❁ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 6 - ᴘʟᴀɴ❁
Angin bertiup cukup kencang, membuat jemuran yang ada di sana bergoyang goyang dan menari. Dibaliknya, berdiri sesosok lelaki berambut blonde yang sedang menghadap lelaki blonde lain. Tinggi mereka yang relatif jauh membuatnya harus mendongakkan kepalanya untuk menatap sepasang mata coklat muda.
"Kaoru-chin..." Ia berucap.
"...Twolong beritahu awku cara untuk mendwapatkan hati pwerempwuan!"
Lelaki yang kiranya bernama 'kaoru' ini terdiam, terkejut. Ia tak menyangka bahwa lelaki dihadapannya - lelaki yang sempat ia kira sebagai perempuan - akhirnya menyukai seseorang.
"Nazuna-kun, kau... Menyukai seseorang?" Tanyanya. Dengan warna merah yang menghiasi pipinya, Nazuna menganggukkan kepala pelan.
"B-boleh aku tahu siapa?" Jantung Kaoru berdegup kencang, takut kalau nama yang akan disebut adalah milik Anzu.
"A-anu... N-najima-chin..." Kaoru kemudian menghela nafas lega. Rupanya sang producer khusus Ra*bits. Tak ia pungkiri, sebenarnya ia sempat beberapa kali menggodanya, namun agaknya upayanya itu tak berhasil. Palingan ia hanya mengeluarkan suara 'eeeh?' dan berterimakasih. Sepertinya ia memiliki hati yang kokoh, ataukah karena dia lebih tertarik dengan lelaki imut?
Beruntungnya, karena pengalamannya menggoda banyak perempuan, ia jadi mengetahui bagaimana sifat dan cara mengambil hati gadis yang Nazuna maksud.
"Oh gadis itu? Sebenarnya, mengambil hatinya itu cukup mudah, terutama bagimu. Keimutanmu itu menjadi nilai tambahan. Namun kau juga harus berhati-hati agar tidak membuatnya merasa aneh dan tak nyaman." Jelasnya. Nazuna menggangguk tanda mengerti.
"Tapi, bagaimana caraku mengambil hatinya? Apa yang harus kulakukan?"
Kaoru sedikit tersenyum, senyum yang dapat membuat banyak perempuan luluh seketika.
"Aku punya rencana."
Kaoru mendekat dan membisikkan sesuatu kepada Nazuna. Tiba-tiba, wajah milik kelinci kuning itu berubah merah.
"A-apwa kau yakin itu akan berhwasil??!" Ia berbicara dengan cepat. Kaoru mengangguk mantap. "Percayalah padaku, Nazuna-kun."
-
"Ah, aku harus buru buru pulang ke rumah...!" Gadis itu berlari di bawah sinar matahari sore, mengejar waktu. Kakinya menapak diatas jalan semen, melewati beberapa orang yang sedang duduk disana. Suara yang ia timbulkan membuat mereka menoleh.
"Oh~? Ojou-chan~ Kita minta waktunya sebentar, boleh?" Sebuah suara asing dari samping tiba-tiba terdengar. Najima mencoba untuk tak menghiraukannya, takut bahwa orang yang ia maksud bukanlah dia. Ia hanya terus menghadap kearah depan, tak memberikan perhatiannya sedikit pun.
Merasa tak dihiraukan, pemuda tadi kembali memanggilnya. "Hey, kau dengan blazer biru tua! Aku memanggilmu!" Langkah kakinya akhirnya berhenti, ia pun berbalik.
"A-aku?" Mereka mengangguk, lalu berdiri mendekatinya. "Apa kau sendirian?" Seringai muncul di bibir mereka.
"Ah, aku- Maaf tapi aku harus-" Najima mengelak, mencoba untuk menolak dengan halus.
"Kenapa cepat sekali? Ayo main dengan kami~" Salah satu tangan orang itu menggenggam pergelangan sang producer, lalu mengangkatnya sedikit. Tubuhnya bergetar, ketakutan, tetapi, ia tak bisa melakukan apapun. Ini baru pertama kalinya hal itu terjadi padanya.
"Maafkan aku, tapi..."
"Sudahlah! Ikutlah dengan kami!" Pemuda dengan rambut kekuningan tersebut lalu menariknya dengan paksa sambil berjalan pelan, mencoba menuntun Najima entah kemana.
Pergelangannya terasa sakit.
"Hei!! Kalian!! Berhenti menganggunya!" Sebuah suara tiba-tiba terdengar, Najima yang menyadari pemiliknya segera membalikkan kepalanya.
'N-niichan?'
Mereka menghentikan langkah, kepalanya berputar, ingin melihat siapa gerangan yang mengganggu urusannya dengan gadis tersebut.
Matanya kemudian bertaut dengan sepasang manik merah.
"P-pergi! Dan jangan mendekatinya lagi!" Nazuna melanjutkan. Untung saja jalanan saat itu sedang sepi, jadi volume suaranya tidak menimbulkan perhatian.
Lelaki yang tadi menggenggam tangan Najima kini melepaskannya dengan kasar, lalu berkata pada rekannya untuk menjaga perempuan itu.
Kakinya mulai berjalan mendekati Nazuna. "Siapa kau? kenapa mengganggu kami?" Tatapan matanya yang garang membuat Nazuna bergidik ngeri, namun ia tak goyah.
Nazuna mengangkat kepalanya, seakan akan ingin menantang orang tersebut. Kepalan tangannya dikuatkan.
"A-Akwu- aku pacarnya! Mwau apwa kau?"
"E-eh?!" Najima yang mendengarnya membelalakkan matanya. Jantungnya tiba-tiba berdetak tak karuan.
"Pftt-"
"BUAHAHAHAHAHAHHAHAHAHA"
Kedua orang tadi saling bertukar pandang sejenak, lalu melepaskan tawa yang kencang.
"Orang seperti kau, menjadi pacarnya? Pfft- Sangat lucu sekali~ Coba ceritakan, dari dongeng manakah kau mendapat inspirasi?" Ia merendahkan tubuhnya, mengejek Nazuna yang tinggi badannya berbeda jauh.
"Kau harus banyak-banyak minum susu agar setinggi kami, baru kau bisa menjadi pacarnya~ Lagian kenapa ia menerimamu sih? Dengarlah, bahkan kau tidak berbicara dengan jelas~" Ia kembali tertawa. Tangannya diletakkan diatas kepalanya, menepuk nepuk surai blonde lembut itu.
Nazuna kini tersulut amarahnya. Ia menundukkan kepalanya kebawah, menahan kesal yang amat sangat. Ia sangat benci, benci, benci, jika ada seseorang yang mengatakan sesuatu tentang tinggi badannya.
"Hora? Kenapa tak menjawab? Apa kau tidak bisa meng-"
Kelinci kuning seketika mengangkat kepalanya, pandangannya pergi menatap balik sepasang mata yang sudah melihatnya secara rendah.
Lelaki itu sedikit tersentak, ia bersumpah bahwa ia dapat melihat mata merah tadi menyala terang.
"Aku... BWUKAN CHIBI!!" Tatapannya tadi membuat pemuda dihadapannya lengah, kesempatan emas baginya untuk melakukan sesuatu.
*CHOMP*
Alhasil, ia menggigit tangan besar tadi dengan cukup kencang.
"AHHH! ADUH- TANGANKU!"
"NAJIMA-CHIN, SEKARANG!" Yang dipanggil hanya gelagapan, namun ia berhasil melayangkan sebuah tendangan pada kaki kiri orang itu - yang seketika membuat pegangannya terlepas.
Nazuna kemudian berlari secepat kilat bak kelinci, lalu menyambar tangan Najima dan menariknya kabur.
"N-Nii-chan...?"
"Sudah! Bwicaranya nanti sja! Yang penting kwita berlari dahulu!"
---------------------------------------------------------
Mel/Meru❀
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro