Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

♪ valentine ♪

Catatan dari Author sebelum membaca:
Sakuraba Twins (OCsona) di sini berbeda dengan Sakuraba Siblings (OC). Terima kasih banyak atas perhatiannya, selamat membaca.

*****

Sudah setengah jam berlalu semenjak gadis berambut merah muda berkucir dua itu berjalan bolak-balik dari dapur ke ruang tamu.

Sebuah pintu terbuka. Sesosok pemuda dengan rambut sewarna dengan gadis yang masih belum berhenti melakukan kegiatan berulangnya muncul dengan raut letih.

"Naru, mau sampai kapan kau begitu? Langkah kakimu terdengar hingga ke kamarku, kau tahu?" omel pemuda itu sambil menyeduh secangkir kopi instan begitu sampai di dapur.

Embusan napas pasrah terdengar sebagai balasan dari Hanaru tanpa menghentikan gerakan mondar-mandirnya. Gadis itu membuka mulut dan mengangkat sebelah tangan dengan mengacungkan jari telunjuk seolah hendak mengatakan sesuatu. Namun, kembali menutup mulutnya diiringi gelengan kepala.

"Ru, kalau kau bingung mau memberikan kejutan apa untuk Kyosuke, sebaiknya kau pikirkan itu sambil duduk diam di kamarmu. Bukankah biasanya juga kau memikirkan segala hal sambil guling-gulingan di atas kasur?" Hanae lanjut mengomel sambil menyeduh secangkir lain susu cokelat hangat.

"TETAPI KALI INI AKU TIDAK BISA TENANG, NAE!"

"AKU LEBIH TIDAK BISA KONSENTRASI MENGERJAKAN LAPORANKU DENGAN LANGKAH KAKIMU MENGGEMA DI SELURUH SUDUT RUMAH, RU!"

"Hanaeee, bantu akuuuu," rengek Hanaru yang kini mendekat untuk mencuri sesesap kopi seduhan Hanae.

"Bleh, pahit. Lebih baik kau tambah gula, krim, atau susu sedikit. Meminum terlalu banyak minuman pahitlah yang membuat wajahmu ikut-ikutan pahit kalau dilihat. Oh ya, kau kan peka, harusnya kau tahu apa masalahku di sini dan bagaimana cara mengatasinyaaa!" Gadis itu meletakkan kembali cangkir berisi kopi milik Hanae sebelum menarik sebelah lengan atas pemuda itu.

"Ck, apa sih. Makanya jangan minum yang itu. Nih, aku tambahkan ekstra susu. Lebih baik kau meminum ini sambil memikirkan masalahmu di kamar. Dan wajahku tidak ada hubungannya dengan kopi yang aku minum." Sang pemuda yang sedikit lebih tinggi dari Hanaru balas mengoceh seraya menyerahkan cangkir berisi susu cokelat yang masih mengeluarkan kepulan asap.

Hanaru menerima cangkir tersebut dengan senyuman lebar. "Terima kasih ba- HEI, SEBENTAR! JANGAN MENGALIHKAN PEMBICARAAN!"

Hanae menatap kembarannya kesal. "Aku tidak mengalihkan pembicaraan. Aku menyuruhmu memikirkan masalahmu sendiri. Jangan bawa-bawa aku ke masalah percintaanmu itu."

Hanaru mengembuskan napas berlebihan. "Aku ... aku agak kurang percaya diri memberikan langsung cokelat valentine pertamaku nanti pada Kyo-kun," tuturnya tiba-tiba sebelum menyesap susu cokelat buatan Hanae.

"Kalau cokelatnya aku letakkan di meja atau lokernya begitu saja, nanti dia tidak tahu siapa pengirimnya." Hanaru melanjutkan racauan galaunya tanpa memedulikan kerut tambahan di dahi Hanae yang sibuk meneguk kopi instan miliknya.

"Aku tahu kau tidak sebodoh itu sampai tidak terpikirkan sebuah cara cemerlang bernama, Menuliskan Sebuah Surat, Hanaru. Sekarang, apa masalahmu?"

"Aku ... aku takut ... suratnya hilang atau terpisah dari kotak cokelatnya kalau kutulis terpisah ...."

"Ya sudah, tulis dan masukkan suratnya ke dalam kotak bersama cokelatnya."

"Tapi nanti kertasnya kotor terkena cokelat!"

"Lapisi plastik sebelum kau masukkan ke dalam kotaknya."

"Nanti cokelatnya yang rusak kalau tersenggol plastik."

"Kalau begitu rekatkan di bagian luar kotaknya saja."

"Tetapi nanti bisa dibaca oleh orang lain, Hanae!"

"Kau ini menyebalkan sekali, ya! Ya sudah buat saja cokelat yang dimasukkan ke wadah lain. Jadi baik suratmu maupun cokelatnya tidak akan rusak!"

"Tapi nanti cokelatnya je-"

"AKU PUNYA BANYAK REFERENSI HONMEI CHOCO YANG DIBUNGKUS DENGAN RAPI DAN TAHAN BANTING. DATANG KE KAMARKU KALAU KAU MAU MEMBUAT COKELATNYA!"

Tepat setelah mengatakan hal tersebut, Hanae berjalan dengan mengentakkan kaki sambil mengerang kesal dan sedikit membanting pintu kamarnya.

Hanaru yang masih berdiri di dapur dengan cangkir berisi cokelat susu buatan Hanae di tangannya hanya menyengir. "Kalau Hanae sudah berjanji dengan bilang begitu, mau bagaimana lagi? Memangnya aku bisa apa? Asyik, Hanae bantu bikin cokelat valentine-ku tahun ini~"

Hanaru sontak menarik napas begitu menyadari sesuatu. "LOH, BUKAN COKELAT KHUSUS DONG KALAU AKU TIDAK MEMBUATNYA DENGAN KEDUA TANGANKU SENDIRI!"

Pintu kamar Hanae terbuka. Kepala pemuda itu menyembul dengan ekspresi yang lebih tertekuk dari sebelum masuk ke kamar tadi.

"Aku hanya membantu memberikan referensinya, Naru. Aku tidak akan membantumu membuat cokelat. Terserah mau kau tambahkan racun atau bahan asing lainnya di dalam adonan cokelatmu nanti, aku tidak peduli. Aku hanya perlu berdoa untuk keselamatan Kyosuke nantinya. Dah, diam. Jangan berisik atau aku tidak akan membantumu nanti."

Kali ini pintu kamar pemuda tersebut tertutup pelan seperti biasa.

"Baiklah, kalau begitu!" Hanaru kembali mengembangkan senyum di wajahnya. Gadis itu pun berjalan dengan sedikit berjinjit lantaran kegirangan, tetapi tidak sampai melompat-lompat karena sedang membawa secangkir susu cokelat.

"Ah, sebaiknya aku menuliskan surat dan membuat rancangan honmei choco-nya terlebih dahulu sebelum membuatnya bersama Hanae nanti!"

❆❆❆

"Yosha, pasti bisa, ayo!"

Hanaru sekarang tengah berlari menuju sekolah, meski langit masih belum bisa dikatakan terang. Gadis itu bahkan masih menguap sepanjang perjalanan dan parahnya lagi, dia harus datang sendirian karena Hanae enggan berurusan dengan perempuan-perempuan yang menodongkan cokelat kepadanya di hari khusus ini.

"Uh, hanya di hari seperti ini aku bangun pagi dan Hanae bangun siang. Yah, aku kan harus membagikan cokelat ke teman-temanku seperti biasa. Terlebih lagi, hari ini lebih spesial karena aku harus jadi yang pertama kali meletakkan cokelat di loker Kyosuke!"

Hanaru bermonolog berusaha mengusir rasa sepi yang sempat mampir di hatinya. Dia sendiri tahu, seberapa rajin para siswi di sekolahnya apabila sudah memasuki hari valentine. Walau keinginannya untuk menjadi yang pertama kali memberikan cokelat begitu kuat, tetapi gadis itu tidak akan terkejut kalau nanti loker Kyosuke telah terisi oleh beberapa kotak cokelat.

"Yah, mana bisa aku mengalahkan gadis-gadis nekat yang memasukkan cokelat ke loker gebetannya di malam hari atau setelah orangnya pulang. Aku tidak mau terkena risiko tertangkap oleh orang lain saat memasukkan cokelatnya ke loker Kyo-kun."

Setelah tiba di area loker sepatu sekolah, Hanaru mengawasi keadaan sekitar sebelum memasukkan kotak cokelat miliknya ke dalam loker Kyosuke. Kemudian dengan cepat setengah berlari menuju toilet perempuan untuk berdiam diri di sana sampai waktu hampir menunjukkan sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Begitu keluar, Hanaru disambut oleh teriakan para siswi yang berebut memberikan cokelat secara langsung kepada orang-orang yang mereka sukai.

Hanaru sendiri bergegas ke kelas dan membagikan cokelat kepada teman-teman sekelasnya. Tak lupa gadis itu juga memberikan cokelat yang tersisa kepada siapapun kenalan yang dia jumpai.

Antusiasme valentine hari itu benar-benar terasa. Bahkan saat istirahat tiba, masih terdengar riuh rendah di luar kelas dari para gadis yang mencoba memberikan cokelat mereka kepada pujaan hati masing-masing. Beruntung pihak sekolah mereka tidak melarang siswa-siswinya menghidupkan acara khusus semacam hari valentine.

"Ahh, aku belum memberikan cokelatku!"

"Kenapa tidak kau titipkan saja pada temannya atau letakkan di meja atau lokernya langsung?"

"Tidak mau! Memberikan secara tidak langsung begitu tidak menarik, itu membuatku terlihat seperti seorang pengecut. Kita ada di era di mana perempuan juga bisa mengambil inisiatif duluan, kau tahu?"

Hanaru yang sedang berjalan-jalan ke kelas lain untuk membagikan cokelat ke teman-temannya yang berbeda kelas seketika merasa telinganya gatal ketika mendengar obrolan singkat dua siswi yang berjalan melewatinya. Gadis itu terpaku di tempat menatap bungkusan cokelat di kedua tangannya.

Untuk giri-choco, tomo-choco, kazu-choco, dan sewa-choco*, dia selalu memberikan secara langsung kepada orang-orang yang bersangkutan. Hanya honmei-choco saja yang dia berikan secara tidak langsung.

"Apa ... aku tidak layak untuk menyebut diriku pacarnya?"

Hanaru bergumam kepada dirinya sendiri sepelan mungkin, berharap tidak ada yang mendengar kata-katanya barusan.

"Ah, Yusuke-kun!"

"Ah, itu Kyosuke-kun!"

"Mana? Aku belum memberikan cokelatku kepada mereka!"

Teriakan tiba-tiba dari arah kiri, membuat Hanaru mau tak mau menoleh ke pusat perhatian para gadis tersebut. Tampak dua siswa berwajah mirip berjalan beriringan berusaha menerima seluruh cokelat yang disodorkan kepada mereka.

"Aoi Kyosuke-san, tolong terima cokelat pemberianku ini," pinta seorang siswi dengan gaya bicara yang anggun dan senyum manis di wajahnya.

"A-ah, terima kasih banyak." Kyosuke membalas dengan senyuman canggung dan semburat merah muda tipis di wajahnya.

"Woah, aku sudah dapat dari kakak kelas tadi pagi dan sekarang Kyosuke juga?" Yusuke menatap cokelat di tangan kembarannya dengan raut antusias.

"Wah, itu kan senpai yang terkenal cantik di angkatan kelas dua bukan, sih?"

"Bohong! Orang seperti itu memberikan cokelat ke Kyosuke-kun? Wah, aku kasihan pada kekasihnya."

"Omong-omong, aku tidak melihat pacarnya memberikan cokelat ke Kyosuke-san. Apakah dia akan memberikannya sepulang sekolah nanti?"

"Kyaa! Memberikan cokelat valentine sambil date pulang sekolah bareng? Itu seperti mimpi!"

"Benar, 'kan? Aku juga iri hanya membayangkannya saja. Andai aku juga bisa seperti itu."

Hanaru yang mendengar percakapan tersebut memutuskan untuk melarikan diri ke tempat yang lebih sepi. Kemudian mengantungkan bungkusan-bungkusan cokelat yang dia bawa ke saku hoodie-nya.

Tangan gadis itu terkepal erat. "Ahhh, sial, aku malu mendengar kata-kata mereka barusan! Apanya yang kencan sepulang sekolah, aku bahkan tidak berani menemui Kyo-kun hari ini."

Hanaru berjongkok dan menyandarkan kepala ke tembok di depannya. Beruntung sekitarnya sedang sepi, hanya beberapa siswa yang lewat untuk membuang sampah atau hendak bolos sekolah.

"Uhh, mana tadi sepertinya Kyo-kun sangat senang begitu mendapatkan cokelat secara langsung dari kakak kelas barusan. Astaga, aku tidak punya keberanian untuk menghadapinya sebagai pacarnya."

Racauan Hanaru terpaksa terhenti sebab bel masuk berbunyi. Namun, kegalauan tetap menghantuinya hingga sekolah usai.

Kini, gadis itu berjalan dengan sedikit lesu sambil membantu Hanae membawakan beberapa kantong berisi cokelat yang diterima kembarannya.

Hanae sempat bertanya dan menebak penyebab kemurungan yang ditampakkan oleh Hanaru, tetapi pemuda itu berhenti bertanya lebih lanjut setelah mendapatkan tawa dan senyuman sedih sebagai balasan.

"Ah, Kyosuke jalan dengan perempuan lain."

Hanaru yang sedari tadi berjalan menatap jalanan di bawah kakinya spontan mendongak. Air mukanya berubah pucat.

"Bohong, kok. Kau dari tadi dipanggil tidak merespon, soalnya."

Hanaru tersenyum lebar dengan mata membelalak kepada Hanae yang pura-pura tidak melihatnya dan fokus ke jalan di depan.

"Kyosuke menunggumu di depan."

"Eh?"

Menuruti tatapan Hanae, gadis itu ikut menatap lurus ke depan. Kyosuke dan Yusuke benar-benar berdiri di dekat pagar sekolah dengan dua kantong besar di masing-masing tangan mereka.

"Yahho! Naru-chan, Hanae aku pinjam dulu, ya! Kyosuke, tolong antarkan Naru-chan pulang. Aku dan Nae ada hal yang perlu kami bahas berdua." Yusuke langsung mengaitkan kepala Hanae dengan sikunya dan melambaikan tangan satunya kepada Kyosuke.

"Eh, loh? Anu-"

Hanae mengembuskan napas pasrah. "Naru, kemarikan kantong di tanganmu."

Hanaru yang masih terkejut kalimatnya dipotong, menyerahkan kantong isi cokelat di tangannya begitu saja. Kemudian menatap kepergian Hanae dan Yusuke ke arah berlawanan dengan arah rumah mereka tanpa dapat berkata apa-apa.

"Hanaru-chan, mau langsung pulang?"

Hanaru membuang muka dan mengangguk pelan. Masih tidak berani menatap Kyosuke setelah mendengar pendapat para siswi di sekolah tadi.

"Hanaru-chan?"

Kyosuke memanggil Hanaru berkali-kali selama perjalanan pulang mereka. Namun, respon yang pemuda itu dapatkan hanyalah gumaman atau sekedar gerakan kepala singkat. Membuatnya menatap Hanaru bingung. Padahal biasanya kalau dia memanggil Hanaru dengan akhiran -chan, Hanaru akan membalas dengan senyuman lebar.

Atas permintaan Hanaru saat natal dan tahun baru pula Kyosuke akhirnya memanggil Hanaru dengan nama lengkapnya dan ditambah dengan akhiran tersebut saat mereka hanya berdua saja. Saat mereka di sekitar orang lain, Hanaru memintanya memanggil tanpa akhiran atau disamakan dengan panggilan yang diberikan oleh Hanae dan Yusuke kepada gadis itu.

Hanaru juga telah meminta Yusuke memanggilnya dengan sebutan yang sama dengan sebutan Hanae padanya. Gadis itu telah menganggap Yusuke sebagai kakaknya sendiri.

Awalnya Kyosuke sempat bingung kenapa Hanaru memintanya memanggil dengan nama lengkap, padahal ada banyak nama yang lebih singkat dan lucu untuk disebut.

"Kalau Hana-chan atau Nana-chan, aku takut Kyo-kun suatu saat bukan memanggilku, tapi memanggil Nae dengan panggilan seperti itu," jelas Hanaru dengan wajah khawatir ketika ditanya alasannya.

"Tapi ... itu tidak mungkin, 'kan?" Kyosuke kembali bertanya dengan kebingungan yang lebih daripada saat sebelum menanyakan alasan gadis itu.

"Tidak, tidak, pokoknya jangan!"

"Rucchan?"

".... Memang terdengar lucu dan singkat, tapi asal kau tahu saja, itu bukanlah nama asliku. Secara teknis, itu namaku, tetapi juga bukan. Astaga, ini membuatku merasakan krisis identitas untuk pertama kalinya dalam hidupku."

Setelah berdebat dengan dirinya sendiri selama beberapa saat, Hanaru akhirnya meminta Kyosuke untuk memanggilnya dengan nama kecilnya saja secara lengkap.

Kyosuke tidak mungkin menolak. Wajah Hanaru saat itu seolah hendak menangis karena panik.

"Hanaru-chan? Ada masalah apa? Kau tahu aku tidak akan marah padamu tanpa alasan yang jelas, 'kan? Atau aku berbuat salah tanpa aku sadari?" Kyosuke memindahkan kantong-kantong yang dia bawa ke tangan satunya dan menyentuh pelan pundak Hanaru dengan tangannya yang tidak membawa barang.

Hanaru akhirnya menatap pacarnya dengan ekspresi cemas.

"Kyo-kun tidak salah. Aku ... aku yang salah ...."

Kyosuke menatap prihatin Hanaru yang saat ini memasang wajah bersalah. Padahal dia yakin kalau pacarnya itu tidak melakukan apapun yang dapat membuatnya merasa kecewa, marah, ataupun sedih.

"Kenapa?"

"Aku ...."

Keheningan melanda keduanya.

"Oh ya, Hanaru-chan memberikanku cokelat valentine juga, 'kan? Terima kasih banyak, ya! Aku sangat senang saat membaca surat darimu," ujar Kyosuke sembari tersenyum kepada pacarnya yang masih menunduk memikirkan kelanjutan kalimat gadis itu sendiri.

Hanaru yang mendengar reaksi Kyosuke mengenai surat dan cokelatnya, spontan mendongak. "Kyo-kun ... tidak kecewa padaku? Meski aku tidak memberikan cokelatnya langsung kepada Kyo-kun?"

Pemuda yang ditanya mengangkat sebelah alisnya heran. "Kenapa kecewa? Surat, dititipkan, ataupun diberikan secara langsung, aku suka cokelat itu selama yang memberikannya adalah Hanaru-chan."

Hanaru lagi-lagi menunduk. Tubuhnya sedikit bergetar sebelum runtuh. Gadis itu berjongkok di tempat, menggosok-gosokkan kepala ke lututnya sendiri.

"Maaf, maaf, maaf .... Aku pikir ... aku pikir .... Kyo-kun, maafkan aku ...."

Kyosuke ikut berjongkok. Tangannya terjulur menyentuh puncak kepala merah muda gadis itu kemudian mengusapnya pelan berkali-kali.

"Tidak apa-apa. Hanaru-chan tidak salah apa-apa. Aku tetap suka pada Hanaru-chan, kok. Bahkan kalau Hanaru-chan tidak memberikanku cokelat."

Hanaru mendongak, mengintip ekspresi pacarnya.

"Ah, tapi aku mungkin akan sedikit sedih kalau itu benar-benar terjadi." Kyosuke menggaruk sebelah pipinya sembari mengeluarkan senyum miring.

Hanaru mengeratkan pelukan pada kedua kakinya dan menekan kepalanya ke antara dua lututnya. Samar-samar terdengar tawa dari gadis itu.

Kyosuke ikut tertawa pelan begitu melihat Hanaru yang kini sudah bisa tertawa menatapnya, meski di wajah gadis itu masih tampak sedikit kesedihan.

"Baiklah, ayo kita lanjut pulang. Hanaru-chan mau cokelat?" Kyosuke bangkit lebih dulu dan menjulurkan tangannya ke Hanaru.

"Eh? Kyo-kun mau memberikanku cokelat?" pekik Hanaru yang menerima uluran tangan Kyosuke dan kini telah bangkit dengan bantuan pacarnya itu.

Namun, ketika gadis itu hendak melepaskan pegangannya, Kyosuke malah mengeratkan genggaman tangan mereka.

"Udaranya mulai terasa bertambah dingin, tidak apa-apa 'kan kalau kita begini sedikit lebih lama lagi?"

Hanaru menjawab dengan anggukan bersemangat dan sedikit ayunan pada tangannya yang tergenggam.

Keduanya lalu melanjutkan perjalanan pulang mereka yang memang memiliki rumah searah dari sekolah. Tak lupa mampir sesaat di sebuah minimarket untuk membeli cokelat untuk Hanaru terlebih dahulu.

❆❆❆

"Hah, akhirnya permasalahannya selesai juga."

"Yah, sudah kuduga yang bisa membuatnya berbicara hanyalah Kyosuke."

"Hanae perhatian sekali ya, dengan Hanaru-chan~"

"Sudah sewajarnya, 'kan? Perhatian dengan saudara sendiri. Oh, Hanaru menitipkan ini kepadaku untuk kalian. Yah, Kyosuke mendapatkan bonus lebih darinya, tentu saja."

Hanae menyerahkan empat kotak cokelat kepada Yusuke. Membuat pemuda yang menerima cokelat tersebut menelengkan kepala kebingungan.

"Empat? Hanae, kau membuat cokelat juga?"

"Yah, Hanaru masih punya banyak stok cokelat. Aku pikir membuat lebih murah daripada membelinya. Tenang saja, aku bisa yakinkan kalau cokelat yang lebih enak itu artinya buatanku."

"Sampai bersusah payah begitu, sankyuu, na!"

"Aku dipaksanya untuk memberikan cokelat yang spesial juga untuk kalian. Sekalian menambah poin plus di mata keluarga masa depan katanya. Aku masih belum memberikan restuku kalau gadis itu benar-benar berpikir tentang pernikahan ke depannya." Hanae mengembuskan napas kesal bercampur lelah mengingat kejadian beberapa hari lalu saat membuat cokelat.

Yusuke tertawa. "Khas Hanaru-chan sekali, ya. Ah, tapi kalau adikku benar-benar akan menikahi seseorang, kalau orang itu Hanaru-chan, sepertinya tidak masalah~"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro