Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

新年の希望


Kagura menatap nanar butiran-butiran salju yang turun dari jendela. Meskipun hawa dingin menusuk tulang, gadis itu tak menghiraukan angin musim dingin yang menerpa tubuhnya dan tetap berdiri di balkon sambil bertopang dagu. Semua jalanan sepi, bahkan hanya beberapa rumah yang menyalakan lampunya. Sebab masyarakat mayoritas meninggalkan rumah mereka entah untuk berlibur, atau menghadiri festival tahun baru di suatu sudut kota Kabukichou. Kagura menarik napas dan menghembuskan berkali-kali hingga uap kecil terbentuk di udara.

Ia bosan. Sungguh.

Yorozuya tak seperti biasanya pada hari itu. Shinpachi tadi berpamitan untuk tahun baruan bersama komunitas Otsu-chan-nya, sekaligus menonton konser sang idola. Shinpachi sudah mengajak Kagura, namun tawaran tersebut ia tolak lantaran sedang tidak berminat berjejalan di konser. Lagipula saat itu ia sedang tidak ingin beranjak dari posisi santainya di sofa. Kalau istilah jaman sekarang sih, mager. Sekarang gadis itu menyesali keputusannya dan tenggelam dalam keheningan malam penghujung tahun.

Sedangkan Gintoki, pria itu berkata pada Kagura bahwa ia akan bermain pachinko selama satu tahun dan meminta Kagura menjaga rumah. Tentu saja Kagura mendengus sebal. Saat ini ia berpikir ada baiknya berjalan-jalan sebentar di luar. Persetan dengan menjaga rumah. Ia akan menikmati tahun barunya sendiri kali ini.

-o-

Kagura mengeratkan mantel yang ia kenakan. Tangan dimasukkan ke dalam saku mantel sementara matanya menyapu setiap pemandangan jalan yang dilaluinya. Sudah cukup lama gadis itu berjalan, hanya jejak langkah kakinya sendiri yang menemaninya.

Hingga pada akhirnya ia berhenti di jembatan sungai, menatap para gadis di depannya yang bersama-sama hendak menuju festival sambil bersenda gurau. Kagura beranggapan bahwa hal itu pasti menyenangkan. Andai saja Gin-chan dan Shinpachi mau menemaninya menghadiri festival tersebut, ah tapi hal itu tidak bisa terjadi.

Kali ini, ia memandang ketenangan air permukaan sungai yang hampir membeku dalam diam. Salju-salju berjatuhan dan dalam sekejap mencair kala menyentuh permukaan air itu. Kagura mengambil tumpukan salju di sekitar jembatan, menggumpalnya menjadi bola salju kecil di tangan dan berniat melemparkannya ke sungai. Kegiatan kecil yang tentunya tak begitu berguna namun dapat mengisi kegabutannya.

Namun bola salju itu tak jatuh secara utuh ke sungai, sebab sesuatu tiba-tiba menabrak bola saljunya saat di udara dan menghamburkannya. Kagura refleks menoleh mencari sumber dari benda tersebut. Itu adalah bola salju milik Sougo yang berdiri agak jauh dari sampingnya. Mereka saling menoleh dan mata mereka bertemu.

"Oi, apa yang kau lakukan di sini China."

Alis Kagura berkedut kesal.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, Sadis."

Sougo berjalan menghampiri Kagura, berdiri di samping gadis itu dan ikut memandang sungai.

"Untuk apa seorang gadis berjalan sendiri di hampir waktu tengah malam ini? Mau menyerahkan diri ke om-om?"

Kagura sontak bergerak menonjok wajah Sougo, tetapi berhasil ditahan oleh lelaki itu tepat sebelum tangan tersebut berhasil mendarat di wajah tampannya. Bagaimana bisa Sougo beranggapan ia berniat menyerahkan diri ke om-om? Memang dirinya semurah itu? Ingin sekali ia bisa menjahit mulut Sougo agar berhenti mengoceh hal yang menyebalkan.

"Tutup mulutmu, kau mengganggu malam tahun baruku-aru." Kagura menurunkan tangannya sambil mendengus. Bibirnya sudah mengerucut sekarang, tidak terima dengan kehadiran sang rival.

"Oh, miris sekali. Merayakan tahun baru sendirian."

Sougo mendesis sambil melirik Kagura. Gadis yang diliriknya hanya menghela napas. Entah bagaimana Sougo bisa menyadari ada yang sedang tidak beres dengan Kagura saat ini. Ia tampak tak bersemangat. Biasanya Kagura akan mencemoohnya dengan kalimat lebih pedas dan panjang serta tatapan kelewat tajam. Sekarang Kagura terlihat tak berminat melakukan itu, hanya mengerucutkan bibir, mendengus dan menanggapi sekenanya. Lantas Sougo berspekulasi bahwa gadis Yato sedang kesepian sebab ditinggal sendiri oleh juragan Yorozuya dan si kacamata.

Mereka hilang bak ditelan bumi. Siapapun yang memiliki resolusi tahun baru seperti itu dan beruntungnya sekarang langsung terwujud, aku ucapkan selamat. Sougo, spekulasimu kelewat jenius.

Salju yang sudah berhenti turun namun tetap menyisakan hawa yang cukup dingin, menyita perhatian Kagura. Ia mendongak, menatap langit gelap di atas sana. Bulan mengintip dari awan-awan tipis yang menggantung di langit malam, membuat gadis itu terpana sejenak. Namun tak lama, Kagura mulai membuka suara lagi. "Biar kutebak, kau sedang bolos bertugas patroli di festival, kentara sekali dari wajahmu-aru."

Sougo mengangguk mengiyakan tebakan Kagura. Ia jenuh ketika ditugaskan mengelilingi area festival untuk menjaga kemanan dan berjejalan dengan orang banyak. Shinsengumi kan polisi khusus, mengapa mereka harus mengemban tugas sepele yang bisa ditangani oleh polisi umum hanya untuk menjaga anak salah satu pejabat pemerintah yang menghadiri festival itu. Pemikiran bakufu selalu tak bisa dipahami oleh sosok kelewat jenius seperti Sougo, yang menganggap hal tersebut hanyalah pengganggu acara 'tidur selama setahun'nya. Alhasil, ia melarikan diri dan mencari nuansa tenang.

Kakinya membawanya ke sini, entah mengapa. Dan kini, ia masih menikmati ketenangan air di bawah sana, seolah ketenangan itu merasuk ke dalam sukmanya. Sama halnya dengan Kagura. Meski keheningan sudah menyelimuti mereka berdua, ia masih asyik mengagumi sinar rembulan sambil mengunyah sukonbu yang entah sejak kapan ia mengeluarkan benda itu.

Mungkin mereka akan terus begitu jikalau bunyi kembang api yang meluncur ke udara serta menggelegar di langit itu tak ada, membuat mereka kembali ke dunia nyata. Rentetan kembang api bak gemuruh beruntun menjelang badai. Bedanya ia tak memunculkan angin, atau hujan, atau salju, melainkan kilatan cahaya warna-warna indah. Kagura menatap dengan senyum sumringah, gadis itu tak tahu kenapa ia bisa tiba-tiba terkena euforia tahun baru meski hanya dengan melihat kembang api sendiri. Padahal tadinya dia merasa sedih tanpa kehadiran Gin-chan dan Shinpachi. Ah ya, setidaknya ia tak sepenuhnya mengabaikan eksistensi Pangeran Sadis dari Planet Sadis di sebelahnya, yang hanya menatap malas ke arah kembang-kembang api di langit. Kagura melirik Sougo sekilas, lalu terpikirkan sesuatu.

"Apa harapanmu di tahun ini Sadis?"

Sougo menoleh, mengerjapkan mata beberapa kali, merasa bingung. Namun Sougo memutuskan untuk teteap menjawab walau ada jeda sejenak sebelum ia berujar, "tidak berubah. Membunuh Hijikata, dan merebut posisi Wakil Komandan."

"Dasar chihuahua kelainan."

"Memangnya harapan tahun barumu lebih bagus? Aku yakin gadis tengil sepertimu tak memiliki harapan yang berarti sedikitpun."

"Jangan salah baka sadis! Harapanku jauh lebih elit darimu-aru," Kagura memejamkan mata, kemudian menyatukan kedua telapak tangan ke depan dada lalu mulai menggumamkan harapannya. "Semoga aku bisa menikmati beratus kardus sukonbu gratis, dan bisa selalu makan nasi yang enak."

Sougo hanya mendesah pelan, dia sudah tahu Kagura pasti akan membuat harapan konyol seperti itu. Bagaimanapun juga harapannya lebih terdengar normal. Lagipula itu adalah keinginan dan segenap cita-cita Sougo dari dulu yang sampai saat ini masih belum tercapai. Ia masih memberikan atensinya pada kembang api-kembang api yang menghiasi langit, meski tak berpikir bahwa kembang api tersebut dikategorikan sebagai hal yang indah baginya.

"Tapi," Kagura yang awalnya memejamkan mata seakan penuh khidmat dalam mengucapkan harapan di tahun baru barusan, kini sudah menatap obyek yang sama dengan yang tadi diperhatikan Sougo. "Ada harapan yang lebih penting lagi-aru,"

Sougo dibuat menoleh. Harapan yang lebih penting? Setahu si lelaki berambut pasir, gadis bak bocah di sampingnya tak pernah memikirkan sedikitpun hal yang serius, yang lebih penting daripada dirinya sendiri. Sougo hanya tahu pemikiran Kagura mengenai makan, makan, dan makan. Ia jadi penasaran sekarang.

"Semoga semuanya tetap seperti biasanya."

Kagura mengucapkannya dengan tersenyum lembut. Sougo sedikit memiringkan kepala, semuanya?

"Kalimat harapanmu terlalu ambigu bodoh. Memangnya apa yang kau maksud dengan 'semuanya' itu?"

Dengan tetap tersenyum Kagura menjelaskan, "Gin-chan, Shinpachi, Anego, Sadaharu, dan mereka semua yang ada di kehidupanku. Aku berharap kita semua tetap bisa berjalan berdampingan serta tidak ada yang tertinggal di belakang. Bertemu dengan hari-hari yang menyenangkan bersama, itu sudah lebih dari cukup."

Hati Sougo berdesir. Ia berpikir itu karena angin malam yang menyapa tubuhnya, namun entah mengapa lelaki berambut coklat pasir itu juga merasakan debaran aneh di jantungnya. Ia berpikir mustahil dirinya mengidap penyakit jantung dadakan seperti ini, dan ketika baru menyadari, ia hanya menghela napas. Sougo sadar apa yang membuatnya begitu, yakni wajah molek Kagura yang tersenyum dengan indahnya ketika berujar kalimat yang membuat hatinya juga ikut bergetar di bawah sinar rembulan. Keindahan senyuman itu mengalahkan kembang api yang masih menyala berentetan di langit.

"Aku juga memiliki harapan yang lebih penting," decak Sougo melirik tajam Kagura yang terbelalak.

"Semoga di tahun ini aku bisa menaklukkanmu, dan membuatmu menjadi milikku."

Kagura semakin cengo, matanya benar-benar membulat sekarang. Detik berikutnya ia memasang ekspresi kesal yang sangar, dan benar-benar hendak menonjok lagi si Sougo.

"HARAPANMU TIDAK AKAN PERNAH TERKABUL, SADIS!"

Sougo berhasil menghindar dari bogem mentah Kagura dan ia juga harus meloloskan diri dari tendangan gadis itu. Ia terheran kenapa Kagura menjadi uring-uringan. Ia baru menyatakan perasaannya secara tak langsung, tetapi Kagura langsung menolaknya mentah-mentah?

"AKU TIDAK AKAN PERNAH MENJADI BUDAK DAN PELIHARAANMU DO-S!!"

Oh. Jadi itu yang Kagura tangkap dari kalimat Sougo tadi? Ia jadi terkekeh.

Akhirnya Sougo berhasil mendapat kesempatan mengunci pergerakan Kagura, sehingga ia langsung melompat ke belakang gadis itu dan menarik kerah belakang baju Kagura. Sougo mulai berjalan santai sambil menyeret si gadis Yato, menengadah ke arah langit dan mengabaikan setiap berontakan Kagura.

Aku ralat harapanku yang tadi. Semoga gadis bodoh ini bisa secepatnya dewasa sehingga tahu apa yang kurasakan sekarang---jatuh dalam pesona rival sendiri, cih.

"Oi Soumpret! Lepaskan!! Tahun baru kau sudah bikin orang naik darah ya!"

Sougo merogoh saku celana dengan tangan kirinya dan mulai mengeluarkan sesuatu dari sana.

"Kau mau tetap kuseret begini atau dengan rantai anjing ini?"

Ia memainkan dengan memutar-mutar rantai itu di udara. Kagura langsung terdiam. Batinnya hanya bisa berteriak. Tentu saja ia tidak sudi jika harus mengenakan rantai itu, yakni berarti dia sudah kalah dan membuat Sougo menjadikannya hewan peliharan. Demi apapun, Kagura tidak rela lahir batin dengan hal itu.

Dasar pangeran sadis dari planet sadis! Dareka tasukete!

"Kau mau membawaku kemana-aru?! Jangan macam-macam denganku-aru ne."

"Mau kuserahkan tubuhmu ke om-om." Wajah Kagura menjadi kusut, ditekuk dan cemberut alias sudah kelewat kesal.

"Tentu saja ke sana. Aku tahu kau ingin mencicipi rasanya festival tahun baru itu, China." Imbuh Sougo.

-o-

Ketika Sougo berdiri di depan beranda Yorozuya milik Gintoki, rumah itu masih dalam keadaan gelap, tanda belum ada yang kembali. Padahal kini jam sudah menunjukkan hampir pukul dua dini hari, namun tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah sewaan itu. Sougo melirik beban berat di punggungnya; Kagura yang sedang tertidur dalam gendongan lelaki itu dengan menyandarkan kepalanya di bahu Sougo. Ia tersenyum kecil, kemudian bergerak untuk membuka pintu dan yang ia kagetkan, Kagura tidak mengunci pintu rumah ini? Sougo menggeleng pelan.

Sougo menggerayangi dinding dan berhasil menemukan tombol lampu. Selanjutnya ia segera menuju salah satu kamar yang hanya terdapat satu alas tidur, satu bantal, lengkap dengan futonnya---yang sebenarnya adalah milik Gintoki tetapi Sougo tidak mengetahui hal ini. Dengan hati-hati ia menurunkan Kagura dan menidurkannya. Ia bernapas lega sambil menggerak-gerakkan punggungnya akibat merasa pegal di sekujur sana. Sougo tak habis pikir, Kagura begitu berat, mungkin karena gadis itu doyannya makan melulu.

Sejenak ia teringat beberapa saat yang lalu di mana mereka menghabiskan waktu bersama di festival tahun baru. Banyak stand di sana, mulai dari makanan hingga permainan-permainan. Tidak sulit untuk ditebak, jika Kagura lebih banyak meminta mengunjungi stand makanan dan cukup menguras dompet---untung tadi Sougo sempat mengambil diam-diam dompet Hijikata. Kalaupun mengunjungi stand permainan, sudah pasti mereka membuatnya seolah-seolah sebuah persaingan, dan hampir semua persaingan itu tidak bisa ditentukan pemenangnya.

Begitu seterusnya hingga masing-masing dari mereka memutuskan pulang, dan Sougo tidak heran kala Kagura sudah hampir tidak kuasa menahan kantuknya di tengah perjalanan di malam dingin itu. Oleh karenanya, Sougo menawarkan punggung dan membiarkan Kagura perlahan terlelap.

Mengingat hal tersebut membuat Sougo kembali tersenyum tipis. Ia menatap lekat wajah tidur Kagura, dan dengan jantung yang berdebar ia mendekati wajah yang terlelap itu.

Bibir Sougo mengecup pelan dahi Kagura, dan Sougo tak mau melakukan lebih dari itu. Sehingga detik berikutnya, ia sudah beranjak dari rumah Yorozuya milik Gintoki.

-o-

Kagura membuka mata, bangun dari tidurnya dan bingung sendiri sejak kapan ia tertidur di kamar Gin-chan. Ia membuka pintu kamar sambil mengucek mata dan mendapati Gintoki sudah terjaga dan duduk malas di sofa sambil menambang emas di hidung.

"Kau sudah bangun rupanya." Gintoki menanggapi sekenanya. Kagura mengangguk dan melangkah menuju sofa tersebut.

"Maaf Gin-chan, aku menggunakan kamarmu. Mungkin semalam aku terlalu lelah hingga tanpa sadar tidur di kamarmu."

"Tidak apa, itu wajar. Yang tidak wajar adalah senyum sumringah di pagi harimu itu, ada apa?"

"Kurasa.. aku baru melewati malam yang indah-aru. Aku lupa-lupa ingat, tapi yang jelas ada si sadis di sana. Kami melakukan banyak hal dan---"

Kagura terdiam dan mengusap-usap dahinya. Entah kenapa jantungnya mendadak berdegup kencang. Hanya sejenak, gadis itu tersenyum lagi.

"Are? Gin-chan mau kemana aru ka?"

Gintoki tercengang mendengar penjelasan Kagura yang tak lengkap itu, tapi itu mampu membuat alisnya berkedut kesal---ia menyesal meninggalkan Kagura sendiri di malam pergantian tahun. Dan ketika melihat gadis yang sudah seperti putrinya itu tersenyum-senyum sendiri sebangun dari tidur, ia tahu apa yang akan ia lakukan---

"Tunggu di sini, aku ke markas Shinsengumi sebentar. Mau menemui Souichiro-kun."

"Hah?"

---menghajar bocah itu jika sampai melakukan yang tidak-tidak pada Kagura.

End

Hai, halo..
Ini fanfic OkiKagu pertama yang kubuat.
Meski terlambat tapi ya masih tetep dalam suasana tahun baru 'kan? Iya dong hehe

Silahkan kritik dan saran jika berkenan~ (sekalian votenya ya xD)

Sekian, sampai bertemu lagi di fanfic OkiKagu lain atau barangkali fanfic di fandom Gintama lain ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro