Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

❁ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 6 - ᴛᴇʀʙᴜᴋᴀ❁

Ia buru buru menyambar Handphone yang tergeletak tak jauh dari tempatnya sekarang. Jari dan matanya sibuk mencari sebuah nama milik seseorang yang ia maksud dari kumpulan kontak. Tak sampai satu menit ia berkutat, jarinya kini berganti menekan tombol panggilan.

Gugup, tanpa sengaja ia menggigit kuku jempolnya.

Telepon pun diterima.

"Halo? Hajime?! Kau disana?" Tomoya sudah tak mau basa basi lagi, ia butuh penjelasan tentang apa yang ia temukan hari itu dan saat itu juga.

"H-h-hai! A-ada apa Tomoya-kun??" Suara diujung sana terdengar khawatir dan ketakutan, tapi Tomoya tak peduli.

"Anu, Langsung ke intinya saja, ya? Tadi aku- uhhh... Pergi memeriksa kamar mandi setelah kau pulang." Tomoya pelan-pelan bercerita tentang kronologi kejadian, Hajime hanya menganggukkan kepalanya. Sebenarnya Tomoya sangatlah malu untuk mengatakan ini, tapi apa boleh buat...

"Lalu aku menemukan sesuatu..." Hajime menajamkan pendengarannya, menyimak dengan baik apa yang ingin sahabatnya katakan.

"Aku menemukan... sebuah p-pantsu-" Ia berkata demikian sambil menggaruk pipinya yang gatal dengan wajah memerah.

Hajime menghela nafasnya sedikit. "...T-Tomoya-kun, kenapa kau mengatakan ini padaku?" Hajime rupanya masih belum memahami maksud Tomoya - atau mungkin dia pura pura tak paham?

"Ah, itu... Aku sudah menanyakannya pada adikku, tapi ia tidak memilikinya, ataupun temannya... Dan kaulah orang terakhir yang datang kerumahku. Jadi aku berpikir, apa mungkin-" Ia memotong kalimatnya.

Oh, something just clicked in Hajime's head.

Ia baru memahami alasan Tomoya meneleponnya sambil sedikit berteriak.

"AH! I-itu, aku-"

"Jadi itu benar milikmu? T-Tidak apa- Aku tidak akan menilaimu hanya karena kau memiliki hobi seperti itu, maksudku- Setiap orang memiliki hobi yang berbeda, bukan?" Tomoya mencoba menjelaskan bahwa ia akan menerima Hajime apa adanya. Rasanya seperti hanya dirinya saja yang mengetahui sisi ini dari Hajime - dan jujur, ia merasa sedikit senang.

Tomoya mengira Hajime diam diam memiliki hobi untuk mengumpulkan dan menggunakan pakaian dalam perempuan. Intinya seorang hentai atau mesum.

Hajime terdiam, tidak bisa lagi mengelak. Pakaian itu pasti miliknya.

Mungkin...

Mungkin... Inilah saatnya baginya untuk mengatakan hal itu.

Ia menarik nafas panjang, lalu mengeluarkannya lagi.

Rahasia yang ia sembunyikan sekian lama, hari ini, akan terbuka di hadapan lelaki yang ia sukai. Tapi sebelumnya, ia pasti akan mendiskusikannya dengan keluarganya terlebih dahulu.

"Tomoya-kun... Aku akan mengambilnya kesana sekarang,"

"Dan aku... juga mempunyai sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu..."


-Time Skip-


Beberapa menit berlalu setelah ia menutup telepon tadi, dan kini seorang Hajime Shino itu telah berdiri di depan pintu rumah orang yang tadi meneleponnya. Ia tentu sudah menceritakan apa yang terjadi pada keluarganya. Mereka awalnya terkejut, namun akhirnya menyetujui keputusannya dan berharap bahwa pilihan yang ia pilih ini merupakan keputusan yang benar.

Tangannya di genggam dengan erat, mempersiapkan dirinya akan apa yang bisa dapat terjadi. Tomoya bisa saja membencinya, karena ia telah menyembunyikan rahasianya, atau bisa saja dia menjauhinya karena merasa tak nyaman. Tapi, bukan tidak mungkin juga Tomoya akan tetap menjadi sahabatnya seperti sekarang.

Atau mungkin malah menjadi pasangan-

Hajime menggelengkan kepalanya kencang, membuat rambut indahnya bergoyang - mengusir pikiran itu jauh jauh dari kepalanya. Bukan berarti ia tak suka, tapi... Lebih baik ia tak meninggikan harapannya. Lebih baik mencegah dibandingkan mengobati, kan?

Bel pun akhirnya ditekan. Kemudian, muncul suara gaduh dari dalam rumah.

"Ah, Hajime... Silahkan masuk..." Sosok Tomoya yang membukakan pintu terlihat sedikit malu dan canggung.

"P-permisi..."

Setelah dipersilakan, Hajime kemudian melangkahkan kakinya masuk, lalu melepas sepatunya.

"A-ayo, langsung saja ke kamarku..." Tomoya menggenggam lengan Hajime yang baru saja selesai melepas sepatunya, lalu berjalan dengan cepat. Yang ditarik hanya terdiam dan mengikuti tuan rumah.

Sesampainya di kamar yang dimaksud, Tomoya segera menutup pintu dan menguncinya. Entah untuk alasan apa ia menguncinya. Tangan miliknya kemudian membuka lemari pakaian dan mencari barang 'itu', yang untungnya dapat ia temukan dengan cepat sehingga tidak membuat Hajime menunggu terlalu lama.

"Ini... Milikmu." Ia menyodorkannya dengan wajah yang merah padam, sambil mengalihkan pandangannya ke samping. Wajar, ini baru pertama kalinya ia melihat milik orang lain selain keluarganya. Hajime menerimanya dengan tangan bergetar, lalu mengucapkan sebuah kata'terimakasih' pelan. Tangannya dengan cepat memasukkan kain tadi ke dalam tas yang ia bawa.

Suasana menjadi canggung sejenak, sebelum akhirnya Hajime memecahkannya dengan janji yang mungkin saja Tomoya lupakan.

"Anu... Aku berjanji untuk mengatakan sesuatu, kan?..." Ujar Hajime. Ia memainkan ujung pakaian yang ia gunakan. Terlihat dengan jelas bahwa ia sangat gugup untuk mengatakan hal itu.

"U-un, aku ingat. Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Ujarnya.

Jantung mereka berdegup dengan kencang dalam ruangan tertutup itu. Perasaan gelisah dan khawatir lambat laun mulai membuat mereka tenggelam dan kehabisan nafas. Terlalu khawatir, Tomoya bahkan lupa menyuguhi temannya minuman atau makanan, atau bahkan menyuruhnya untuk duduk.

Hajime membuka mulutnya sedikit, namun tetap tak bisa bersuara. Gumpalan yang ada di tenggorokannya rupanya telah menghalangi usahanya untuk berbicara. Sebagai gantinya, ia mengayunkan tangannya ke atas dan kebawah, mengisyaratkan Tomoya untuk berjalan mendekat.

Rahasia ini, rahasia yang sudah diusahakan untuk tertutupi, akhirnya menemukan akhir ceritanya. Ia bukanlah lagi sebuah rahasia.

Tomoya hanya patuh dan mengikutinya. Sosok bersurai biru itu kemudian mendekatkan mulutnya pada telinga Tomoya, hendak membisikkan sesuatu. Jarak mereka sangat dekat - Tomoya bahkan dapat merasakan nafasnya pada daerah lehernya.

Manik lavender terpejam dengan erat, mengumpulkan keberanian untuk nanti menatap Tomoya segera setelah ia mengatakannya...

...Sekarang!

"Ano, T-Tomoya-kun... Aku sebenarnya adalah... Seorang perempuan..."

Kalimat itu menari di atas lidah milik Hajime, lalu dengan luwesnya masuk ke telinga Tomoya. Sepertinya butuh waktu beberapa detik bagi Tomoya untuk memproses informasi itu.

"Hah?" Iris coklatnya dikerjapkan bak lampu yang akan mati. Kepalanya memutar, menatap wajah yang kini menunduk.

"Kau- Kau-?" Matanya bergerak, menginspeksi tubuh Hajime dari atas sampai kebawah - mengulanginya beberapa kali. "Iya..."

Siapa sangka, sahabatnya itu selama ini merupakan perempuan. Mengingat berapa banyak hal yang mereka sudah lakukan bersama, seperti berpegangan tangan, pergi berdua bersama, gendongan ala bridal style,

...dan tidur berdua...

Ingatannya membuat wajah Tomoya kembali memerah untuk kesekian kalinya hari itu.

"M-maaf... Aku tak memberitahumu sejak lama... Itu karena aku berusaha menyembunyikannya dari semua orang... Maafkan aku..." Hajime terdengar parau, ia hampir menangis.

Ia tak menjawab. Jujur, pikiran Tomoya sangatlah kusut. Ia tentu tak mau meninggalkan sahabatnya begitu saja, mereka beberapa tahun menjalin hubungan pertemanan ini. Disaat bersamaan, dadanya terasa sangat sakit, mengingat bahwa Hajime menyembunyikan sebuah rahasia dari dirinya sejak mereka bertemu.

Mereka hanya terpaku selama beberapa menit dengan suara tangis pelan Hajime yang mengiringi. Masing-masing tak tahu ingin melakukan apa. Namun, pada akhirnya, Tomoya berhasil menggerakan tangannya dan menepuk punggung lawan bicaranya dengan pelan, berusaha untuk menenangkannya sebisanya.

✧✧

---------------------------------------------------------

Mel/Meru❀

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro