Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

𝟠 - 𝕥𝕙𝕖 𝕨𝕒𝕪 𝕨𝕖 𝕕𝕠

Sorotan penerangan serempak menaungi malam Tokyo. [Name] dan Langa mengantre bersama ratusan penumpang lain menuju bandara Narita. Sejak pesawat hendak mendarat, Langa dapat menangkap jelas ekspresi gadis itu. Panik, bingung, dan takut. 

Sudah pulang malam hari ditambah lagi datang bersama seorang laki-laki pula. 

"Kuharap orang tuaku tidak menganggap aneh-aneh saat melihatmu di ruang ketibaan."

Langa menggenggam tangan [Name] sebeku es . Entah dikarenakan pendingin ruangan dari pesawat atau bercampur ketegangan emosional yang dialami, tetapi Langa harus memastikan gadis itu baik-baik saja.

"Kita akan hadapi jika itu terjadi," tukas Langa tanpa ada keraguan, padahal dialah objeknya.

Mereka pun menunggu jejak koper [Name] dari ruang bagasi yang mengeluarkan bawaan seluruh penumpang pada setiap maskapai penerbangan. Tangan [Name] yang beku mulai perlahan menyamai temperatur Langa. Alih-alih merenggang, gadis itu mengeratkan genggaman --- seakan mengisyaratkan "aku percaya dan aku ingin kau di sisiku".

🛹🛹🛹

Sebelum keluar dari ruang ketibaan, [Name] mendapati ayah dan ibunya tengah menanti dengan sabar. Ada perasaan haru bahwa tidak biasanya selengkap itu bagian dari keluarga meluangkan waktu hanya untuk menunggunya. Sering kali hanya ibunya yang mengantar dan menjemput selama ia bepergian.

"Aku pulang," kata [Name] berusaha menggapai koper miliknya, tetapi tetap dicegat Langa sampai keluar dari ruang ketibaan.

Alih-alih disambut "okaeri", ayah dan ibunya saling menatap penuh keheranan. Seakan anak tunggalnya baru saja pergi ke dunia lain ketimbang menetap di sebuah wilayah pada satu negara yang sama.

"H-hello, hawayu (how are you)? I- I can speak English a little," sapa ibu [Name] tergagap karena paras Langa yang dominan kaukasoid.

Melihat usaha ibunya yang mengira Langa bule tulen, [Name] pun berkata, "Hasegawa-kun bisa berbahasa Jepang! Dia campuran."

"Tak biasanya kau pulang bersama seseorang," sambung ayah [Name] berusaha terlihat tenang setelah terkejut sejenak terhadap fisik Langa yang jangkung.

Menjadi pusat perhatian dari orang tua [Name], lelaki itu membungkukkan diri. "Hasegawa Langa. Saya kelahiran Kanada-Jepang, tetapi baru pindah ke Okinawa setahun lalu."

"Wah, wah, wah ... apakah kalian berpacaran?" tanya ibu [Name] menatap berseri didera rasa penasaran. Berbeda dengan antusiasme ibu, ayah [Name] lantas melirik arloji. Hari sudah semakin larut. Apalagi melihat sang anak tunggal bersama dengan seorang laki-laki dalam sebuah penerbangan yang sama melibatkan sisi cemasnya.

"Kita masuk mobil dulu. Hei, kau akan beristirahat di mana malam ini?"

[Name] mengernyitkan dahi. "Ayah, tadi dia sudah memperkenalkan diri. Hasegawa-san bukan 'kau'. Soal dia menginap ... apakah dia tidak bisa di rumah selama dua hari satu malam saja?"

"Saya akan mencari penginapan terdekat dari rumah [Name]," tukas Langa menyadari penuh bahwa kedatangannya amatlah mendadak dan penuh spontanitas.

Ibu [Name] menggeleng cepat. "Langa bisa menginap di rumah, kok. Pasti ada alasan kenapa jauh-jauh ke sini, bukan? Hotel di sekitar perumahan kami paling dekat sejauh lima kilometer dari sana, lho."

"Maaf sudah merepotkan. Mohon bantuannya."

🛹🛹🛹

Jalanan padat kendaraan itu menyisakan kesan yang berbeda bagi Langa. Ia ingat melewati Tokyo sebagai perantara ibukota dari Ottawa. Durasi yang dibutuhkan dari bandara menuju kediaman [Name] memakan waktu selama satu setengah jam. Selama mobil terus melaju, gadis itu menjawab pertanyaan dari orang tuanya dengan riang. Mulai membahas kesibukan di Dope Sketch, hunian yang disewakan oleh Paman Oka, hingga makanan khas dan oleh-oleh dari Okinawa. Seakan ketegangan yang dihadapi gadis itu barusan seperti orang lain.

Bibir Langa tetap senantiasa terkunci. Ia sudah memutuskan akan menemani [Name] melalui setiap apa pun keputusan yang diperbuat. Membahas topik yang memilukan juga sulit fokus dibahas selama melakukan perjalanan. Ayah [Name] lebih fokus berkendara, sedangkan Langa meratapi pemandangan dari sisi jendela.

"Anggap saja seperti rumah sendiri, ya," tukas ibu [Name] menyertakan secangkir teh dan sepiring kue kering pada meja ruang tamu. 

"Saya bisa tidur di sofa, jadi tidak menyusahkan kalian," sahut Langa memeluk bantal sofa. Ekspresinya tetap gamang, tetapi amat jelas ia merasa canggung.

"Tamu tidak boleh diperlakukan begitu. Bersantailah sejenak sebelum air panasnya tersedia."

Ditinggal, kini ruang tamu menyisakan tiga insan; [Name], ayah, dan Langa. Ayah [Name] sesekali sibuk mengulur layar dengan membaca berita dan sesekali membalas pesan teks. Gadis itu mencuri pandang terhadap kedua laki-laki itu bergantian.

"Kau pacaran dengan anakku?" tanya ayah [Name] meletakkan ponsel di atas meja.

Padahal Langa yang ditanya, tetapi gadis itu meneguk ludah karena pertanyaan intimidatif barusan. Lain ekspresi, Langa membalas tatapan ayah [Name] penuh ketenangan dan serius. Terdapat sirat kesungguhannya walaupun hanya menjinjing sebuah ransel di pundak.

"Belum, tapi saya mau bersama dengannya dengan tujuan menjanjikan di masa depan."

[Name] mengerucutkan bibir saat mendengar kata "belum". Langa memanglah sosok yang jarang berekspresi, tetapi ia memiliki kepercayaan diri yang luar biasa. Begitu pula kemampuannya sebagai "Snow" saat berselancar papan roda hingga menyisakan sejumlah luka lecet. 

"Alasanmu ke sini?"

"Izinkan [Name] menetap di Okinawa. Dia tertindas selama di Tokyo."

Manik ayah [Name] melebar. "Bagaimana bisa? Padahal itu sekolah terbaik yang difavoritkan banyak siswa lainnya. Paling menjanjiㅡ"

"Pilihan terbaik itu ... harus disepakati bersama, bukan? Jika salah satunya tak ingin, tidakkah itu egois?"

[Name] mengusap tengkuk yang tidak gatal. "Hasegawa-san,  aku tidak apa-apa."

Pria paruh baya pun menunduk sejenak, lalu memandang dua insan di hadapannya. Pertama, anak tunggal yang paling dikasihinya. Kedua, laki-laki yang berusaha menjalin hubungan dengan anaknya itu. 

"Biarkan aku memikirkan lebih lanjut malam ini. Kalian beristirahatlah."

🛹🛹🛹

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro