- D E S I D E R I U M -
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
ᴀɴ ᴀʀᴅᴇɴᴛ ᴅᴇꜱɪʀᴇ ᴏʀ ʟᴏɴɢɪɴɢ ᴀ ꜰᴇᴇʟɪɴɢ ᴏꜰ ɢʀɪᴇꜰ ꜰᴏʀ ꜱᴏᴍᴇᴛʜɪɴɢ ʟᴏꜱᴛ
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
ᵀᵂ // ˢᵖᵒⁱˡᵉʳ
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
□•□•□
█▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀█
D E S I D E R I U M
█▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄█
□•□•□
"Hei, sebelumnya bolehkah aku pergi ke pantai?"
"Silahkan, aku tak akan melarangmu."
──────────────────────
Kedua kaki penuh luka itu melangkah, membiarkan pasir pantai membawa semua lara. Suara ombak yang menabrak batu karang, bagaikan buaian musik yang indah di telinga. Netra yang tak terdapat lagi binar, memandang lurus ke arah sang surya di ufuk barat. Sementara angannya berkelana menuju ke memori yang amerta tersimpan.
Perlahan-lahan, suara tawa riang memenuhi isi kepalanya. Diiringi dengan pemandangan adiwarna yang mulai tergambar kala menutup kelopak mata. Ia menarik kedua sudut bibirnya, membentuk sebuah kurva manis yang entah kapan terakhir kali dilukiskannya.
Air mata mulai menggenang di pelupuk mata, lantas mengalir bagaikan sungai kecil yang murni akan kesedihan. Tangan sontak mengusapnya dengan kasar, tak ingin menunjukkan sisi lemah pada sang surya.
Ia meringis. Acap kali diri mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, walau mengetahui bahwa kenyataan tak pernah akan berpihak pada asanya.
Sanubari kecilnya sering berharap, bahwa semuanya akan kembali seperti sedia kala. Walaupun sudah jelas itu merupakan hal yang lengkara. Walaupun sudah jelas itu hanyalah khayalan semata.
Ia rindu. Ia rindu akan teman-temannya. Rindu akan canda dan tawa yang tercipta kala mereka bersama. Akan menjadi dusta jikalau dirinya mengatakan bahwa kini ia tak merasa senang. Hanya tinggal menghitung menit, ia dapat kembali bertemu dengan teman-temannya.
"Itadori-kun, sudah waktunya."
──────────────────────
Pemuda itu masih menutup kelopak kedua matanya, kala suara langkah kaki yang ditunggunya mulai mendekat perlahan. Dalam sekejap mata, bilah pedang sudah berada di dekat lehernya. Membuatnya sedikit bergidik sebab aura yang tak nyaman dirasa.
"Ada kalimat terakhir?"
Senyum tipis ia sunggingkan. Sementara isi kepala dipenuhi bayangan menyenangkan yang diharapkan. Ia menarik napas perlahan, lantas lirih berkata, "Aku senang ... bisa bergabung dengan semuanya sebentar lagi."
Kala itu juga, sebuah jiwa yang sudah terlalu lama ditekan telah terbebas dari segala belenggu lara. Bergabung dengan semua temannya, untuk menemani sang rembulan menyinari jumantara malam.
-fin-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro