Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

iii

" Oi, Kridprins "

" Kreideprinz "

" Sama saja, apa kau melihat Sucrose? "

" Tidak, kenapa? "

Timaeus mengatakan bahwa Sucrose sempat melakukan sebuah percobaan dan bahwa ia sangat yakin percobaannya akan berhasil, tetapi ternyata berakhir gagal.

Sucrose mencoba menghibur dirinya dengan kerja lembur sembari merekap ulang percobaannya dan itu menyebabkan sang gadis kurang tidur.

"  Mungkin kau bisa coba menghiburnya? Aku sudah mencoba dan itu sama sekali tidak bekerja "

" Menghiburnya.. bagimana? "

" Entahlah, setidaknya ajak dia keluar dari alkimia sebentar. Gadis itu butuh istirahat "

Albedo mengangguk dan kembali memilah catatan dan file-file lainnya, sampai akhirnya mata tosca nya menangkap Sucrose yang baru saja keluar dari ruang kerjanya.

" Selamat pagi, Sucr- " Sapaanya berhenti saat melihat gadis itu berjalan lemas dengan kacamata yang turun dan kantung tidur dibawah matanya.

" O- oh, selamat pagi "

Penampilan Sucrose tentu membuat atasannya khawatir, melihat asistennya sedang tidak dalam keadaan prima ia pun meletakkan kertas-kertas itu dan mengambil peralatan melukisnya.

" Sucrose, ayo istirahat sebentar "

" Eh, tapi ini masih jam 9 "

" Temani aku melukis di tempat biasanya, ah dan ayo mampir ke Good Hunter untuk memeli bekal "

Mendengar perkataan Albedo, Sucrose berdiri kebingungan. Kenapa tiba-tiba? Bukankan ini jam kerja? Apa aku melakukan kesalahan? Banyak pertanyaan muncul dikepala alkimia manis itu.

" Aku sudah memesan beberapa makanan "

" Bagus, ini bayar saja pakai uangku "

" E- eh?! Tidak apa-apa? "

Albedo mengangguk sembari tersenyum, setelah makanan siap untuk dibawa keduanya pun berjalan ke Windrise ke statue of the seven disana lebih tepatnya. Perjalanan kesana dimulai sedikit canggung mengingat keduanya merupakan individu yang introvert, tetapi Albedo mencoba mencairkan suasana.

" Aku sudah dengar dari Timaeus, kalau boleh tau percobaan apa yang sedang kau lakukan? "

" A- ah begitu, uhm.. ramuan untuk memberi seseorang energi  sebuah elemen "

" Menarik, hanya energinya saja ya? "

" I- iya, misalnya ramuan energi yang bisa memberi seseorang energi pyro agar mereka terasa hangat saat pergi ke tempat yang dingin seperti Dragonspine atau berada di tempat yang dikelilingi energi pyro juga "

" Ahh, aku mengerti.. jadi kegunaan ramuan ini seperti perisai benar? "

" Benar! Tapi.. belum berhasil, sejauh ini efeknya hanya bertahan selama beberapa detik atau bahkan tidak bekerja sama sekali " Wajah gadis itu berubah murung.

" Hey, pasti ada cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ide dan kegunaan ramuan mu sudah benar dan menarik, jika benar berhasil pasti akan sangat berguna untuk Knights of Favonius. Jangan terlalu sedih, aku akan membantu mu jika kau perlu bantuan "

Mendengar perkataan itu Sucrose tersenyum kecil, ia merasa senang bahwa ada seseorang terutama seseorang yang ia jadikan sebagai panutan dan idolakan bersedia membantunya saat ia membutuhkan pertolongan.

" Terima kasih tuan Albedo "

Perjalanan berlanjut dan keduanya lanjut mengobrol tentang alkimia dan ilmu pengetahuan alam, sesuatu yang bagi orang lain terdengar membosankan dan sulit dipahami menjadi jembatan yang menghubungkan agar keduanya dapat berinteraksi.

Patung Barbatos yang berdiri dengan anggun didepan pohon yang konon berumur ribuan tahun pun mulai terlihat, mereka berhenti tepat didepannya dan mengeluarkan alat-alat yang tadi dibawa.

Sucrose melebarkan kain piknik untuk alas duduk, bekal dan beberapa buku yang sekiranya bisa dibaca untuk mengisi waktu. Albedo mengeluarkan kanvas, tempat kanvas dan tentu saja cat air dan sebuah kuas tidak lupa wadah kecil berisi air untuk menyuci kuas.

" Apa kau akan menggambar pemandangan pemandangan didepan, tuan Albedo? "

Albedo mengangguk sembari memilih warna untuk memulai perjalanan seni nya.

" Pemandangan yang sedang kita lihat sekarang mungkin tidak terlalu spesial " perkataan itu membuat asistennya menoleh.

" Tetapi pantas untuk diabadikan entah berapa lama lagi rumput-rumput hijau dan pohon-pohon rindang serta jalur menuju ke Mondstatd akan bertahan seperti ini? Dunia terus berubah dan begitu juga alam disini "

" Seperti biasa tuan Albedo selalu puitis dan teliti tentang pemandangan yang akan tuan lukis "

Pujian tersebut diterima Albedo dengan senang hati dan sebuah senyuman. Keduanya pun kalut didalam pikiran masing-masing, disaat yang satu melukis yang satu lagi membaca dengan tenang.

Selain sibuk dengan dunianya sendiri, Sucrose dan Albedo tetap mengobrol kecil entah itu tentang eksperimen mereka atau orang-orang disekitar.

Sore hari pun datang, awan gelap menyapa dan gerimis yang sepertinya akan menjadi hujan turun. Sucrose yang menyadari hal tersebut segera membereskan tempat piknik mereka dan berlindung dibawah pohon, menyadari air yang turun semaki deras Albedo pun juga membereskan perlengkapan dan lukisannya.

" Ah, apa lukisan tuan Albedo terkena air hujan? "

" Untungnya tidak, hah.. ini kenapa sejak dulu aku tidak suka hujan "

" Eh? "

" Aku lebih menyukai cuaca yang cerah, walaupun terkadang hawa nya bisa sangat panas tetapi pekerjaan yang tertunda tidak sebanyak saat hujan "

" Ah, begitu "

" Bagaimana denganmu? "

" A- aku? Uhm.. aku bisa dibilang menyukai hujan, maksudku suaranya menenangkan "

" Begitu ya? " Sucrose mengangguk.

" Seperti yang tuan Albedo katakan tadi, beberapa pekerjaan tertunda karena hujan tetapi untukku hujan seperti memberiku waktu untuk istirahat sejenak. Mengetahui aku yang kadang bekerja tanpa tahu waktu.. dan juga hawa menjadi lebih sejuk dan membuatku mampu berpikir lebih jernih "

Albedo diam dan mengamati asistennya yang sedang bercerita, entah kenapa hal itu membuatnya merasa nyaman dan hangat disamping hujan yang lumayan deras menimpa mereka saat ini.

" Rasanya seperti deja vu "

" Eh? "

" Ah, abaikan saja "

" Hari ini mengingatkanku tentang masa lalu "

" Kalau boleh tau, kenapa? "

" Dulu, sempat ada hari seperti ini juga. Hujan turun dan aku berlindung dibawah pohon ini, aku bertemu dengan pemuda yang juga sedang berteduh. Ia mengeluh tentang hujan yang membuatnya tidak bisa melukis dan aku memberikan pandangan lain soal hujan dari sudut pandangku "

Dalam hati Albedo terkejut, kejadian yang dijelaskan Sucrose sangat akrab dengan dirinya. Tetapi entah kenapa Albedo tidak tahu kenapa ia tidak bisa mengatakannya.

" Pandangan seperti apa? "

" Pelangi, setelah hujan terbitlah terang dan munculah pelangi. Salah satu alasan kenapa aku menyukai hujan adalah muncul hal indah setelahnya "

Albedo membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu tetapi berakhir menelan kembali perkataannya, meski begitu atensinya masih tertuju penuh pada Sucrose.

Saat hujan berhenti mereka pun memutuskan untuk kembali ke kota, setelah menyapa Timaeus dan membereskan beberapa hal ketiga alkimia itupun memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Kecuali, Albedo...

" Rasanya aneh " gumam lelaki itu.

Ada satu memori yang terbangun dalam ingatannya hari ini dan ingatan itu memberinya perasaan hangat yang aneh tetapi Albedo menyukainya, sayang sekali tidak satupun kata yang keluar dari mulut lelaki surai kapur itu untuk mendeskripsikan perasaannya sekarang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro