantal. Musik piano dimainkan dengan lembut dari sebuah speaker tersembunyi, melodi klasik dan santai. Di depannya ada meja kopi antik yang berisi sekotak tisu, vas bunga, dan tungku mini yang memberi aroma mawar pada ruangan. 

Ada sebuah novel di meja. Merasa tertarik, Chen Yuzhi mengambilnya, membuka beberapa halaman kemudian menutup buku itu dan meletakkannya kembali di atas meja  tanpa membolak-balik halaman lainnya. Cerita fiksi terlalu rumit untuk pikirannya sekarang. 
Semuanya akan semakin membingungkan.

Sementara itu, Jiang Yuelou sibuk menggulir ponsel, menghubungi nomor Zinning beberapa kali dan masih tidak aktif.

"Mungkin dia masih sibuk, atau sedang dalam perjalanan," Yuzhi berkata saat melihat ekspresi cemas di wajah Yuelou.

"Ini sudah hampir pukul sepuluh malam. Seharusnya dia sudah kembali ke rumah. Mungkinkah dia menginap di tempat lain.." gumam Yuelou.

"Tunggulah sebentar lagi," Yuzhi menyahut, berusaha untuk merasa nyaman di rumah Zinning yang terasa asing.

Yu Tangchun tidak muncul lagi setelah menyambut kedua pria di pintu. Tampaknya dia pergi ke kamar tidur tamu. Selama lima belas menit berikutnya, Yuelou menunggu dengan gelisah. Dia nyaris tidak bisa diam dan mondar-mandir di depan Chen Yuzhi.

Akhirnya mereka mendengar suara mesin mobil di halaman dan langkah seseorang di ruang tamu. Ada percakapan samar antara pria wanita. Sepertinya Yu Tangchun memberitahu Zinning bahwa koleganya datang bertamu di jam malam.

Zinning masuk ke ruang duduk, mengulurkan tangan dan meremas tangan Yuelou.

"Ah, maaf. Aku tidak ada di sini ketika kalian tiba," katanya, melirik sekilas pada Chen Yuzhi. Pemuda itu menatapnya dan memberikan anggukan.

"Aku tidak menunggu lama. Tapi mengapa kau sulit dihubungi?" Yuelou menarik tangannya dari genggaman Zinning secara halus.

"Ponselku kehabisan daya."

Zinning duduk di sofa, menghadapi kedua tamunya. Matanya memperhatikan segalanya. Yuelou bisa melihatnya memperhatikan Chen Yuzhi  seolah-olah dia mencoba mengingat bahwa itu adalah pemuda yang dia lihat di villa Yuelou kemarin malam. 

"Apakah kau menemukan atau mendengar sesuatu tentang Chen Yuzhi?" Yuelou bertanya. “Kau bilang akan menelepon. Aku harap kau berhati-hati dengan siapa kau berbicara. Ada beberapa informasi yang keliru tentang kami."

“Aku pergi ke pengadilan sepanjang hari, juga bicara dengan beberapa sumber."

"Dan?"

Seperti biasa, Zinning memilih kata-katanya dengan hati-hati. “Aku berharap  punya jawaban untukmu, tapi sayangnya aku belum mendapatkan informasi apa pun."

Yuelou mengerutkan kening. “Jadi tidak ada yang tahu apa yang terjadi, atau mungkin mereka tidak mengatakan sepatah kata pun untuk menutupi sesuatu. Itulah masalahnya. Aku tidak tahu siapa yang harus dipercaya. Tidak juga polisi."

"Kau bisa mempercayaiku," ujar Zinning.

Itu benar, dan Yuelou tidak ragu. Tapi Chen Yuzhi yang duduk di sampingnya merasa aneh mendengar Zinning mengatakan itu. Mereka terlihat sudah sangat dekat dalam waktu yang cukup lama.

"Aku menyuruhmu untuk tinggal di villamu," Zinning menambahkan. 
"Aku bilang kau harus tenang sementara aku mencari tahu."

“Aku tahu, tapi aku tidak bisa duduk di sana dan tidak melakukan apa-apa. Aku harus keluar dan mencari informasi. Dan kami menemui beberapa momen menegangkan.”

"Apa maksudmu?"

Yuelou menceritakan semua yang telah terjadi dalam beberapa jam terakhir. Dia memberi tahu Zinning tentang kunjungannya ke rumah nyonya Qiu, tentang pelarian putus asa dari pria gondrong di taman perkemahan, dan akhirnya tentang konfrontasinya dengan petugas polisi di luar villa yang berakhir dengan kedatangan seorang pria asing lain bernama Zhan Junbai. Kisah itu membawa ekspresi ngeri ke wajah Zinning.

"Petugas polisi itu, apakah mereka bersekongkol dengan pria yang kau bicarakan?"

"Entahlah. Namun dia bukan pria sembarangan. Pengusaha di Kanal Merah, dan tato elang di tangannya terkait dengan insiden mengerikan yang disaksikan Yuzhi."

Zinning melirik ke arah Chen Yuzhi lagi sekilas memberikan senyum tipis penuh empati.

"Aku khawatir pria itu justru menjadikanmu sasaran baru."

“Bagaimanapun mereka bisa saja membunuhku jika aku pergi bersama mereka, dan Chen Yuzhi juga. 
Setidaknya kami lolos.”

“Untuk saat ini, tetapi apa yang terjadi ketika mereka menemukanmu lagi? Polisi akan menganggapmu berbahaya.”

“Makanya aku harus bersembunyi.”

"Tapi pergi ke mana?" Zinning bertanya.

“Di mana saja. Aku tidak peduli. Aku tidak bisa menggunakan fasilitas hotel. Mereka akan mencariku dan juga melacak kendaraanku di kamera pengawas. Aku hanya perlu pergi bersembunyi untuk sementara."

"Alih-alih sembunyi, mengapa kau tidak mencoba pergi ke distrik Kanal Merah? Jika kau curiga pada pria bertato itu."

Yuelou bangkit dari sofa. Dia menemukan dirinya mondar-mandir lagi. Gelisah. 

“Aku sempat memikirkannya. Tapi tempat itu berbahaya bagi Chen Yuzhi. Jika asumsiku tepat, peristiwa yang disaksikan Yuzhi mungkin terjadi di sana. Kedua polisi itu—kalaupun mereka polisi sungguhan—mereka dari distrik itu juga. Sedan hitam tempat Yuzhi disimpan, bisa jadi berada di satu tempat di Kanal Merah sebelum membuat pemberhentian terakhirnya di rumah nyonya Qiu. Tidakkah kau melihat? Di situlah semua ini dimulai.”

“Kalau begitu kita harus pergi ke sana dan mendapatkan jawaban,” kata Zinning. "Bersama."

Yuelou menggelengkan kepalanya. “Dan menempatkan Chen Yuzhi dalam bahaya? Tidak. Aku tidak akan melakukannya. Pria bertato jelas mengejar Chen Yuzhi."

Kali ini Zinning menatap Chen Yuzhi agak lama. Pemuda itu berdiam diri sejak awal pembicaraan. Yuelou mencoba membaca ekspresi di wajah temannya, tapi itu tidak bisa ditebak. 

“Zinning, kau tidak tahu apa-apa tentang Yuzhi, bukan? Tentang mengapa beberapa orang memburunya?”

“Tidak. Aku sungguh tidak tahu.”

"Yah, bagus," jawab Yuelou.

"Jika kau merasa tidak aman di sini, kau perlu memastikan ke mana tujuanmu," kata Zinning.

“Sudah kubilang tidak masalah kemana aku pergi. Di tempat lain, di mana kami akan aman, di mana aku bisa menemukan orang yang dapat dipercaya.”

"Aku bisa memikirkan satu tempat," kata Zinning.

"Di mana?"

Wanita itu mengerucutkan bibirnya, seolah-olah berdebat apakah akan mengatakan sesuatu lagi.

"Kau tahu aku memiliki sebuah rumah kecil di perumahan resort sebelah Tenggara sungai Huangpu. Unit terbatas, dan cukup aman. Feng Li Hua."

Yuelou tertegun untuk beberapa saat, menoleh pada Chen Yuzhi, seakan mencari persetujuan. Pemuda itu hanya memberinya tatapan hampa. Tidak menolak, namun juga tidak bersemangat.

"Bagaimana?" tanya Zinning, memastikan.

Situasi membingungkan, namun Yuelou harus tetap memutuskan. Akhirnya dia memberikan anggukan pada Zinning, setelah yakin Chen Yuzhi tidak akan keberatan.

"Baiklah. Kau akan mengantar kami ke sana malam ini?"

"Malam ini juga?"

"Ya. Tentu. Lebih cepat lebih baik."

Zinning terlihat ragu-ragu. "Mengapa tidak kau tunggu hingga esok pagi? Aku cukup lelah seharian. Kalian bisa menginap di sini malam ini, dan berangkat pada pagi hari."

"Kau yang mengantarkan kami, bukan?"

Zinning terdiam sejenak, sibuk dengan beberapa hal di pikirannya.

"Baiklah."

Tatapannya beradu dengan Yuelou, sama-sama mencoba untuk meraih kepercayaan satu sama lain. Yuelou tidak meragukan persahabatan dengan Zinning sejauh ini. Namun di kursinya, Chen Yuzhi bergerak-gerak gelisah.

✨✨✨

Petak umpet lagi 😃

To be continued
Please vote 💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro