Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ichi

Note :

Kemungkinan ada sedikit OOC di setiap karakter, harap dimaklumi untuk kepentingan jalan cerita.

Happy Reading!

Syal, jaket dan sarung tangan, tiga penghangat tubuh yang terus-menerus dikenakan semua orang, pertanda ini sudah memasuki musim gugur. Daun-daun berguguran sembari menari mengikuti arah angin pergi, meninggalkan dahan pohon untuk selamanya.

Sekian banyak orang lalu lalang, ada sepasang adam dan hawa sedang menjalin hubungan asmara saling menatap satu sama lain di persimpangan jalan. Tatapan mereka mengisyaratkan sebuah arti, meminta sebuah penjelasan begitu lugas, mudah dimengerti dan diterima dari kedua belah pihak.

"Lebih baik kita ke kafe saja," ajak seorang laki-laki dengan helai rambut raven ke gadis di hadapannya, suara dikecilkan agar tidak ada yang mengetahui identitasnya. Gadis itu mengangguk, menyetujui ajakan tersebut.

Mereka berjalan beriringan tanpa saling menggenggam tangan selayaknya sepasang kekasih, diam membisu dan hiruk pikuk khas perkotaan mengiringi perjalanan menuju kafe terdekat.

Klincing!

Suara lonceng berdenting begitu lembut saat pintu terbuka, suasana khas kafe menyeruak begitu saja. Pasangan itu bergantian masuk, mengedarkan pandangan untuk melihat meja yang tersisa. Meja paling pojok kanan menjadi tempat yang mereka pilih, berjalan menuju ke sana lalu duduk tanpa bersuara.

"Ingin memesan apa?"

Suara teguran berisi pertanyaan mengalihkan atensi mereka yang sebelumnya saling bertatapan menuju seorang pelayan perempuan dengan usia sekitar 25 tahun. Pelayan itu melemparkan sebuah senyuman ramah, kedua tangannya memegang buku note dan pulpen, menanti sebuah pesanan dari pengunjung baru. Sepasang kekasih kembali bertukar pandang, mengirimkan sebuah pesan hanya dengan tatapan saja.

"Kami pesan dua gelas cokelat panas," balas seorang laki-laki berambut raven setelah berkomunikasi lewat tatapan. Pelayan itu segera mencatat pesanan mereka, kembali menatap ke arah pengunjung. "Ada lagi yang ingin dipesan?" tanyanya begitu ramah.

Gelengan singkat sebagai jawaban, pelayan itu mengangguk. "Mohon ditunggu," pinta pelayan tersebut dibalas anggukan mengerti dari mereka. Pelayan dengan rambut hitam sepinggang segera berlalu, sesekali menghampiri meja pengunjung lain kala ia dipanggil.

Suasana kafe di malam hari cukup lengang, hanya ada beberapa pengunjung saja di sana. Sunyi dan senyap, sesekali terdengar tawa ringan dari meja lain. Pengunjung baru yakni mereka hanya berdiam diri, enggan memulai percakapan. Meski begitu, bersitatap kembali terjadi, sepertinya mereka lebih menyukai cara itu dibanding bercakap ringan.

"Jadi ...." Seorang laki-laki berambut raven mulai membuka obrolan. "Bagaimana kabarmu, Fuyuki-san?" tanyanya sekadar basa-basi.

"Cukup baik," jawab Fuyuki [Name] singkat. "How about you, Iori-kun?" tanyanya balik.

"Aku juga sama denganmu," jelas Iori dibalas anggukan mengerti dari [Name].

"I see, aku sudah menduganya." [Name] mengangguk mengerti, perlahan senyuman tipis namun menyirat kesan sinis mengembang di wajahnya. "Kau pasti begitu baik setelah berulangkali membatalkan rencana dan janji kita. Benar, bukan?" lanjutnya.

Perkataan itu seakan memojokkan dirinya, Iori memilih untuk tidak menyahutnya. [Name] yang tak mendapatkan sahutan langsung mengubah senyumannya menjadi miring, tangan putih dengan gelang perak melingkar di sana memangku dagunya.

"Are? Kenapa diam saja, Iori-kun?" tanyanya.

Baru saja ia ingin membuka suara, datanglah seorang pelayan dengan nampan berisi pesanan mereka berada di tangan. Pelayan itu segera meletakkan pesanan di atas meja seraya berkata, "Ini pesanan Anda."

"Arigatou gozaimasu," ucap mereka berterima kasih.

Pelayan itu kembali melenggang pergi untuk mengambil maupun membawa pesanan pengunjung lain. [Name] mengalihkan atensinya ke dua gelas cokelat panas, mengambil salah satunya untuk diminum. Dikarenakan masih ada asap yang mengepul, ia perlahan meniupnya lalu mulai mengesap sedikit demi sedikit. Cita rasa khasnya perlahan menyebar di dalam mulut, sensasi manis perlahan mengembalikan mood-nya.

Iori masih belum menyentuh miliknya, ditatapnya sebentar lalu kembali menatap gadis di depannya. "Fuyuki-san," panggilnya pelan.

"Ya? Apa kau ingin memberikan sebuah penjelasan kepadaku mengenai hal yang telah kulontarkan beberapa menit lalu, Iori-kun?" sahut [Name] setelah minum. Iori mengangguk pelan sebagai balasan.

"Jaa ... kalau begitu silakan, aku akan mendengarkannya," ucap gadis berambut [h/c] mempersilakan.

Iori berulang kali mengembuskan napasnya, berusaha untuk bertutur kata seperti biasa, dengan nada datar dan wajah tak berekspresi.

"Jadi ...."

To be Continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro