23. [M] Pool (1/?)
HALOLA.
LAMA TAK BERJUMPA GENGS.
HEUHEU.
PART DUA KEMPING NANTI YAK.
SEKARANG NARU KEMBALI MEMBAWA COLLAB BERSAMA SI YADONG DAN MESUM, AUTHOR DARI MAID!
laikuanlinnuna
(Rate M lah njay)
Dari laikuanlinnuna
a/n; selamat menikmati
.
Enjoy
.
.
Pasti enjoy lah. Bah kalian kan seneng ginian .gk
.
.
"Oke! Latihan selesai!" teriak seorang lelaki berbadan atletis dengan paras yang sangat tampan.
"Terima kasih pelatih Choi!" balas para murid dengan kompak.
Kedua pihak saling membungkukkan badan lalu berpencar. Pelatih Choi terlihat langsung pulang, beberapa muridpun ada yang langsung pulang karena kelelahan, sedangkan sisanya sedang bermain-main saja.
"Eh, Han, kira-kira lolos ke semifinal bakal susah gak ya?" ucap lelaki yang sedang berenang dengan gaya punggung dan terlihat sangat santai.
Donghan, sosok yang orang itu tanyai sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia mengangguk pelan seraya berkata, "Kita percaya sama lu, Lin. Jangan kecewain kita semua. Apalagi pelatih Choi. By the way, lu gak pulang? Kita udah siap nih."
Lelaki itu -Guanlin, menegakkan badannya, melihat kakak tingkatnya dan melambaikan tangannya, ia berkata, "Duluan aja. Masih asyik sendiri nih."
Akhirnya, Donghan dan teman-temannya pamit duluan. Kolam menjadi begitu sepi.
Guanlin yang tadinya masih asyik berenang sendiri terganggu sebuah suara nafas lain. Ia bangkit dari kolam dan menemukan lelaki dengan hoodie oranye lembut yang sungguh besar serta celana training yang sama seperti miliknya sedang berdiri di dekat loker barisan kedua dengan matanya yang terbelalak terkejut.
"M-maaf, ak-aku ...."
Guanlin mendekati lelaki yang ternyata cukup mungil itu dan berkata -nyaris berbisik, "Kau apa, hm?"
"Aku-"
"Sedang mengintipku?" ujar Guanlin dengan satu alisnya yang ia angkat ke atas. Tepat didepannya, wajah lelaki mungil bernama Jihoon itu nampak gelisah. Keringat juga mulai turun melalui bagian pelipisnya, membuat dia terlihat seperti pencuri yang tertangkap oleh si pemilik rumah.
"E-enggak, tadi aku ma-mau balik k-ke asrama jadi lewat s-sini" ujar pria mungil itu tergagap. Posisinya dan Guanlin kini benar-benar membuat tubuh Jihoon membeku, dengan kondisi Guanlin yang topless, rambutnya yang basah, dan tengah berdiri tepat didepannya.
"Hm? Hanya lewat tapi bisa sampai masuk kesini?" Guanlin semakin memajukan tubuhnya, mempersempit jarak antara dia dan pria pendek yang kini tengah menundukkan kepalanya.
"E-eh? Hehe tadi salah masuk berarti.. Yaudah a-aku duluan,"
"Eits-" pergerakan Jihoon terhenti saat Guanlin dengan cepat menarik pinggangnya dan membuat tubuh gembulnya bertubrukan dengan tubuh setengah telanjangnya.
"Ke-kenapa?"
"Jangan kau pikir aku tidak mengetahui," Guanlin menghentikan ucapannya sejenak untuk menatap wajah -yang ternyata lebih cantik jika dilihat dari dekat- didepannya. Guanlin menatap tajam manik coklat Jihoon, lalu menyeringai kecil saat mendapati pria itu tengah menggigiti bibir bawahnya. Deruan nafas Jihoon yang terdengar agak tersenggal membuat seringai diwajah Guanlin semakin mengembang.
"-Kau," Guanlin mendekat ke arah telinga Jihoon dan membisikkan sesuatu. "Selalu datang kesini setiap malam untuk melihatku, kan?"
Jihoon menelan ludahnya gugup. Ia berusaha melihat apapun, selain mata Guanlin.
Guanlin berdecak lalu menangkat tangannya, mengarahkannya pada dagu Jihoon, agar wajah mereka berhadapan. "Katakan sejujurnya padaku," ucapnya dalam dan penuh otoritas.
Jihoon merasa kecil dan rapuh. Aura dominan dan otoriter yang menguar begitu saja dari Guanlin membuatnya menurut. Ia menganggukan kepalanya pelan.
"Aku sedikit kedinginan sebenarnya. Kau harus membantuku, benarkan?" ucapnya masih dipenuhi aura yang membuat orang lain tunduk.
Jihoon kembali menganggukan kepalanya.
Maka, Guanlin mendekatkan wajahnya pada wajah Jihoon. "Anak pintar," bisiknya lalu meraup bibir ranum miliki sang lelaki pendek. Ia tak hanya menempelkan saja. Ia meraup bibir atas Jihoon. Sesekali ia akan mengelus punggung Jihoon. Ia melepaskan tautan itu. Dapat dilihat oleh kedua netranya, Jihoon benar-benar memerah karena malu. Bahkan, ia tetap menutup matanya.
"Namamu Jihoon? Benarkan?"
Jihoon lagi dan lagi menganggukkan kepalanya.
"Lepas bajumu."
"E-eh? A-apa maksudmu?" Jihoon menatap Guanlin dengan pandangan takutnya.
"Kubilang lepas bajumu, Jihoon." Guanlin menelusupkan tangannya pada baju yang Jihoon kenakan. Ia mengusap perut Jihoon, membuat si empunya bergidik geli. "Jangan kecewakan aku. Lepas bajumu sayang."
Jihoon menggigit bibirnya lalu perlahan membuka bajunya. Tubuh berisi dengan kulit kecoklatan yang mulus tanpa cela. Guanlin tersenyum misterius melihatnya. Ia kembali mendekatkan wajahnya dengan wajah Jihoon. Guanlin menggerakkan tangannya untuk menangkp pipi tembam itu. Mengusapnya pelan, sebelum akhirnya dia mempertemukan kembali bibir tebalnya dengan bibir Jihoon yang terlihat menggoda.
"Eungh-"
Lenguhan Jihoon lolos saat Guanlin dengan kurang ajarnya meletakkan jempolnya dan menggerakannya pelan diatas nipple Jihoon.
"Jangan keras-keras, masih ada petugas kebersihan disini," bisik Guanlin tepat di depan bibir Jihoon setelah melepaskan ciumannya. Dia tersenyum kecil saat mendapati reaksi Jihoon yang mengatupkap mulutnya rapat-rapat. Semburat merah juga menghiasi pipi Jihoon, membuanya terlihat semakin menggemaskan.
"Goodboy"
Setelah itu, Guanlin mendekatkan wajahnya pada leher mulus Jihoon. Dia sejenak memejamkan matanya saat mencium feromon yang menguar dari tubuh Jihoon. Aroma yang memabukkan dan berhasil membuat bibir Guanlin mendarat pada area sensitif itu sambil memberikan kecupan-kecupan kecil.
"Heumm akh--"
Jihoon mendongak seraya terpejam menikmati bibir Guanlin yang bermain-main pada lehernya. Tangannya tergerak untuk mendorong kepala Guanlin, seakan meminta lebih dari sekedar kecupan.
Dan benar saja, si jangkung langsung menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat leher si pendek. Benda kenyal itu bergerak lincah, membuat tubuh Jihoon bergetar karena merasakan aliran aneh yang melanda di sekujur tubuhnya. Dia bisa saja oleng jika tangannya tidak memeluk leher Guanlin.
"Kau manis sayang"
Mendengar pujian sesederhana itu, membuat Jihoon memerah malu. Ia mencicit pelan, nyaris tak terdengar, "Apa kita tak akan ketahuan?"
Guanlin terkikik pelan dan melepaskan dirinya dari Jihoon. Ia menatap Jihoon lalu melirik kearah belakang. "Ikuti aku," titahnya.
Jihoon mengangguk malu dan mengikuti langkah panjang Guanlin dengan langkah pendek-pendek terkesan malu tapi mau.
Guanlin menyeburkan dirinya kedalam kolam yang cukup dingin. Ia menulurkan tangan pada Jihoon, menitahkannya untuk turun. Jihoon yang menjadi patuh, perlahan menggenggam tangan Guanlin lalu ikut menceburkan dirinya ke kolam.
"Apakah aku kali pertamamu?" Guanlin berkata seraya memeluk -lebih tepatnya menggendong badan Jihoon.
Jihoon memeluk kepala Guanlin, refleks. Kemudia ia menatap Guanlin malu dan menjawab,
"Y-ya."
"Baguslah."
Guanlin perlahan menurunkan tangannya pada pinggul Jihoon, mengusapnya sensual. Sedangkan wajahnya kembali ia dekatkan pada wajah memesona milik Jihoon. Ia menjilat telinga Jihoon membuat si empunya mendesah keenakkan. Guanlin tersenyum miring -puas akan reaksi yang Jihoon berikan.
"Call me master Jihoon. Come on, say it."
Jihoon dengan terengah, napas terputus, dan mata yang menatap sayu, memanggil panggilan itu dengan serak, "Mash -masterh."
.
TBC DENGAN INDAHNYA.
.
Hehe
Jangan siksa kita ya.
Btw. Flashdisk aku hilang.
Data fanfic banyak hilang
Mampus:)
^alasan tidak apdet
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro