Chร o cรกc bแบกn! Vรฌ nhiแปu lรฝ do tแปซ nay Truyen2U chรญnh thแปฉc ฤ‘แป•i tรชn lร  Truyen247.Pro. Mong cรกc bแบกn tiแบฟp tแปฅc แปงng hแป™ truy cแบญp tรชn miแปn mแป›i nร y nhรฉ! Mรฃi yรชu... โ™ฅ

Light 11

Sepuluh kilometer berlalu dalam kabut sebelum emosi menguasai Jiang Yuelou dan ia benar-benar geram. Sejujurnya, ia merasa benar-benar tidak siap dengan apa yang terjadi, tapi dia tidak bisa membiarkannya. Dia harus melanjutkan apa yang telah dimulai. Di antah berantah, sebuah kawasan sepi dengan ladang berlapis rerumputan dan ditumbuhi pohon-pohon, Jiang Yuelou menepikan mobilnya. Telapak tangan mengusap wajahnya kasar, namun bahunya mengendur karena lega. Ada rasa perih di lehernya dan ketika ia melirik, dia menyadari bahwa ada bekas sayatan ujung ranting tajam di dekat leher. Darah merembes sedikit membuat noda merah di kemejanya. Sesaat gelombang rasa mual melanda melihat darah.

"Maafkan aku."

Di sampingnya, suara Chen Yuzhi penuh dengan kesengsaraan dan rasa bersalah. Jiang Yuelou menarik nafas dalam-dalam dan berusaha menahan emosi.

"Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit terkejut," ia menoleh pada Yuzhi, memaksakan senyuman tipis.
"Aku hanya merasa seperti orang yang berbeda. Orang yang berubah dari sebelumnya. Bersembunyi di semak belukar, melihat pria gondrong itu memburumu. Dan satu hal lagi, aku menyadari sesuatu yang menakutkan tentang diriku, bahwa aku mampu membunuh. Sama seperti orang-orang yang pernah kubela di pengadilan.ย Beberapa di antaranya adalah pelaku pembunuhan, atau memang hanya tersangka."

Jiang Yuelou melihat ke samping dan hampir tidak mampu menatap mata Chen Yuzhi karena merasa dirinya sama bajingan dengan para pelaku yang sempat ia bela di masa lalu.

"Jadi kau baru pertama kali menembak?" tanya Yuzhi hati-hati.

"Dalam kehidupan nyata, ya. Aku rutin latihan menembak di klub, tapi latihan dengan kenyataan, rasanya jauh berbeda."

"Semua gara-gara aku," Yuzhi termenung.

"Tidak. Itu tidak benar. Bahkan jika bukan untuk menyelamatkan seseorang, aku harus memiliki keberanian itu alih-alih bersilat lidah di pengadilan. Dunia nyata lebih menakutkan daripada ruang sidang, dan sama sekali tidak terprediksi dan tidak bisa dimanipulasi. Semua bukan salahmu. Ini keputusan yang kuambil sendiri. Jika pria itu atau siapa pun datang lagi untuk memburumu, aku siap membela dengan nyawaku jika itu perlu."

Mendengar penuturan Yuelou, Chen Yuzhi tersenyum sedih. Setelah jeda, akhirnya Yuelou memalingkan wajah pada pemuda itu, dalam gerakan reflek, tangannya terangkat mengelus wajah Chen Yuzhi.

"Dengar Yuzhi, tidak ada yang perlu disesali. Aku tidak tahu siapa yang salah, yang pasti, bukan dirimu."

Dia merangkul bahu pemuda itu dan menariknya ke dalam pelukannya.

"Sudah terlibat sejauh ini, aku tidak tahu harus bagaimana selain terus melindungimu, setidaknya sampai kita menemukan titik terang."

Dengan dagu menekan bahu Yuelou, Chen Yuzhi berbisik, "Kau harus membiarkanku pergi. Aku harus pergi jauh.."

"Tidak. Sama sekali tidak boleh."

"Aku hanya membawamu pada kesulitan."

Yuelou melepaskan pelukan dan menjauhkan tubuhnya, menangkup dagu pemuda itu dan bicara perlahan dalam nada tegas.
"Itu tidak benar. Aku tidak ingin kau merasa seperti itu. Jangan merasa sedih untukku, Yuzhi.."

Chen Yuzhi menggelengkan kepalanya, mulai frustasi.
"Kenapa kau membantuku?"

Jawaban itu muncul dengan cepat di benak Yuelou ; karena aku menyukaimu, karena aku begitu jenuh dan kesepian hingga berlarian dikejar penjahat pun terasa bagaikan variasi. Karena aku tidak memiliki seseorang untuk dilindungi, direpotkan, dan juga disayangi.

Tetapi dia tidak mampu mengatakan semua itu.

"Karena kau butuh bantuan," jawab Yuelou. Menatap lekat pada mata bening yang penuh dengan ketulusan dan naif.

"Aku yakin kau orang yang baik," Yuelou melanjutkan.
"Hal-hal terburuk di dunia bisa terjadi bahkan pada orang baik, dan mereka tetap harus menanggungnya sendiri. Tidak peduli dari mana masalah itu berasal. Mungkin dari orang jahat, kecelakaan, atau penyakit yang kejam. Aku menemukan banyak kemurnian di matamu. Orang sepertimu bisa berbaring di ranjang kematian dan masih meminta maaf atas rasa sakit di wajah orang lain. Aku sempat bertanya-tanya, apakah ini ada kaitannya dengan pekerjaanmu, atau lingkunganmu sebelumnya."

Tatapan mata Chen Yuzhi menerawang, perlahan beralih dari wajah Yuelou ke ladang kosong yang sunyi. Dalam keheningan di luar, dan juga pikiran, Yuzhi kembali mendengar suara-suara dari kejauhan.

Apa kabar, dr. Chen?

Silakan datang kembali tiga hari kemudian

Terima kasih, dokter..

Semoga lekas membaik.

Daerah terpencil ini, yang begitu muram dan sunyi, memiliki ketenangan yang nyaris sama seperti rumahnya. Tetapi rumah itu sendiri, kini terasa asing. Ingatannya belum sepenuhnya kembali, tapi ia menggumamkan sesuatu tanpa sadar.

"Dokter.."

Yuelou menatapnya.

"Apa kau bilang?"

"Dokter," mata Chen Yuzhi berkedip-kedip.

"Aku-- kupikir aku seorang dokter."

"Sekarang aku tahu darimana aura positif itu berasal. Aku semakin harus membantumu," timpal Yuelou, tersenyum.

"Tapi apa yang akan kita lakukan?" gumam Chen Yuzhi. "Mereka mencoba membunuhku. Tidak menutup kemungkinan mereka akan membunuhmu juga. Aku tidak menginginkan itu."

Yuelou menatap menembus ladang kosong hingga ke ujung ufuk yang berwarna biru tua keabuan setelah hujan reda. Kota seribu lampu meski pun tidak seramai dan sehebat Shanghai, dengan suasana tenang dan memiliki atmosfir seperti kota-kota di zaman lampau, selalu terasa bersahabat dan menawarkan kenyamanan serta perlindungan dari hiruk pikuk kota besar yang terkadang ia benci. Tetapi pada saat ini, terasa begitu pahit dan keras. Rasanya seperti tanah yang asing.

"Kupikir kita harus pergi," ia berkata setelah jeda panjang.

"Kemana?"

"Aku belum yakin. Keluar kota, mungkin. Tidak aman rasanya untuk tinggal di sini lagi."

Chen Yuzhi termangu sejenak. Berusaha keras mengingat darimana ia datang dan di mana rumahnya yang sebenarnya. Dia menemukan kilasan arus sungai di balik kabut pikiran yang berubah menjadi selubung tirai tebal. Dia juga melihat jalan-jalan kecil dengan beberapa pedagang di sisinya. Jalan berlapis paving blok yang berkelok-kelok.

Itu seperti gambaran kota di tepi kanal. Dia tidak yakin.

Menemukan kebisuan Yuzhi, Jiang Yuelou memikirkan rencana jangka pendek setidaknya untuk saat ini. Dia menatap Yuzhi dan berkata, "Aku butuh beberapa menit untuk kembali pulang ke villa dan mengemas beberapa pakaian untuk kita, lalu kita berangkat. Bagaimana kedengarannya?"

Mata cemerlang Yuzhi menyambut dengan binar optimis, ia mengangguk.
"Boleh juga."

"Baiklah kalau begitu."

Ini akan menjadi sepanjang hari yang tak terduga, menyusuri jalan-jalan bersama seseorang, terdengar mirip petualangan yang seru dan mengasyikkan. Tetapi di bawah bayang-bayang para pengejar yang bisa muncul kapan saja dan di mana saja, perjalanan ini akan menjadi pelarian yang tak kunjung berakhir.
Bagaimana pun, ia harus melakukan sesuatu. Jiang Yuelou memeriksa kaca spionnya lalu mengemudi dari bahu jalan ke tengah. Jalan itu cukup sepi. Dengan mengambil jalur pintas yang menembus kebun dan mengikuti jalan kecil melalui pepohonan, Yuelou tidak perlu pergi terlalu jauh. Dua kilometer lagi dia akan tiba di jalan raya yang akan membawa menuju villanya. Setelah tiba di jalan raya yang licin, Yuelou menambah kecepatan hingga mobil itu melesat. Tiang telepon, tiang lampu dan pepohonan di tepian jalan berlarian menemaninya.

Ketika Yuelou hampir mendekati villa, ia mengurangi kecepatan, mencondongkan tubuh untuk memeriksa apakah ada seseorang yang menunggu di depan villanya. Jika polisi semalam itu kembali, setidaknya ia bisa langsung pergi lagi. Tetapi nampaknya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jalur lalu lintas relatif lengang dan tidak ada yang mencurigakan. Villanya nampak kosong, sepi, seperti sebuah bangunan yang terbengkalai.

Sepertinya dia harus lebih sering lagi memanggil penjaga villa untuk membersihkan dan merawat properti miliknya.

โœจโœจโœจ

Kanal Merah, satu jam sebelumnya

Zhan Junbai baru saja mulai memulihkan suasana hatinya yang buruk sewaktu sebuah panggilan dari Jin Dacheng kembali memperburuk segalanya.

"Aku melihat pengacara itu," dia tersengal di seberang panggilan.

"Gerak-geriknya mencurigakan. Sepertinya kabar yang beredar bahwa dia bepergian dengan pemuda itu benar adanya. Aku mengikutinya, dan aku melihat pemuda itu juga."

"Aku tidak butuh detailnya," Zhan Junbai menggeram, mengeratkan genggaman pada ponselnya.
"Katakan apa kau berhasil menangkap pemuda itu?"

"Sayang sekali. Aku nyaris menangkap si pemuda, tapi dia bermain petak umpet denganku di tepi hutan."

"Tolol! Untuk apa kau menghubungiku dengan kabar sialan ini?" Zhan Junbai memukul tepi meja di depannya.

"Maaf, Sanye." Suara Jin Dacheng mengkerut menjadi pelan. Kehilangan semangatnya.

"Jangan menghubungiku kecuali kau memiliki kabar baik dan berhasil menangkap Chen Yuzhi. Jika diperlukan, kau singkirkan juga pengacara itu. Dia harus belajar bahwa tidak bijaksana jika terlalu ikut campur urusan orang lain."

"Baik!"

Zhan Junbai meletakkan ponselnya. Duduk bersandar, menghembuskan nafas. Ini hanya mimpi buruk yang singkat. Hanya itu.ย Lupakan saja.ย Dia menarik napas panjang lagi.ย Dia berada di ruang duduknya sendiri.ย Di rumah, dan aman.

Tetapi sekarang urusannya melebar. Jiang Yuelou itu. Entah gagasan konyol apa yang ada di otak cerdasnya, hingga berani melibatkan diri pada urusan seorang pemuda tidak dikenal yang tersesat.

Ponselnya berdering lagi, menusuk, menjengkelkan.

"Xiao Xin, kau sudah menemukan dia?" Ia mengangkat tanpa basa basi.

Petugas polisi bernama Xiao Xin berdehem di telepon sebelum menjawab. "Maaf, Sanye. Kami terhambat oleh satu urusan penting lainnya. Rencana awal mengalami perubahan. Siang tadi aku seharusnya memeriksa villa pengacara itu, namun baru sore ini aku sempat bergerak."

"Jadi kau belum melakukan apa pun?" suaranya datar, namun tersembunyi keganasan di baliknya.

"Aku dan rekan akan menuju ke sana sekarang. Hanya untuk informasi, Sanye, pengacara Jiang Yuelou itu cukup pintar berdebat. Anda yakin tidak ingin turun langsung menemuinya? Mengingat posisimu di kota, mungkin dia akan memberikan sedikit rasa hormat dengan menyerahkan secara langsung pemuda itu."

"Haruskah aku yang turun tangan? Lantas, apa gunanya aku membayar kalian?" dengus Zhan Junbai.

"Hanya saran," timpal petugas polisi Xiao Xin, sedikit mengkerut.

"Berhenti mengoceh. Segera kembali ke villa Jiang Yuelou. Dan ya, bisakah kau berikan padaku alamat lengkap dan detail tempat itu padaku? Siapa yang tahu, mungkin aku memang ingin berkunjung ke sana sebagai tamu."

"Kami bergerak sekarang, San ye."

Telepon ditutup.

โœจโœจโœจ

To be continued
Please vote ๐Ÿ’™๐Ÿ˜


Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: Truyen247.Pro