ꫀׁׅܻ℘hׁׅ֮ꫀׁׅܻꭈׁׅꫀׁׅܻ ꩇׁׅ݊ɑׁׅ֮ᥣׁׅ֪
❝ Janji yang kita ucapkan waktu itu...
.
.
.
.
✧ ┅┅┅┅┅┅┅┅┅┅┅┅┅┅
Suara lenguhan kecil terdengar dari satu insan yang masih bergelut dengan selimutnya. Tak lupa ia meregangkan tangan dan kakinya untuk sekadar melemaskan otot-ototnya yang sedikit kaku. Lantas dengan kelopak mata yang terbuka separuh akibat kesadarannya belum kembali seutuhnya, sosok manusia itu mengubah posisinya menjadi duduk.
Ia menguap lebar sehingga air tercipta secara otomatis dan bersarang di sudut matanya. Surai jeruknya nampak berantakan karena mencuat kemana-mana. Dengan langkah yang masih linglung pemuda ini berjalan keluar dari kamarnya, mencari seorang pendamping hidupnya yang sudah saling berikrar janji dengannya.
Ia mengusap kedua matanya secara bergantian untuk membersihkan kotoran mata yang bersarang di sana. Pandangan ia fokuskan setelah 100% kesadarannya terkumpul dan hal yang pertama kali didapatinya adalah aroma masakan yang begitu sedap asalnya dari arah dapur. Secara otomatis pun bibirnya tertarik sempurna ke atas, menampilkan senyum lebar pertamanya di pagi hari yang indah. Buru-buru ia melangkahkan kaki dengan antusias menuju arah datangnya bau sedap ini.
Dan benar saja, seorang gadis tengah berkutat dengan peralatan dapurnya. Jari-jemarinya dengan lihai memotong aneka bahan masakan hingga saking fokusnya ia tidak sadar sang suami berada satu ruangan dengannya. Dengan celemek yang menyelimuti bajunya supaya tidak kotor, gadis cantik ini bersenandung kecil disela aktivitasnya.
Sang suami melangkahkan kaki dengan hati-hati agar dirinya tidak menimbulkan suara sedikitpun. Setelah jarak diantara keduanya menyempit, dengan cengiran lebar lelaki ini melingkarkan kedua tangannya pada pinggang sang istri. "Ohayou, manisku!" sapanya.
Sedikit terkejut dengan sesuatu hangat yang tiba-tiba terasa di punggungnya, gadis ini sedikit menolehkan kepala. Ternyata sang suami tengah memeluknya dari belakang, meskipun ia hanya bisa melihat surai jeruknya saja. "Ohayou, Mitsuki!" balasnya tersenyum manis.
Isumi Mitsuki, tidak lain dan tidak bukan adalah member IDOLiSH7. Setelah berkarir selama lima tahun, akhirnya ia menemukan pasangan hidupnya. Seperti film-film atau kejadian nyata yang romantis, keduanya saling mencintai dan akhirnya menikah. Terasa begitu simpel tetapi juga begitu sulit di satu sisi.
Kini lelaki energik ini telah menikah dan tinggal pada satu atap yang sama dengan istri tercintanya. Memilih meninggalkan dorm dan singgah di rumah barunya bersama sang istri sungguh pilihan yang cukup sulit. Karena dirinya harus tinggal terpisah dari adik dan teman-teman yang sangat disayanginya. Tapi ya sudahlah, ia lebih mengutamakan pendamping hidupnya saat ini.
Kembali pada cerita.
Mitsuki menyadarkan dagunya pada bahu sang gadis dengan posisinya yang masih memeluk sedari tadi entah kapan berniat melepaskannya. "Istriku rajin banget bangun pagi lalu masak," pujinya.
Kekehan kecil diberikan untuk menanggapi pujian yang diberikan. "Hehe... Tapi ya, aku tidak bisa mengalahkan masakan dari koki Mitsu," tuturnya.
"Tidak! Masakan (Name) sangat enak! Aku menyukai semua masakan itu!" seru si surai jeruk melepaskan lingkaran tangannya pada pinggang gadis itu, membiarkan sang istri kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.
Senyuman cantik nan manis sukses tercipta di wajah sang gadis, disertai dengan semburat merah tipis pada kedua pipinya sehingga menambah kesan imut miliknya. "Arigatou Mitsuki-san," ujarnya.
"Kok memanggilku dengan sebutan formal sih? Kita kan sudah menikah dan jadi pasangan suami istri!" tegasnya berkacak pinggang layaknya ibu-ibu.
"Hmm... Mitsuki, begitu?" tanyanya malu-malu kucing begitu menyebut nama suaminya tanpa suffix --san.
"Hey, kenapa jadi malu-malu gitu sih~" Karena merasa gemas melihat wajah gadis itu, Mitsuki akhirnya mencubit kedua pipi itu.
Akibat pipinya yang dicubit, pelafalan kata yang diucapkannya menjadi tidak jelas. "A-awh i-itwaii!"
'Ugh-- keimutan apa ini?! Mirip sama Riku,' batinnya berusaha menahan jeritan akibat tertusuk damage keimutan dari makhluk yang dicintainya.
"..."
Oke... Mitsuki kalah telak melawan keimutan dari istrinya. Ia berganti memegangi bagian dadanya dan dapat dirasakan detak jantungnya yang berdegup dengan kencang. 'Aku bisa jantungan jika disuguhi yang begini setiap harinya!!'
"Eh?! Mitsuki kenapa?!" pekik (Name) khawatir ketika melihat sang suami memegangi dadanya sampai-sampai membungkuk.
"A-aku baik kok," balasnya tergagap. Sebuah tarikan nafas diambilnya dalam-dalam lantas dihembuskan keluar.
Setidaknya Izumi Mitsuki harus menyiapkan mental batin untuk menjaga diri dari serangan keimutan dari istrinya dan begitulah pagi hari yang indah ini berjalan dengan kekalahan telak dari Izumi Mitsuki melawan keimutan dari istrinya sendiri.
.
.
.
.
.
┌───────── · · · · ♡
ꫀׁׅܻ℘hׁׅ֮ꫀׁׅܻꭈׁׅꫀׁׅܻ ꩇׁׅ݊ɑׁׅ֮ᥣׁׅ֪
━━━━━━━━━┛
.
.
.
.
.
Rumah yang awalnya diisi suasana fuwa-fuwa oleh pasutri tersebut mendadak diramaikan berkat kehadiran dua member IDOLiSH7 yang merupakan rekan sub-unit dari Mitsuki. Bertamu di pagi hari dengan membawakan beberapa hadiah untuk temannya yang sudah ber-istri.
Sebenarnya Mitsuki merasa sedikit kesal karena waktu berduaannya diganggu oleh kehadiran dua manusia tak diundang ini. Tapi mau bagaimana lagi, (Name) mengizinkannya bertamu. Mau tidak mau ia pun menjamu tamunya dengan terpaksa.
Si ossan tua leader IDOLiSH7 yang memiliki surai hijau lumut itu memberikan sebuah paper bag berisikan sesuatu kepada (Name). "Ini untuk (Name)-chan~," ujarnya mengedipkan sebelah matanya dengan tampang sok tampan di hadapan gadis itu.
"Arigatou Nikaido-san," balasnya memperlihatkan senyum ramah di wajahnya.
"Sama-sama. Kalau ada masalah kau bisa mengandalkan onii-san--" Perkataan dari leader Ainana terputus ketika dengan sempurna ia menerima jitakan pada kepalanya yang tentu berasal dari seseorang yang sedari tadi berusaha menahan amarahnya.
"Jangan sok genit di depan istri orang!" tegasnya seperti anak kucing yang memasang posisi siaga ketika merasa bahaya mendekat.
"Itte! Tidak perlu menjitakku juga kan!" balasnya mengusap-ngusap bagian kepalanya yang habis dijitak oleh membernya satu ini.
Sementara si bule tampan dengan surai pirang yang menjadi ciri khasnya ini tau-tau sudah meraih tangan (Name) dan berniat mengecupnya, katanya itu salam yang biasa dilakukan di negaranya. "Hello my lady~," sapanya memberikan kedipan yang dapat melelehkan hati para gadis.
"Oi Nagi!!" Mitsuki menjadi geram dengan perlakuan dua temannya terhadap istrinya. Entahlah, ia hanya merasa tidak suka jika ada lelaki yang menyentuh apalagi mendekati gadisnya. Alhasil ia pun melayangkan jitakan yang sama pada kepala si bule maniak Cocona itu. "Jangan dekat-dekat, Izumi (Name) itu punyaku!" tegasnya nembawa (Name) mundur lalu memeluknya dari depan sembari menolehkan kepalanya memperingatkan dua orang yang genit itu. Tanpa tau jika gadis yang dipeluknya tersipu akibat perkataan itu. "Dari pada menggoda istri orang mending kalian cari pacar sana!" celetuknya.
Raut wajah Nagi menunjukkan ekspresi murung. "Banyak lady yang suka sama watashi tapi watashi sendiri tidak tertarik desu," balasnya lesu.
"Onii-san juga ga tau mau nikah sama siapa," lanjut Yamato ikutan lesu. Meratapi nasib malangnya yang masih saja jomblo sampai detik ini. Mau deketin managernya pun sulit karena ada ayahnya.
"Yaudah mengjomblo aja seumur hidup sampai jadi kakek-kakek," celetuk si surai jeruk meledek dua orang yang sok ngenes itu.
"Mitsu/Mitsuki jahattt!!!" balas dua orang itu yang kini terlihat melas.
(Name) yang sudah terlepas dari pelukan si surai jeruk pun menimpali, "Jangan khawatir karena suatu saat nanti pasti akan bertemu orang yang kalian cintai"
"Awhh~ (Name)-chan memang yang terbaik desu," ujar Nagi mengusap sebelah matanya supaya terlihat melas di mata gadis itu.
"Jangan dilihat lama-lama!" sungutnya. Si surai jeruk yang lebih tinggi 3 centi darinya kini menghalangi indra penglihatan (Name) dengan menggunakan telapak tangan untuk menutupi kedua mata milik gadis itu.
Jujur saja Mitsuki cemburu ketika istrinya menatap orang lain padahal cuman sebentar atau tidak sengaja melihat. Ia tidak ingin istrinya itu terpincut pesona lelaki buaya lain. Oleh sebab itu akan menjaganya. Bisa dibilang Mitsuki itu pawangnya (Name).
Meskipun (Name) sendiri mengungkap jika dirinya jatuh cinta pandangan pertama pada Mitsuki, namun tetap saja... Lelaki itu merasa tidak tenang. Melihat lelaki-lelaki genit yang menempeli istrinya bagaikan benalu sungguh membuatnya menjadi naik darah. Bisa-bisa mereka mencuri hati istrinya secara diam-diam.
Tapi Mitsuki percaya pada pendamping hidupnya yang mengatakan jika ia tidak akan pernah menghianati dan meninggalkan dirinya. Mereka pasti akan selalu bersama bahkan menua bersama. Juga melihat pertumbuhan anak dan cucu mereka nantinya.
Hanya saja... Ada sesuatu yang membuatnya tidak tenang. Mitsuki sendiri tidak tau apa yang membuatnya begitu khawatir. Entahlah... Ia berusaha untuk berpikiran positif di setiap dirinya merasa cemas. Sudahlah... Itu hanya kekhawatiran tak berdasar, begitulah benaknya.
▃▃▃▃▃▃▃
✧ ▬▭▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬▭▬ ✧
▃▃▃▃▃▃▃
Kebiruan itu membentang luas di cakrawala yang dihiasi oleh gumpalan-gumpalan kapas putih yang begitu indah. Kapas-kapas ini saling berjejeran dan ada juga yang bertumpukan, menemani langit biru agar tidak kesepian. Jangan lupakan cahaya sang mentari yang menyinari dan memberikan kehangatan pada seluruh makhluk hidup di bumi. Semilir angin pun juga berhembus dengan lembut, menyapa permukaan kulit dengan ramah. Terasa begitu hangat dan menenangkan.
Jalanan-jalanan kini dihiasi oleh warna pink yang cantik. Warna pink yang berasal dari kelopak sakura yang berguguran dari induknya. Dilihat sekilas saja sudah jelas jika sekarang sedang musim semi. Musim di mana pohon sakura mendominasi isi kota dan membuatnya nampak cantik. Kelopak-kelopak sakura mulai bermekaran, menunjukkan kecantikannya. Pemandangan indah yang disediakan secara gratis oleh alam. Kita harus berterima kasih pada Kami-sama yang telah menciptakan seluruh keindahan tersebut.
Di bawah naungan kelopak sakura, gadis dengan surai (h/c) ini sedang berdiri tepat di bawah pohon sakura yang besar. Ia berteduh di bawah sana sembari menunggu kedatangan seseorang. Sesekali ia melirik jam pada ponsel digitalnya, tak sabar menunggu sosok yang begitu spesial baginya.
Ditemani oleh hembusan angin yang menerbangkan bunga sakura, gadis ini menolehkan kepalanya. Angin yang berhembus ini juga menerbangkan surainya, membuat rambut panjangnya mengayun mengikuti arah angin berhembus. Meskipun begitu, iris miliknya mampu menangkap visual lelaki yang berjalan mendekatinya dengan sedikit berlari.
"(Name)!" sapa lelaki itu sesaat sebelum sampai di hadapannya. Ia mengenakan masker dan topi sebagai penyamaran. Iya menyamar. Jika tidak, bisa saja ia sudah menjadi mangsa para fans dan dikejar-kejar. Jadi idol itu ada enak dan gak enaknya.
"Kon'nichiwa Mitsuki-san," balas (Name) dengan ramah. Membiarkan lelaki itu mengatur pernafasannya yang sedikit terengah akibat berlari.
"Maaf ya, aku sedikit terlambat," ucap lelaki bersurai jeruk itu merasa bersalah karena tidak hadir tepat waktu dan membiarkan gadis itu menunggu sendirian di tempat ini.
(Name) menggeleng kecil, lantas sedikit menundukkan kelapanya. Kedua alisnya sedikit tertekuk ke bawah bersamaan dengan ekspresi sendu yang tersirat di wajah cantiknya. "Mitsuki-san kan sibuk, tapi masih tetap menyediakan waktu untukku. Aku jadi merasa bersalah," ungkapnya. Sejujurnya (Name) mengerti jika pekerjaan seorang idol tidaklah mudah. Jadwal mereka saja pasti sangat padat.
"Tidak!" sahut si surai jeruk ini menyangkal ucapan (Name) lantas membungkus kedua telapak tangan yang lebih kecil dibandingkan miliknya. Bibirnya melengkung sempurna menciptakan senyum lebar di sana. "Itu karena aku ingin bersama kekasihku lebih lama," ujarnya.
Mendengar ungkapan dari Mitsuki membuat jantungnya menjadi tidak aman. Iya tidak aman. Habisnya itu berdetak kencang. Bagaimana jika Mitsuki bisa mendengar suara detakan itu saking kerasnya?! (Name) merasa malu sekali mungkin tepatnya gugup? Itu terlihat dari semburat merah tipis yang terlukis di kedua pipi putihnya.
Lelaki ini terkekeh kecil dengan satu telapak tangannya yang terulur menuju salah satu pipi gadis itu dan menangkupnya. Bahkan jari jempolnya mengusap lembut bagian pipinya yang memerah secara alami. "(Name) sungguh imut saat tersipu. Hehehe~"
*blush
Bagus. Izumi Mitsuki berhasil membuat wajah (Full Name) menjadi memerah semerah rambut center Idolish7. Tapi itu terlihat sangat manis di matanya. Surai (h/c) yang beterbangan seiras dengan arah lain, ditemani oleh kelopak sakura sebagai background. Wajahnya begitu cantik dengan warna irisnya yang indah, hidungnya yang mancung, bentuk bibirnya yang bagus, serta semburat merah tipis yang terlukiskan di pipinya.
Setelah membuat anak orang merona dirinya sendiri malah ikut tersipu. Saat menyadari tindakannya yang tanpa izin menyentuh gadis itu seenaknya, Mitsuki menjadi malu, gugup, dan semacamnya. Pokoknya tidak karuan bahkan author tidak sanggup menuangkannya dalam bentuk kalimat.
"Ma-maaf," ucapnya menyingkirkan tangannya dari wajah (Name) lantas refleks menundukkan kepala merasa bersalah. Tapi... Tapi ia cukup senang. Meskipun rasanya begitu mendebarkan, ini pertama kalinya Mitsuki menyentuh gadis itu. Padahal keduanya sudah menjadi sepasang kekasih cukup lama.
Dengan gagap gadis itu membalas, "A-aku tidak ke-keberatan" Wajahnya sungguh semerah tomat tapi jujur saja ia merasa sentuhan kecil itu tidak buruk. Ia malah merasa nyaman, merasakan kehangatan orang lain. Begitu menenangkan dan mendebarkan. Meskipun itu hanya perlakuan sepele. "Mitsuki-san bo-boleh me-melalukannya lagi..."
Sontak kepalanya kembali terangkat, menatap lekat pada sang gadis yang kini juga sedang menatapnya dengan malu-malu. Ah... Keduanya berkontak mata. Mitsuki cukup senang dengan perkataan (Name). Itu artinya (Name) telah memberikan izin bukan? Yah... Mereka kan sepasang kekasih, seharusnya wajar jika saling menyentuh.
"Kalau begitu..." Mitsuki menjeda kalimatnya, ia masih menatap (Name) yang memiringkan kepala penasaran dengan perkataannya yang belum selesai. Bibirnya ia rapatkan tidak berniat untuk berucap saat ini dan memilih melancarkan tindakannya.
Mitsuki menarik gadis itu menuju dekapannya. Kedua lengannya melingkari punggung (Name) dan memeluknya dengan lembut. Kepalanya juga disandarkan pada pucuk kepala sang kekasih. Dari situ ia dapat mencium aroma khas milik gadisnya. "Jika keberatan kau bisa mendorongku menjauh," ucapnya berbisik lembut di dekat telinga (Name).
Bisikan itu sungguh begitu lembut dan (Name) sendiri tidak ada niatan untuk mendorong lelakinya menjauh. Justru pelukan hangat ini terasa begitu nyaman dan membuatnya terlena. Oh! Jangan lupakan daun telinga (Name) yang menjadi memerah berkat nafas Mitsuki yang terasa hangat saat membisikinya tadi. "Aku kan memberimu izin," balasnya. Perlahan ia membalas pelukan kekasihnya. Kepalanya ia duselkan pada dada bidang milik lelaki itu.
Memang suasananya begitu mendebarkan. Tapi tolong jangan lupakan jika mereka masih berada di tempat umum. Bermesraan di bawah pohon sakura memang begitu uwah sampai-sampai tidak mempedulikan keberadaan makhluk hidup lain. Seakan dunia hanya milik berdua.
Ketika menyadari fakta tersebut, keduanya pun sontak melepaskan pelukan masing-masing sembari berusaha menyembunyikan semburat merah yang terlukis di kedua pipi mereka.
"(Full Name)-san!" panggil lelaki itu. Sorot matanya menampilkan keseriusan seakan ingin mengatakan sesuatu yang penting.
Tentunya melihat ekspresi serius dari sang kekasih membuatnya sedikit tegang. Padahal tadi suasananya tidak begitu. "Iya?"
Sekali lagi, Mitsuki meraih tangan kecil milik gadis di hadapannya. Menyentuh sedikit bagian jari-jemarinya. Pandangan kedua iris orangenya tidak lepas dari wajah cantik di depannya. Menarik nafas dalam-dalam lantas menghembuskannya, ia akan mengucapkannya dengan sempurna. "Maukah kau menjadi Nyonya Izumi?"
(Name) dibuat sangat terkejut, habisnya tiba-tiba saja dirinya dilamar oleh sang kekasih. Apalagi di bawah naungan pohon sakura serta secara kebetulan angin kembali berhembus dan menerbangkan kelopak-kelopak pink itu sehingga menjadikan latar itu sangat pas saat lamaran itu diucapkan. Maksutnya sangat cocok hingga mampu membuatnya seakan sedang berada di alam mimpi.
Terdiam selama beberapa saat, gadis itu masih memproses apa yang baru saja didengarnya. Ia berpikir apakah saat ini dirinya sedang bermimpi atau dia sedang ngehalu? Rasanya otak cerdasnya tidak bisa bekerja dengan benar saat ini. Ngelag dan butuh loading selama sesaat.
"Kau tidak bercanda kan? Ini sungguhan?" tanyanya masih tidak percaya. Apa jangan-jangan dia salah dengar? Apakah lelaki yang merupakan idol terkenal itu benar-benar melamarnya?
Senyuman manis terukir di wajahnya. Senyuman yang berkesan tulus tanpa menyiratkan sedikit pun kebohongan di sana. Tatapan matanya saja terlihat sangat serius. Dengan kata lain Izumi Mitsuki bersungguh-sungguh. "Aku ingin menjadikanmu milikkku selamanya. Apakah (Full Name) keberatan?" tanyanya menunggu jawaban.
Oh Ya Tuhan! Ternyata ini sungguhan. Rasanya jantung (Name) ingin berhenti di tempat saking kagetnya. Barusan (Name) dilamar loh! Iya dilamar! Beneran dilamar! (Name) sungguh senang bukan main dan rasanya bisa saja menggila. Mana mungkin tidak?! Pujaan hatinya tiba-tiba saja melamarnya loh! Author saja tidak yakin bagaimana kondisi jantung mbak (Name) sekarang.... Semoga aman ya...
Sungguh... Jantung (Name) berdetak dengan kencang, meraup banyak oksigen dengan serakah. Ia menutup mulutnya dengan satu tangannya yang bebas juga kedua irisnya nampak membelalak. Seketika dirinya bingung harus mengatakan apa. Otaknya ngeblank dan tubuhnya terasa membeku di tempat.
Tapi ia harus segera memberikan jawaban. Pertama-tama gadis itu menahan diri supaya tidak menggila. Kini ia berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. Menarik nafas dan menghembuskannya. "A-aku tidak keberatan," gumamnya merasa gugup. Apakah suara kecilnya dapat terdengar? Atau dia harus mengucapkannya dengan sedikit lantang? Oh-- kurasa tidak perlu.
Lelaki di hadapannya terlihat terkejut. Padahal ia yang melamar tapi kenapa malah ikut terkejut? Apakah jangan-jangan ia mengira akan ditolak? Astaga. Mana mungkin (Name) menolak. Justru gadis ini sangat-sangat bahagia dan sulit dijelaskan tingkat kebahagiaanya.
Tetapi rasa senangnya tak lagi dapat disembunyikan. Senyuman secerah matahari terukir dengan makna tulus di wajah lelaki tampan nan imut itu. Pandangan kedua maniknya melembut saat menatap sang kekasih yang menerima lamarannya yang mendadak. "Aku sangat senang (Name)... Sungguh sangat senang....," Saking bahagianya Mitsuki sampai menitikkan air matanya. Air mata kebahagiaan yang menetes keluar tanpa persetujuannya.
"Loh? Mitsuki-san kenapa menangis?! Apa seharusnya aku menolak lamarannya?" tanya (Name) panik melihat lawan bicaranya tiba-tiba saja menangis.
"Apa?! Jangan ditolak dong! Nanti aku beneran nangis nih..."
"Tidak kok! Aku tidak menolaknya..."
"Yokatta..."
Wajah cantik itu juga memperlihatkan senyum manis. Belum lagi semburat merah yang sudah terlukis di kedua pipinya menambah kesan imut miliknya. "Terima kasih telah melamarku," ujar (Name).
"Seharusnya aku yang berterima kasih karena (Full Name) mau menerima lamaranku," tuturnya. Lantas sedikit membungkukan tubuhnya untuk dapat mengecup jemari mungil yang berada dalam genggamannya.
"Ah! Aku akan melakukannya lagi dengan benar karena tadi tidak romantis!" sahutnya tersadar akan cara melamarnya yang terkesan biasa saja baginya. "Loh?! Aku belum bawa cincinnya!" ungkapnya entah kenapa merasa kecewa atas dirinya sendiri.
Terkekeh kecil, gadis ini merasa lucu melihat sang kekasih terlihat murung layaknya anak anjing. "Tidak apa! Segini saja aku sudah suka kok," responnya.
"Hmm..." Ia berdehem Lantas tanpa perlu pikir lagi ia menekuk lututnya membuat posisinya menjadi berlutut. Perlahan ia meraih tangan kanan milik gadis di hadapannya. Wajahnya nampak serius ketika menatap lekat gadis cantik di sana. Sebuah kalimat pun lolos dari bibirnya, "Apa (Full Name) bersedia menjalani hari-hari yang indah bersamaku hingga tua?"
Manik (e/c) miliknya berkaca-kaca. Sepertinya ini kedua kalinya ia dilamar tidak sampai lima menit oleh orang yang sama dengan alasan cara melamarnya tidak romantis. (Name) kembali dibuat senam jantung oleh lelaki ini. "Baiklah. Aku bersedia," jawabnya tersenyum bahagia.
"Berjanjilah untuk selalu berada di sisiku selamanya," pinta Mitsuki menatap lurus pada iris milik gadis itu.
Anggukan tegas pun diberikan olehnya. "Aku berjanji"
▃▃▃▃▃▃▃
✧ ▬▭▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬▭▬ ✧
▃▃▃▃▃▃▃
Begitulah akhirnya hingga keduanya berakhir menjadi suami-istri dan menjalani kehidupan baru bersama. Mengukir banyak kenangan indah dalam hidupnya. Saling menghabiskan waktu dengan canda dan tawa. Sungguh harmonis.
Hingga kabar bahagia pun mengguncang mereka. (Name) dikabarkan hamil, yang artinya mereka akan segera memiliki momongan. Perasaan bahagia meliputi rumah itu. Merasa terharu karena sebentar lagi mereka akan menjadi ayah dan ibu.
"Aku tidak sabar menunggu anak kita memanggilku mama," ujar (Name) yang nampak sedang duduk bersandar di sofa, sembari memegang bagian perutnya yang tampak menonjol.
Meskipun terkadang ia merasa nyeri, tapi tetap saja gadis ini selalu bahagia setiap harinya. Tersenyum manis, menunggu bayinya terlahir. Bahkan di setiap malamnya (Name) tidak pernah lupa membacakan buku cerita untuk bayi dalam kandungannya. Sosok (Name) yang sedang mengandung terlihat begitu anggun.
"Aku juga akan dipanggil papa," lanjut sang suami yang duduk tepat di sebelah istrinya. Ia mengusap lembut perut (Name) yang terlihat gendut. Merasakan bayinya yang mungkin saja bergerak jika ia menyentuhnya.
Kini ia beralih mendekatkan kepalanya pada perut sang istri, lantas memberikan kecupan singkat di sana. "Cepatlah keluar nak. Papa dan mama sudah tidak sabar menunggumu," ucapnya tersenyum manis.
Tanpa disadari aliran waktu terus berjalan. Tau-tau kandungan (Name) telah menginjak delapan bulan dan beberapa hari lagi akan memasuki bulan kesembilan. Perutnya semakin membesar dan ia mengangkut beban tambahan di dalamnya. Hari demi hari dijalaninya satu per satu dengan diiringi suasana sukacita, menantikan kelahiran anaknya yang sebentar lagi.
Hingga kesialan pun datang tanpa diundang yang bertamu begitu saja pada Nyonya Izumi. Karena itulah hal buruk ini menimpanya tanpa disengaja.
(Name) mengalami pendarahan, akibat tidak sengaja terpeleset dan terjatuh cukup keras. Rasa sakit segera menghampirinya bersamaan dengan rasa sedih yang ikut hadir. (Name) terisak bukan karena jatuh melainkan khawatir pada kondisi bayi dalam kandungannya. Takut bila sesuatu akan menimpa bayi kecilnya yang bahkan belum lahir. Bahkan ia sendiri merutuki diri akibat ceroboh di kehamilan tuanya.
Tentu saja (Name) segera dilarikan menuju rumah sakit dan segera dimasukkan dalam ruang UGD. Para perawat dan dokter berjas putih terburu-buru memasuki ruangan dengan membawa banyak alat yang nantinya akan dibutuhkan dalam proses operasi.
Karena kecelakaan itu, (Name) harus dioperasi dan terpaksa melahirkan bayinya lebih awal. Mau bagaimana lagi? Hanya itu salah-satu cara yang tersisa.
Sedih, kecewa, khawatir, takut, dan marah menghujani seorang Izumi Mitsuki yang sedang frustasi kala itu. Hatinya terasa begitu sakit ketika mengetahui jika kejadian itu menimpa istrinya. Kenapa tidak dia saja yang jatuh?! Begitulah penyesalannya.
Setelah menunggu selama beberapa waktu, nampak seorang dokter bersama beberapa perawat keluar dari dalam ruang operasi. Beliau terlihat sendu ketika mendapati sosok Mitsuki di sana. Sungguh, ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankannya. Namun itu mustahil.
Izumi (Name) telah menghembuskan nafas terakhirnya beberapa saat setelah bayinya terlahir dengan selamat.
Mendengar berita itu membuat jantungnya seakan berhenti di tempat. Tubuhnya terjatuh lemas ke lantai dengan raut wajahnya yang nampak sangat pucat. Ia sendiri tidak mampu berucap satu patah kata pun. Hatinya terkoyak, pikirannya kosong, dan rasa hampa pun tercipta.
Terpuruk, frustasi, dan depresi, tidak mampu menjelaskan kondisinya saat ini. Kacau. Izumi Mitsuki menjadi kacau. Bagaimana tidak?! Istri tercintanya dikabarkan tiada hanya karena kecelakaan itu! Andai saja itu tidak terjadi, kemungkinan (Name) masih tertawa bahagia di rumah!
Ia tidak ingin mempercayainya!
Tetapi ketika matanya melihat sendiri keadaan sang istri, ia tidak bisa membatahnya. Tubuh sang istri yang telah terbaring kaku di atas ranjang bahkan tidak terdengar suara nafas darinya. Hanya dingin yang dapat ia rasakan pada kulit yang nampak pucat itu dan juga kelopak matanya menutup dengan sempurna. (Name) tidak akan pernah membukanya kembali.
Bukan mimpi melainkan kenyataan. Kenyataan pahit yang merenggut istrinya hari itu. Padahal mereka berjanji akan selalu bersama hingga tua. Melihat sendiri pertumbuhan anak, cucu mereka. Tapi kenapa?! Kenapa Izumi (Name) meninggalkannya terlebih dahulu?! Kenapa takdirnya berakhir kejam seperti ini?! Bisakah waktu diulang supaya ia bisa mencegah kematian (Name)?!
Tentu saja jawabannya mustahil. Waktu tak kan pernah bisa kembali. Yang telah berlalu tak kan bisa diulang kembali. Hal ini telah tercatat dalam sejarah hidupnya.
Mitsuki ingin menyerah, sungguh.. Ia sangat lelah dengan keadaan yang tidak adil ini. Untuk apa ia bertahan jika pendampimg hidupnya telah pergi? Dia sudah tidak memiliki (Name) disisinya. Hidupnya jadi kosong dan tidak berarti.
Yah... Inginnya begitu sampai sang dokter memperlihat bayi kecil yang tertidur dalam gendongannya. Sesosok bayi prematur berjenis kelamin laki-laki, yang tidak lain tidak bukan adalah anaknya.
"Istrimu menitipkan anak ini padamu dan berpesan agar kalian berdua selalu bahagia," tutur dokter itu menampilkan senyum berkesan sendu ketika melihat penampilan Mitsuki yang begitu kacau.
Dengan surai jeruknya yang mencuat ke mana-mana dan wajahnya yang dipenuhi air mata, Mitsuki menatap bayi dalam gendongan dokter itu. Iris orangenya kembali berkaca-kaca ketika mendapati bayi kecilnya. Butiran bening itu pun masih senantiasa menemaninya. "(Name) selalu tidak sabar untuk menggendong anaknya suatu hari nanti," ujarnya tak kuasa menahan air matanya yang kian bertambah.
Dengan hati-hati bayi kecil yang telah terbalut kain itu berpindah pada gendongan Mitsuki. Oh, bayi ini sungguh mirip dengannya. Senyum kecil pun terukir di wajahnya, masih dengan cairan bening yang menetes keluar.
Kini ia berjalan mendekati ranjang tempat istrinya tertidur untuk selamanya. Meskipun menyakitkan, ia tidak akan menyerah. Ini demi peninggalan satu-satunya dari sang istri. "Oyasuminasai (Name)... Dan terima kasih telah memberikan bayi imut ini kepadaku," ujarnya dengan nada suara yang terdengar bergetar.
Memang menyedihkan. Tapi inilah takdir yang telah menunggunya. Sesakit apapun, ia harus berdiri tegap demi anaknya. Ia tidak ingin lagi kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Ia tidak mau mengalaminya untuk kedua kali. Maka dari itu, ia bersumpah akan menjaga bayi mereka dengan baik dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.
Izumi Mitsuki memang kehilangan istrinya untuk selamanya tetapi bayi imut itu datang dalam kehidupannya.
Setidaknya ia harus merasa bersyukur atas hal itu.
▃▃▃▃▃▃▃
✧ ▬▭▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬▭▬ ✧
▃▃▃▃▃▃▃
"Dan begitulah kisah papa dan mama berakhir," ujar seorang lelaki yang kini telah menginjak umur berkepala tiga. Ia sedang memangkuh anak semata wayangnya yang sedari tadi asik mendengarkan papanya bercerita tentang masa lalu.
(Son name) anak lelaki imut yang lahir dari pasangan Izumi ini baru berumur 5 tahun. Anak itu merupakan duplikat dari Izumi Mitsuki. Terbukti dari warna surai dan irisnya yang serupa dengan milik sang ayah. Bahkan model rambutnya pun mirip. Anak periang yang tumbuh di bawah kasih sayang orang tua tunggal.
"Papa papa!" panggil anak itu mendongakkan kepalanya agar dapat melihat wajah sang ayah yang kini masih memangkuhnya.
Izumi Mitsuki yang sudah menjadi seorang ayah selama lima tahun ini membelai lembut surai jeruk yang serupa dengan kepunyaannya. "Iya?"
"Mama (son name) pasti sangat cantik sehingga dapat menaklukkan hati papa kan!" ujarnya terlihat bersemangat jika sang papa membahas mamanya yang tidak pernah ia lihat sekali pun dalam hidupnya.
Gerakannya untuk membelai surai anak itu terhenti bersamaan dengan ekspresi sendu yang terlukiskan di wajahnya. Ia menatap lembut anaknya yang ikut menyenduh ketika mengetahui papanya merasa sedih. "Uhm... Mamamu sangat cantik dan imut. Mamamu itu dapat membuat papa selalu merasa berdebar setiap saat," balas Mitsuki tersenyum kecil lantas mengecup kening putranya singkat.
"(Son Name) adalah peninggalan berharga dari seorang yang penting bagi papa," ujar Mitsuki kembali membelai surai jeruk milik putra tersayangnya. Lantas ia beralih memeluk tubuh mungil anak itu dengan hati-hati. "Jadi papa akan berjuang demi kebahagiaanmu. (Son name) juga harus selalu bahagia supaya mama yang melihat dari atas tidak ikut bersedih," lanjutnya.
"Uhm! (Son name) akan selalu bahagia supaya mama juga bahagia! Maka dari itu papa juga harus ikut berbahagia bersama (Son name) ya!" balas anak itu mengepalkan tangan ke atas, menampilkan senyum lebar nan imut.
"Yosh! (Son name) anak yang pintar!" puji Mitsuki mengacak surai anaknya gemas.
▃▃▃▃▃▃▃
✧ ▬▭▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬▭▬ ✧
▃▃▃▃▃▃▃
Musim semi untuk kesekian kalinya telah tiba di muka bumi ini. Seisi kota dipenuhi dengan pemandangan cantik bewarna pink. Penampakan alam yang disediakan secara gratis tiap tahunnya selalu nampak begitu indah. Bersamaan dengan semilir angin yang ditemani oleh cahaya hangat dari sang surya.
Pada hari yang indah ini, keluarga Izumi yang beranggotakan ayah dan anak hendak mengunjungi tempat peristirahatan Nyonya Izumi. Tentunya tidak lupa dengan membawa sebuket bunga sebagai hadiah kepada istrinya.
Ayah dan anak yang nampak seiras ini berjalan beriringan dengan bergandengan tangan. Menyusuri area pemakaman untuk mencari batu nisan bertuliskan nama 'Izumi (Name)'.
Hingga akhirnya keduanya sampai pada tempat tujuannya. Sang anak mengubah posisinya menjadi jongkok dan menaruh bunga yang dibawanya di atas gundukan tanah. Meskipun berat rasanya harus melihat sang ibu yang terbaring di dalam tanah. Anak kecil itu berusaha menampilkan senyum terbaiknya. Kedua matanya juga nampak berkaca-kaca ingin menangis. "Mama, (Son name) berkunjung lagi. Mama baik-baik saja kan? Lalu apakah mama bahagia? (Son name) dan papa selalu bahagia loh. Mama juga... Harus bahagia ya..."
Sedikit menekuk lutut agar dapat mengusap kepala putranya. Lelaki yang merupakan kepala keluarga Izumi ini perlahan mendekati batu nisan yang terpasang di sana. Mengusap batu itu dengan lembut lalu menyandarkan kepalanya di sana. "Apa kabar sayang? Suami dan anakmu datang berkunjung. Tanpa disadari 5 tahun telah berlalu semenjak kepergianmu dan (Son name) telah berumur 5 tahun loh... Lalu (Son name) juga sangat imut sepertimu! Bagaimana bisa kamu meninggalkan anak selucu ini sih," celotehnya.
Anak lelaki yang berjongkok di dekat ayahnya pun mulai menitikkan air mata tak kuasa menahan rasa sedihnya yang kian memuncak. Segera (Son name) berpindah pada pelukan ayahnya. "....hiks...Papa...hiks"
Mendekapnya dengan lembut dan hati-hati, Mitsuki mengusap naik turun punggung anaknya sembari menenangkannya sedikit. Ia mengecup pucuk kepala putranya lantas menatap sendu pada batu nisan bertuliskan nama istrinya. "Kami merindukanmu, (Name)"
.
.
.
.
.
Tidaklah abadi...❞
. . . ⇢ ˗ˏˋ [ F i n] ࿐ྂ
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
ꫀׁׅܻ℘hׁׅ֮ꫀׁׅܻꭈׁׅꫀׁׅܻ ꩇׁׅ݊ɑׁׅ֮ᥣׁׅ֪
━ ━ ━ ━ ━ ━
.
.
.
Huwaa~! Kelar juga akhirnya ôヮô
Pegel banget pas ngetik, terus pas dibaca ulang-- "eh nulis apaan aku?"
Alurnya jadi gajelas, blum lagi kosakataku makin kacau aja, dan... Aneh banget. Serius deh... Mau bikin angst tapi jdi nya ga angst. Kek ga kerasa angst nya gitu. Kek ngerasa ketikanku makin hari makin berantakan.
Gatau lagi, dahlah... Cape (≖ ͜ʖ≖)
Yg penting utangku kelar ( ͡° ͜ ͡° )
Xie xie yang udh baca ketikan aneh nan gaje ini (人◕ω◕)
Arigatoww
-- dan
Babai~! (。•̀ᴗ-)✧
15 Juli 2022
4560 words
- Monica / Evellia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro