Twins Moment ❤
.
.
.
Treasure In My Life
By: Monica
.
.
.
Happy Reading🌟
"Aku... Tidak sadarkan diri?... Selama 3 hari?" Beo Tenn yang raut wajahnya nampak linglung dengan nada bertanya.
Mengabaikan sesaat si surai merah yang memeluknya sembari menangis, Tenn memutar ingatannya untuk memproses maksut perkataan adiknya.
"Tapi aku hanya tidur sebentar..." Gumam Tenn.
"Sebentar apanya?! Dan Tenn-nii tidak tidur, melainkan tidak sadarkan diri!" Seru Riku disela isaknya saat mendengar gumaman Tenn yang masih tidak percaya.
Tenn sedikit tersentak kala mendengar penuturan adiknya. Ia sendiri sama sekali tidak sadar jika dirinya tidak bangun selama 3 hari, bahkan Tenn tidak merasakan apapun.
Tidak- mengabaikan hal itu sebentar, Tenn lebih berfokus pada adiknya yang masih menangis. Ia sama sekali tidak ingin adik tercintanya sampai menitikkan air mata.
Dasar brocon- / mematung karena abis dilirik tajam dengan aura seram ama si setan julid .g
Membalas pelukan sang adik, Tenn menggunakan satu tangannya yang bebas untuk membelai surai merah Riku yang berantakan.
"Maaf membuatmu khawatir Riku" Kata Tenn masih dengan aktivitasnya yang sama "Jangan menangis ya" Ujarnya dengan mada selembut mungkin.
Dengan berkata selembut mungkin Tenn mengira adiknya akan sedikit tenang dan berhenti menangis- namun sebaliknya...
"Huwaaaa!" Tangis Riku semakin menjadi-jadi, layaknya anak kecil yang habis dimarahi.
Dih... Dasar Ten'shi bukannya dihibur adeknya malah dibuat makin mewek huh-
/ Tenn ngebawa sapu /
Gawat- .../ run
"E-eh?! Riku?! Ah mou... Kenapa kau menangis seperti anak kecil begitu sih?" Ucap Tenn menggelengkan kepala kecil melihat adiknya yang cengeng.
Riku memukul-mukul pelan dada Tenn menggunakan satu tangan yang dikepalkan, "Riku takut karna Tenn-nii tidak mau bangun saat Riku bangunin" Katanya bercerita apa yang terjadi.
"Benarkah itu?" Tanya Tenn.
Perlahan Riku melepaskan pelukannya dari sang kakak, lantas ia menatap Tenn dengan wajah yang berkaca-kaca "Kupanggil berkali-kali bahkan sampai berteriak pun, Tenn-nii tidak bangun. Tenn-nii terlihat tenang..."
"Dan itu membuatku takut..sangat takut..." Lanjut Riku mendudukan diri di tepi ranjang sesaat setelah Tenn mengintruksikannya untuk duduk bersebelahan.
"Tapi ternyata Tenn-nii tidak sadarkan diri. Tenn-nii tidak tidur melainkan pingsan!" Tegas Riku dengan berurai air mata, dirinya tidak bisa membendung air yang langsung menetes keluar dari matanya.
...
Melalui penjelasan Riku, Tenn bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Ia tidak sadar jika terlalu lama berada di ruangan gelap itu hingga 3 hari pun berlalu. Tenn sendiri tidak menduga jika dirinya pingsan di saat tidur.
Tenn menyandarkan kepalanya pada bahu adiknya "Riku, maaf membuatmu menangis"
"Tapi... Di saat aku tidak sadarkan diri, selama itu aku berada di ruangan yang gelap lalu... Aku berada di tempat-tempat yang terdapat kenangan kita. Aku seperti sedang mengenang masa lalu, seperti kilas balik" Jelas Tenn menceritakan apa yang dialaminya saat tidak sadarkan diri. Meski terkesan khayalan namun itu adalah fakta.
"... Jangan-jangan Tenn-nii terlalu asik di sana hingga tidak mengingat waktu... Padahal aku ada di sini tapi Tenn-nii malah asik di dunia sana mengenang masa lalu" Tebak Riku.
Tenn hanya tertawa kecil, karena memang benar itulah yang terjadi "haha...gomene Riku"
Riku mempoutkan bibir "Huhmp! Tenn-nii gak sayang Riku ya"
"Apa?!" Tenn tersentak mendengar penuturan Riku yang seenaknya "Justru Tenn-nii mu ini sangat sayang pada Riku loh!" Seru Tenn menentang perkataan Riku.
"..."
Riku menjadi terdiam setelah mendengar pernyataan dari kakaknya. Bibirnya terlengkuk sempurna ke atas "Ehe~"
"Dasar Riku, bikin Tenn-nii kaget saja" Omel Tenn. Sementara Riku hanya cekekehan senang.
"Riku, aku lelah... Biarkan aku tidur sebentar" Pinta Tenn menguap kecil.
"...Hanya tidur kan?" Tanya Riku memastikan, karena ia tak ingin kejadian yang sama berulang.
"Hm. Aku hanya akan tidur....sebentar saja" Jawab Tenn sembari mengucek matanya yang terasa gatal.
"...Baiklah... Tapi! Jika Tenn-nii tidak bangun, Riku akan marah!" Ancamnya.
"Ha'i ha'i"
...
Tidak bersuara sedikitpun Riku tetap berada di posisi yang sama supaya sang kakak tidak terganggu. Membiarkan Tenn tidur dengan tenang dengan bersandar pada bahunya. Padahal Tenn telah tertidur selama 3 hari, namun wajah yang nampak kelelahan itu terukir jelas.
Hal yang lagi-lagi membuat Riku merasa cemas. Hal yang membuat opininya menjadi semakin terbukti.
~~
Atas persetujuan dari dokter Tenn pun sudah diizinkan untuk keluar dari rumah sakit. Pemeriksaan secara menyeluruh telah dilakukan atas paksaan Riku, dan untung saja hasilnya tidak buruk. Tenn tidak menderita penyakit apapun, dirinya yang tidak sadarkan diri selama 3 hari diduga karena Tenn terlalu kelelahan dalam bekerja hingga tubuhnya tertidur kurang lebih selama 3 hari itu.
Dan penjelasan itu tentu membuat Riku merasa lega, setidaknya hatinya bisa kembali tenang dan tidak khawatir. Mungkin saja yang terjadi pada Tenn akhir-akhir ini itu hanya sekadar keapesan saja.
Riku semakin menjadi bingung dengan situasi saat ini.
Mana yang benar? Itulah yang dipikirkan olehnya. Apakah selama ini opininya tercipta karena kekhawatiran yang berlebihan? Ataukah opininya tersebut benar?
Namun jika begitu... Kenapa kakaknya baik-baik saja? Apa benar ini hanya kebetulan saja?
Apa nyawa nya saat ini diberikan secara gratis?
Atau memiliki bayaran?
...
Kedua lelaki yang berbeda surai itu tengah berlarian kecil ke sebuah tempat yang dipenuhi oleh warna pink. Tepatnya si surai merah menarik lengan sang kakak supaya mengikuti arah yang ditujunya dan ia membawa kakaknya menuju tempat yang terdapat pohon sakura.
"Riku jangan berlari... Nanti asmamu kambuh" Tegur Tenn namun hanya dianggap angin lalu oleh Riku.
Hingga manik amaranth pink milik Tenn mendapati warna pink dari bunga Sakura yang berguguran jatuh. Tepat di sana Riku memberhentikan langkah. Telapak tangannya yang bebas diulurkan menghadap atas untuk mengkap kelopak sakura yang akan jatuh.
Tenn terpengarah menatapi keindahan bunga sakura yang berguguran ke bawah dan terbawa oleh angin.
"Aku dulu sering ke sini sewaktu pulang dari sekolah" Ucap Riku menghadap Tenn sembari memperlihatkan kelopak sakura yang berada di tangan kanannya.
"Aku berada di sini setiap sakura telah bermekaran" Kata Riku, memiringkan tangannya membuat kelopak sakura itu jatuh ke bawah.
Genggaman tangan Riku pada tangan Tenn mengerat "Dulu aku selalu berpikir untuk mengajak Tenn-nii ke sini"
Tenn memperlihatkan senyum indah di wajahnya dengan memberikan tatapan lembut "Ini sangat indah Riku"
(Sc: Pinterest)
Manik Riku menyipit dengan menyiratkan senyum manisnya di wajah "Aku senang Tenn-nii menyukainya dan aku senang karena berhasil membawa Tenn-nii ke sini, hehe"
*Tes
"...Are?" Sesaat setelah menutup kalimatnya, setetes air mata lolos keluar dari sebelah maniknya. Bulir air itu mengalir dengan rapi dari sudut mata hingga melewati pipinya dan jatuh ke bawah. Selanjutnya, bulir-bulir air mata menyusul sebulir air yang telah jatuh barusan, hingga wajah Riku terhiasi oleh air mata.
'Are? Kenapa aku menangis? Padahal saat ini aku merasa senang?... Aku senang, tapi mengapa hatiku terasa sakit?' batin Riku menaruh tangan di dada.
'Tempat ini.... Ah begitu ya?... Biasanya aku pergi ke sini sendirian, namun sekarang aku mengajak Tenn-nii'
"Aku kesepian ya... Karena kakak tidak bersamaku waktu itu" Gumam Riku menundukkan kepala.
"!"
Ia merasa terkejut kala sang kakak tiba-tiba menariknya ke dalam dekapan yang penuh dengan kehangatan. Tenn memeluk Riku dengan erat, seperti dia tidak ingin membiarkannya menjauh "Maaf ya, karena kakak membiarkanmu sendiri terlalu lama"
Suara Tenn memasuki indra pendengar Riku dengan lembut, air mata itu terus menetes keluar secara bergilir. Riku menyembunyikan wajahnya pada bahu Tenn, "Hiks...kakak pulang terlalu lama...hiks...Riku takut sendirian"
Tanpa sadar bulir air itu menetes keluar dari salah satu mata Tenn. Ia menduselkan kepalanya pada tengkuk adiknya, untuk mencium aroma khas milik Riku yang dirindukannya. "Jangan menangis Riku, Tenn-nii janji tidak akan pergi lama seperti dulu lagi" Katanya dengan suara bergetar.
Tenn menyiratkan senyum kecil sembari mengusap kepala adiknya dengan lembut untuk menenangkan Riku yang terisak dalam dekapannya.
Angin yang berhembus menerbangkan kelopak demi kelopak bunga Sakura yang berguguran dari induknya. Kelopak yang tertiup angin itu melewati saudara kembar yang saling berpelukan di sana. Angin yang terasa hangat itu membuat mereka merasa nyaman.
Hingga mereka tidak menyadari bahwa...
Masalah akan bermunculan...
??: "Hei, bukankah itu?!"
??: "Hm? Ah itu Kujo Tenn kan!"
??: "Iya, tapi yang kumaksut orang yang dipeluknya"
??: "Siapa- Rambut merah itu, mungkinkah?!"
??: "Tapi 'dia' kan kabarnya sudah meninggal..."
??: "Aku tau itu... Tapi orang itu!"
??: "Iya benar! Jelas dia adalah Nanase Riku!"
??: "Kita harus mengabadikan ini!"
.
.
-To be continued-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro