6. Red Line.
tau kok judul gak match sama cerita. baelah.
sider? semoga hatinya di yorojoin sama kang danyel.
Butuh kesabaran ekstra jika kau bersekolah disekolah khusus pria. Kalian paham maksudku bukan?
Perbedaan pendapat, candaan berlebihan, ataupun tingkah yang tidak mngenakkan terkadang bisa menjadi awal dari perkelahian. Tidak akan ada yang mau mengalah. Baik kau adik kelas, kakak kelas bahkan adik-kakak kandung sekalipun bisa saja adu fisik karena hal sepele. Semua tentu berujung pada hukuman.
Hukuman disekolahku konyol, tak masuk akal, dan sangat ... aneh menurutku. Bagaimana tidak, kau dan teman-oh baiklah, maksudku musuh, harus mengenakan sebuah tali yang mengikat pergelangan tangan kalian yang memiliki panjang hanya 1 meter saja. Tali itu pun akan dipendekkan 20cm jika kau atau musuhmu saling memarahi. Belum lagi, kau dan musuhmu itu harus terus bersama, belajar, tidur bahkan mandi bersama. Padahal bisa saja kau beda kelas atau angkatan bukan.
Sekolah yang bodoh.
Mati saja kau peraturan mejengkelkan.
Sialnya, aku terkena peraturan ini dengan kakak kelasku yang sangat tempramen, Park Jihoon.
Well, fuck.
.
.
.
"Seingatku, ruang 901 masih ada kasur kosong. Kalian bisa tidur disana," Guru BK dengan nama Park Chanyeol itu berkata. Ia memasang sebuah tali merah kepada kedua orang disana lalu berkata, "Seingatku, hanya ada satu kasur kosong. Single bed type," sebelum akhirnya keluar setelah melemparkan senyum setengah andalannya.
Guanlin menundukkan badannya searaya memijit keningnya pelan. Ia terpikir satu kasur dengan musuhnya. Dan tipe kasurnya adalah single bed.
"Heh, China! Bangun! Kita harus memindahkan barang," Jihoon berdiri dan berdecak melihat Guanlin.
"It's Taiwan, Stupid boy. I fucking know that," balas Guanlin.
Jihoon menatap malas Guanlin dan berjalan kearah kamarnya dilantai 3. Lantai dimana anak kelas 12 berada.
Setelah beres merapihkan barang, mereka berdua bergegas ke kamar 901. Kamar Hukuman.
"Oh? Hyung? Aku tak tahu kah juga dihukum," ucap Guanlin.
"Kami berantem dan tak sengaja ketahuan. Sialan sekali," balas Sunghyuk.
"Heh, China, sinian dikit," ucap Jihoon yang ingin segera tidur.
Guanlin menghela napas pelan dan berkata, "Tidak mandi? Ganti baju?"
"Sejak kapan kau begitu perhatian!?"
Guanlin hanya membuka tasnya dan mengambil bajunya dan peralatan mandi, mengisyaratkan Jihoon melakukan hal yang sama.
"Ayo berbaikan," ucap Guanlin, tak ingin kembali dihukum seperti ini.
"Inginmu saja! Kau lup- Ya!" Jihoon memekik tiba-tiba karena Guanlin menarik tali yang mengikat mereka dan itu membuat Jihoon menabrak badan Guanlin.
"Shut up! I don't wanna mess up with you right now!" Guanlin berucap pelan, namun terdengar sangat mengerikan.
"You knew how good I am at fight. Don't ya?" Guanlin mengarahkan tangannya ke pipi memerah-karena kesal, milik Jihoon. Guanlin menggerakkan kepala Jihoon kearah kiri. Menampilkan rahangnya yang lebam akibat ulahnya.
Guanlin menyunggingkan senyum penuh makna dan mencium daerah yang lebam dan berkata, "Kau tak ingin aku mengulang adegan dikantin bawah bukan?" Guanlin membuang wajah Jihoon begitu saja dan menariknya kedalam kamar mandi.
Sedangkan Jihoon hanya bisa terdiam dan mengepalkan tangannya dengan penuh dendam.
Untung saja mereka berhasil mengganti baju dan mungkin mandi dengan cukup damai. Walau sesekali Jihoon akan melemparkan tatapan kesalnya dan dibalas tatapan mengancam dari Guanlin.
Mereka berdua kini tengah berbaring di kasur sempit yang akan mereka tempati selama seminggu ini.
Jihoon belum bisa tertidur dan dia menghadap Guanlin yang memang menghadap dirinya sejak awal (Jihoon hanya menghadap atas awalnya).
"China, maaf ya. Kita jadi kena masalah. Kamunya juga bego lagian, masalah keluarga kita yang udah hancur dibawa kesini. Udah tau kakakmu ini tempramen..."
"Maaf karena nggak pernah bisa jadi kakak yang bener buat kamu. Kamu bener, Ayah aku emang brengsek. Ayah aku emang ngehancurin hati ibu kamu... Maaf karena aku gak bisa nolong ibu. Bagaimanapun... Ayahku adalah satu-satunya orangtua kandung aku, Guan."
Jihoon mendekatkan dirinya pada Guanlin dan melihat bekas cakarannya pada dada atas Guanlin dan juga lebam keunguan di rahangnya. Ia mengelusnya perlahan dan berkata, "Maaf telah lepas kendali. Aku memang gak pantes jadi sosok kakak buat adik sehebat dan sedewasa kamu," sebelum akhirnya tertidur mengahadap Guanlin.
Flashback.
Guanlin entah kenapa sedang kesal sendiri. Moodnya sedang tidak baik. Ia pergi ke kantin seorang diri.
Dikantin ia melihat seorang lelaki populer yang sangat dikenalnya.
Semua orang membicarakannya. Tampangmya, bakatnya, sifat ramahnya, segalanya. Tentang dia. Lelaki yang Guanlin benci, Park Jihoon.
Lelaki tersebut berjalan kearah kantin yang berada dekat dengan tempat Guanlin terduduk. Untuk memesan makanan.
Secara tidak sengaja, makanan yang Jihoon bawa pada nampan jatuh kearah Guanlin.
Pada dasarnya, kondisi mental dan emosi Guanlin sedang dalam keadaan 'panas' sekarang ini. Guanlin berdiri seraya menggertakkan meja.
Jihoon awalnya akan meminta maaf dan pergi. Namun, melihat peringai Guanlin yang tidak sopan. Ia juga tersulut emosi dan malah melihat Guanlin dengan tatapan menantang.
"Seriously, fuck off!"
"Emang dasar lu gak tau sopan santun ya! Anak siapa sih!?"
Guanlin tersulut emosi dan mencengkram kerah Jihoon.
"Dasar anak keparat! Bagaimana dengan kau, hah! Apakah ayahmu yang brengsek tidak mengajarkanmu apapun? Tunggu, aku lupa, masa kecilmu memang tidak bahagia bukan?"
Jihoon kehabisan kata dan menjadi sangat emosi. Ia berontak dari cengkraman Guanlin dan mencakar lehernya sebelum akhirnya memukulr rahang Guanlin.
Guanlin terjatuh dan menatap Jihoon meremehkan.
"Kau tidak bawa cermin apa! Ibumulah yang seperti pelacur!" Teriak Jihoon kesal hingga air matanya turun.
Guanlin habis kendali.
Ia berdiri dan memukul Jihoon membabi buta. Rahang Jihoon sampai membiru karena ulahnya. Ia juga menendang perut Jihoon berulangkali.
Tak ada berani yang melerai mereka. Selain karena takut terjerumus masalah juga, mereka takut dengan Guanlin.
Tatapan matanya, seperti tidak ada rasa manusiawi. Rasanya tak ada Guanlin disana.
Guru datang dan melerai mereka berdua dengan susah payah. Jihoon sempat diopname sehari sebelum akhirnya mereka berdua mendapat hukaman 'konyol' ini.
End of Flashback.
Guanlin yang sejak awal memang tidak tidur membuka matanya. Ia menatap Jihoon dan mengelus pipinya.
"Bangunlah... jika memang kau belum tertidur...."
Guanlin tersenyum miris dan menambahkan dengan pelan, "Kak.. kumohon. Aku ingin berbicara."
Jihoon membuka matanya yang sedikit berkaca-kaca. Ini pertama kalinya mereka berbicara baik-baik setelah semua kejadian itu.
"Kemarilah kak, menangislah."
Jihoon memeluk dada Guanlin dan pecahlah tangisnya. Ia sesekali mengungkapkan betapa sakit luka lebam yang ada pada badannya karena ulah Guanlin.
Guanlin hanya bisa mengelus punggung Jihoon pelan lalu berkata, "Puas? Mau dengarkan adik bodohmu ini?"
Jihoon menganggukkan kepalanya.
"Aku minta maaf karena tidak bangun saat kau berani bicara pelan padaku tadi. Maaf karena aku telah hilang kendali. Maaf karena telah mencela ayahmu."
"Maaf karena aku telah menyakitimu. Tidak hanya fisikmu, namun hatimu juga."
Guanlin mencium kening Jihoon lama. Sebelum ia menarik Jihoon pada pelukannya.
"Lukamu, boleh aku lihat?" pinta Guanlin.
Jihoon meregangkan pelukannya dan membuka sweater hitam yang ia kenakan--tidak semua, bagaimanapun tangan mereka masih terikat. Dibadannya banyak sekali lebam ungu kebiruan. Bahkan bagian yang tidak lebam pun banyak sekali daerah kemerah-merahnnya.
Guanlin menangis pelan-nyaris tanpa suara. Ia mengelus badan Jihoon dan berucap maaf berulangkali.
Bodohnya ia tidak berpikir lurus saat memukul Jihoon tempo hari. Bagaimana dia bisa lupa, jika ayah Jihoonpun sering menyakiti Jihoon secara fisik. Dahulu, ia pernah berjanji akan melindungi Jihoon dari pukulan ayahnya. Namun, malah ialah yang menambah jumlah pukulan tersebut.
"Kau bisa balas aku jika kau mau," ucap Guanlin.
Jihoon mendekatkan wajahnya pada wajah Guanlin dan tersenyum.
"Aku tak apa, aku percaya padamu. Aku percaya padamu seperti bumi yang percaya pada langit, jika setelah hujan melanda akan ada pelangi yang indah."
Guanlin memeluk badan penuh luka milik Jihoon dan berbisik pelan, "Aku akan kembali menjagamu, percayalah."
End
10/08/17.
Lunar.
BTW GAES.
MABOK PANWINK IH.
GIMANA GAK MATI KOKORO PARA FANGIRL.
bunuh aja aq maz.
KURANG DEKET(?)
makasi udah baca, makasih buat 1000 pembaca(?) uNCH.
-Lunar (pengen dipanggil naru),
pacar woojinyoung micoci.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro