Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

𝟡 - 𝕟𝕖𝕧𝕖𝕣 𝕝𝕖𝕥 𝕘𝕠

Papan roda merah Reki bertumpu pada sandaran dinding latihan skate taman Gushikawa. Kali ini tak pernah ia merasa hampa selama dalam kesendirian. Adanya Langa mewarnai harinya, sekaligus [Name] yang turut bekerja di Dope Sketch. Sepulang dari pertemuan ibu Langa, Reki menatap nanar langit bertabur bintang itu.

Mengenal lebih lama tidak selalu menunjukkan luasnya pemahaman terhadap seseorang. Bisa saja itu hanyalah waktu yang berlalu. Sebuah kuantitas semata yang takkan kembali.

Sebagai gadis yang memulai segala hal dari nol di Okinawa, [Full Name] terlihat seperti sosok pasif yang jauh dari jangkauan bersama rekan lawan jenis. Namun, keberadaan Paman Oka seolah mendorongnya juga untuk maju. Memaksakan harus bekerja sama dengan tim dengan membentuk kepribadiannya untuk lebih aktif.

"Reki."

Lelaki berambut merah itu tetap bergeming sembari memeluk lutut. Ada begitu banyak isi pemikiran bermunculan hingga panggilan itu terabaikan. Subjek yang memanggil itu duduk di sebelah Reki. Menaruh ransel hitam di sebelahnya.

Mendengar suara objek, lamunan Reki pun buyar. Manik lelaki itu terbelalak.

"Langaaaaaa???"

"Yo."

"Kapan balik ke sini?"

"Baru saja."

"Lalu di mana [Name]?"

Langa menggeleng cepat. "Aku tidak pulang bersamanya. Terpaksa pulang sendiri sesuai kesepakatan hanya dua hari semalam."

Reki mengernyitkan dahi. "Setelah semua usaha yang dilakukan termasuk meminta izin ibumu?"

"Aku percaya dengan segala keputusan [Name]."

Tangan Reki terkepal erat. Bagaimana bisa Langa setega itu merelakan beratnya penindasan yang dihadapi [Name] sendiri lagi? Ingin ia berusaha dan menggantikan lelaki itu, tetapi itu bukan haknya.

"Tidak seharusnya dia me---"

"Reki-kun, Hasegawa-kun!"

Terdengar suara jinjingan kantong saat suara sang gadis menyapa keduanya.

"Langa! Kau berbohong padaku!" ujar Reki menatap jengkel.

Lelaki berambut biru itu menopang dagu. Tepatnya, ia berusaha menahan tawa. "Wajahmu terlihat sangat serius, Reki. Jadi, aku ingin mendukung situasi yang kau alami saja."

"Kami benar-benar baru balik ke sini, kok. Nih, untuk kalian," kata [Name] menyerahkan sekantong es krim. "Aaaah, segar sekali."

[Name] tahu Reki sudah menatap penuh tanda tanya. Belum jelas tanpa narasi yang lengkap. Bahkan, semua terjadi terlalu tiba-tiba.

🛹🛹🛹

Pria paruh baya itu kembali ke kamar dan melanjutkan bacaan surat kabar setelah menghadapi perdebatan barusan. Pada saat itu pun, ibu [Name] menyodorkan secangkir teh merah. Usai meletakkan, ia hendak meninggalkan kamar.

"Tunggu. Aku mau kita berdiskusi."

"Aku juga ingin, tetapi kau bilang tadi membutuhkan waktu."

"Sekarang saja. Apa menurutmu [Name] sudah seharusnya berpisah dengan kita?"

Ibu [Name] mendekap nampan sembari menarik kursi kerja di sebelah tempat tidur. "Dia sebenarnya memohon padaku untuk kembali ke Okinawa beberapa hari lalu. Aku merasa sebagai ibu yang gagal karena memaksanya bertahan ditindas. Mengingatmu sedang dalam puncak berkarier sebagai alasan."

"Selama ini ia selalu berpindah-pindah tempat. Jarang [Name] meminta sesuatu. Hanya saja ...."

"Ayah khawatir dengan bule itu?" duga ibu [Name] terkikik kecil. "Dia teman sekerja [Name] di Dope Sketch. Oka bilang dia pemuda yang baik karena sering mengantarkannya pulang."

Helaan napas panjang terembus oleh pria itu. "Gadis itu menjadi tumbuh kelewat pesat."

"Jadi, bagaimana keputusanmu?"

"Kita harus mengajukan perpindahan sekolahnya."

Oleh keputusan yang telah dibuat bersama, manik [Name] berbinar-binar kala menerima informasi dari ibunya. Ia mewajarkan adanya perantara karena sang ayah yang cenderung kikuk dan pemalu. Toh, saat itu pula ayahnya sedang pergi bekerja.

"Ajaklah dia berjalan-jalan. Besok kalian sudah harus kembali, bukan?"

"Ibu ...."

"Bisa melihatmu lebih ceria juga bagian terpenting dari peran kami sebagai orang tua."

Genangan air mata [Name] membasahi pipi. Menerima dekapan seiring aliran itu terus jatuh mengikuti arah gravitasi. Langa tersenyum tipis, kemudian menepuk bahu [Name] pelan.

"Untuk mengirimkan formulir perpindahan sekolahmu, biar ibu saja yang akan me-"

"Aku akan melakukannya, Bu."

"Mungkin saja kau akan menemui para pembuli itu lagi, bukan? Sejujurnya, ini tidak adil untukmu. Kau memilih pindah, padahal mereka yang melukaimu."

"Tidak apa. Karena aku tidak sendiri. Untuk kali ini, aku juga ingin mengakhirinya secara langsung."

🛹🛹🛹

Reki bertepuk tangan usai mendengar cerita dari [Name]. Gadis itu bercerita penuh antusias. Apalagi saat mengajukan formulir perpindahan sekolah bersama Langa, wali kelasnya tampak berusaha membujuknya kembali. Terutama prestasi [Name] terbilang baik dan menjanjikan pada jenjang selanjutnya. Namun, [Name] tegas menerangkan bahwa pembulian sebagai alasannya tak lagi dapat bertahan. Terdapat ekspresi pucat pada wajah wali kelasnya.

"Para pembuli itu pasti tidak akan selamat lagi. Mereka dikeluarkan dari sekolah."

[Name] mengangguk kecil. "Keduanya tak lagi penting untukku. Rasa sakit itu tidak akan pernah hilang, tetapi aku terus bertumbuh, bukan?"

Langa menambahkan, "Kita selalu bisa menjadi lebih kuat dari ekspektasi."

Senja itu, mereka bertiga menghabiskan masa sore di taman menghadap pantai. Cerita mereka belum berakhir hanya karena sebuah masalah berlalu. Akan selalu ada lembaran yang muncul selama raga melanjutkan napas. Memulai lembaran baru yang terus menanti.

Reki, Langa, dan [Full Name]. Berada di Okinawa menghabiskan waktu dan impian saat ini.

🛹🛹🛹

.
.
.
.
.
.
.

Numpang promosi dulu~

Karena mau nambah asupan SK8, hadirlah seri karakter baru.

Bukan Reki.

Bukan Chinen.

Bukan Shadow.

Bukan Paman Oka /g.

Masih versi beta.

Daaan

.
.
.
.
.

Taraaa~

Format juga mini chapter, tapi ceritanya lebih ke romantis komedi. Moga aja pada suka. Berminat bisa mampir ke profilku yaa~

Sincerely,

Agachii

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro