
𝟙 - 𝕣𝕠𝕠𝕜𝕚𝕖 𝕡𝕒𝕣𝕥-𝕥𝕚𝕞𝕖𝕣
Mata [Name] terus berbinar. Bukan karena pantulan mentari senja, melainkan melihat sesosok eksistensi mengudara berpijak papan roda. Iklim tropis sepanjang waktu tak mengenal salju, tetapi Okinawa selalu menyimpan keunikan tersendiri. Memancarkan keindahan hanya dengan menatap langit.
"Rekiiiiii!" seru [Name] menuju Gushikawa skate park. Sebuah lapangan olahraga yang diperuntukkan pemain skateboard. Sejak belia, ia paham Reki mencintai papan roda melebihi apa pun. Tiada satu pun yang dapat menghalangi kecintaan yang amat besar, sehingga tidak jarang Reki selalu sendirian. Sulit mayoritas orang mau memahami olahraga yang cukup berisiko itu.
Langkah gadis itu terjeda saat mendapati sesosok pria jangkung di sebelah Reki. Rambut secerah langit itu melambai lembut tertiup angin. Tidak biasanya Reki ditemani seseorang.
"B-bule, ya?" gumam [Name] tergagap bingung. "H-hi, how are you?"
Reki terkekeh renyah bertutur, "Masih campuran Kanada-Jepang! Namanya Hasegawa Langa! Dia [Full Name], sepupu bungsu dari manajer Dope Sketch!"
Tangan Langa terulur menghadap [Name]. Sedetik, dua, bahkan lima detik berlalu mengudara. Tidak heran jika banyak gadis membatu. Langa tampan. Bahkan auranya terlihat seperti lelaki dingin nan misterius.
"M-maaf! Senang berkenalan denganmu," sahut [Name] menjabat kikuk. Ia cemas dicap norak, ya, walaupun kenyataan memang terlihat jelas. "Paman Oka mengizinkanku melamar sebagai staf toko selama liburan semester. Mohon bantuannya."
"Kenapa terburu-buru ke sini?" tanya Reki duduk dan mengutak-atik papan roda. Kebetulan memang mereka sedang tidak ada jadwal menjaga toko.
"Hanya ingin mampir saja," jawab [Name] duduk pada sebuah bangku panjang yang terletak pinggir taman skate. "Kalian mau ini?"
Sekantong plastik tampak menguarkan sedikit asap. Jajanan sata andagi (donat) memunculkan semilir lembut. Garing, juga terasa manis.
Reki mengacungkan jempol. "Mana mungkin jajanan seenak ini ditolak?"
Berbagi dengan Langa, [Name] menyadari lelaki itu makan lahap sebuah donat sekali makan. Sepertinya dikarenakan aktivitas skate cukup menguras energi. Luka lecet terlihat pada sekujur lengan, juga wajahnya.
"Aku tidak mengganggu kalian, bukan?" kata [Name] menautkan kedua jari telunjuk. Sejujurnya, ia begitu sulit memulai interaksi dengan orang baru. Dahulu saja, Reki yang memulai pembicaraan. Walaupun ia tidak bisa terjun praktik dunia skateboard, Reki tetap memperlakukannya sebagai teman.
Langa berhenti mengunyah pun berucap, "Kau tidak mengganggu."
"Seperti tidak mengenalku saja! Justru nikmati saja waktumu di sini. Kalau memang niat, kau juga bisa memberi masukan sebagai penonton!" tambah Reki merangkul bahu Langa. "Benar kan?"
Sebelum melanjutkan kunyahan akhir, Langa pun mengangguk. Jawaban hangat saat senja itu menenangkan hati [Name]. Tidak banyak orang yang [Name] kenali di Okinawa. Selain bukan kota kelahiran, ia memang sedang "melarikan diri".
Sejujurnya, hati kecil [Name] berharap tidak mau kembali ke Tokyo.
🛹🛹🛹
Demi kejaran Paantu pun, [Name] tidak pernah menyangka hari itu juga mereka bertukar kontak. Terutama membuat grup chat. Isinya hanya mereka bertiga. Reki yang mengusulkan agar mereka bisa saling berdiskusi tentang jadwal kerja di Dope Sketch.
Beberapa hari berikutnya, papan roda keluaran terbaru dan aksesoris diantarkan dengan sebuah mobil boks. Paman Oka sedang pergi, sehingga [Name] sendirian di toko. Namun, ia sudah dipesan sebelumnya cukup membubuhkan tanda terima faktur kredit. Beberapa kardus menumpuk juga terlihat tak nyaman dipandang. Berinisiatif, ia mendekap dua papan roda sambil menggunakan tangga lipat. Hendak memajang papan skate pada depan etalase kaca luar toko.
"Perlu kubantu?"
Jantung [Name] berderu mendengar suara lelaki di belakangnya. Tanpa memperhatikan keseimbangan, ia pun menoleh sembari mendekap papan roda.
"U-uwaaaah!"
Bruuk!
Tak disangka, Langa ikut terjatuh ke belakang. [Name] tidak merasakan nyeri yang berarti, tetapi rasa malunya menjadi-jadi. Sekejap, gadis itu berdiri dan melihat luka gores pada lengan Langa secara jelas.
"Kau baik-baik saja? Se-seharusnya kau menghindar saja saat aku jatuh! Tindakanmu berbahaya," gumam [Name] bersuara pelan, tetapi situasi Dope Sketch sunyi senyap. Langa tetap dapat mendengar perkataannya.
"Kenapa aku harus menghindari orang yang terjatuh?"
Tatapan nanar tersorot pada manik [Name]. "Karena aku ... tidak pantas ditolong. Lenganmu harus diobati. Maaf, aku malah menambah lukamu."
"Reki juga akan marah jika membiarkanmu jatuh begitu saja. Sebagai teman, kita wajar saling menolong."
Entah [Name] harus merasa tenang atau cemas, tetapi ekspresi Langa tetap datar. Tenang. Seakan tiada kejadian berarti. Namun, gadis itu tetap bingung dengan pemuda itu.
Teman. Jalinan sosial terdasar antar manusia.
Sudah lama, seseorang mau memberikan anggapan status itu kepadanya.
"Sepertinya kau kesulitan berdiri. Kupanggilkan ambulans dulu," usul Langa mendapati [Name] tidak kunjung berdiri. "Pertolongan pertama itu penting."
"J-Jangaaaaan!" cegat [Name] menghambat Langa mengeluarkan ponsel.
Saat itu juga, pintu toko terbuka dari luar. Reki mendapatinya dan Langa.
"Langa, aku mau servis papan skate-mu lagi nih! L-lah, kalian ngapain?"
"Reki, ambulans." Langa mengisyaratkan jari jempol dan kelingking seperti gagang telepon.
"Aku baik-baik saja!!!" seru [Name] memberi tanda silang dengan kedua lengan.
"Haaah?"
🛹🛹🛹
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro