⇲ : : File 000
Pagi telah tiba, langit biru masih setia terpampang dengan bercorakkan gumpalan awan putih nan bersih. Bunga-bunga bermekaran menyambut kedatangan musim semi yang dinanti. Sementara burung-burung berkicau memainkan melodi hangat di pagi hari.
Seorang gadis belia terlihat melangkahkan kakinya dengan penuh semangat menuju sekolah. Surai (h/c)nya menari anggun lantaran angin musim semi yang menerpa. Seragam sekolah yang membaluti tubuh mungilnya memberikan kesan bahwa ia masih merupakan seorang siswi sekolah menengah pertama.
Tak membutuhkan waktu lama, kaki jenjangnya kini telah memasuki area sekolah yang sudah nampak ramai dengan para siswa yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
"Ah, ohayou!" sapanya riang kepada setiap siswa ataupun siswi yang berpapasan dengannya seraya melanjutkan langkahnya menuju kelas yang ia tempati dengan santai.
Tanpa tahu bahwa ada sepasang mata yang mengawasi dirinya dengan tatapan jengkel dari jauh.
Sampai di kelas, dirinya buru-buru duduk di bangku dan meletakkan tas yang sedari tadi ia jinjing di sana. Meregangkan tubuh sejenak, kini pandangannya beralih ke arah luar jendela yang berada di sampingnya. Netranya menatap ke arah gerbang, tempat di mana para siswa yang baru saja datang ke sekolah menampakkan sosoknya.
"(Name)."
Tersentak, kepala ia tolehkan ke samping. Dahinya mengernyit bingung begitu figur seorang pemuda bersurai arang memasuki area penglihatannya.
"Ada apa, Yamada-kun?" tanyanya, berusaha senormal mungkin walaupun ia tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa beberapa pertanyaan menguasai kepalanya saat ini.
Wajar saja, bagaimana tidak bingung apabila seorang Yamada Saburo yang sangat jarang berinteraksi dengannya tiba-tiba memanggilnya dengan nama kecilnya seolah-olah mereka berdua merupakan teman yang sangat dekat?
"Bisakah kau memberikan nomor teleponmu kepadaku?"
Kernyitan di dahi (Name) semakin dalam, "Tunggu, nomor telepon?" Saburo mengangguk sebagai jawaban.
"Kenapa kau tiba-tiba meminta nomor teleponku?"
"Kau tidak ingat? Kita berada dalam satu kelompok untuk tugas sejarah yang diberikan kemarin, jadi aku meminta nomor teleponmu agar aku bisa lebih mudah menghubungimu," jawab pemuda bernetra zamrud serta sapphire itu dengan nada datar yang selalu ia gunakan.
(Name) mengerjapkan matanya beberapa kali, memori demi memori yang menunjukkan bahwa dirinya sedang berada di kondisi setengah tertidur ketika jam pelajaran sejarah kemarin tengah berlangsung terputar kembali dikepalanya. Membuatnya mengerti kenapa ia tidak mengetahui sama sekali tentang tugas sejarah yang barusan dibicarakan oleh Saburo.
"Kenapa reaksimu begitu? Memangnya tidak boleh?" tanya Saburo dengan nada yang sedikit jengkel.
"Ah, tidak, tidak! Bukan begitu! Aku hanya baru mengetahui hal ini karena ketika jam pelajaran sejarah kemarin berlangsung, aku sedang mengantuk," jawabnya cepat karena merasa tidak enak, "Ini nomor ponselku, aku bisa dihubungi kapan saja, kok!" lanjutnya seraya menuliskan nomor teleponnya pada selembar kertas yang kemudian ia serahkan kepada pemuda bermata hetero itu.
"Terima kasih," ujar Saburo sambil berbalik menuju bangku yang ditempatinya dengan segera lantaran sadar bahwa wali kelas mereka telah datang, menandakan bahwa pelajaran akan segera dimulai.
"Sama-sama," jawab sang gadis sembari membetulkan tempat duduknya kemudian bersiap untuk mengikuti pelajaran seperti biasa.
(Surname) (Name), seorang gadis berumur 14 tahun yang--dahulu--kehidupannya sama seperti gadis belia pada umumnya.
=======
[TBC]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro