Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Treasure In My Life

.
.
.

Treasure In My Life
By : MonMonicaF

.
.
.
Happy Reading🌟

Memainkan beberapa helai surai merah miliknya, pemuda itu tersenyum lesu dengan menaruh telapak tangan pada jidatnya sendiri, lantas berucap, "Aku berhasil berpamitan dengan Idolis6.. Tapi aku bahkan belum berani bilang ke Tenn-nii jika aku akan pergi..."

"..."

"Ahhhhhh ini gawatttt!" frustasinya sembari mengacak kasar surai merahnya. Lalu ia beralih memegang dagunya dan berjalan mondar-mandir layaknya orang yang sedang memikirkan sesuatu. 'Bagaimana caraku mengatakannya?'

"Aku tidak sanggup untuk melakukannya...," monolognya menghentikan langkah kakinya yang tidak bisa diam untuk berjalan kesana-kemari. Ia pun menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Tapi harus kulakukan"

Menarik nafas panjang lalu menghembuskannya, ia melakukan itu untuk menenangkan suasana hati dan pikirannya saat ini. Setelah dirasa sudah cukup lebih tenang, lelaki itu kembali ke kamar karena takut jika kakaknya terbangun dan tidak menemukannya di sana, bisa saja dia kena amukan besar. Berjalan perlahan tanpa menimbulkan suara, Riku mendekati arah kasur di sana. Ia sedikit membungkukan tubuh untuk mengamati kakaknya yang sedang tertidur dengan rapi di atas kasur.

"Jujur saja Tenn-nii yang keras kepala seperti ini membuatku kesulitan untuk mengatakan keputusanku... Apalagi berpamitan... akan sangat sulit," gumamnya memandang sendu pada sosok kakak yang disayanginya.

Terdiam selama beberapa saat, dengan hati-hati Riku menaiki kasur dan memasuki selimut. Lantas seperti biasa ia menduselkan posisi tidurnya pada sang kakak, tanpa menimbulkan pergerakan secara berlebihan. "Ehng... dingin..." gumamnya bersembunyi dalam selimut.

"–!" Riku sedikit membelalak terkejut ketika secara tiba-tiba tangan Tenn melingkar pada tubuhnya, mendekapnya untuk melindungi dari serangan hawa dingin di malam hari.

Ia sedikit mendongak, melirikkan mata pada kakaknya yang ternyata masih memejamkan mata. Mungkin Tenn tanpa sadar mendekapnya secara tiba-tiba. 'Kupikir Tenn-nii terbangun...'

Tersenyum manis menikmati kehangatan dekapan kakaknya, Riku sedikit mengangkat kepalanya untuk bisa mengecup dahi kakaknya. Setelah kecupan diberikan, ia berkata, "Oyasuminasai Tenn-nii"

Setelah melakukan itu, tak perlu waktu lama setelah ia memejamkan matanya, kesadarannya berpindah menuju alam mimpi. Dengan posisi yang masih berada dalam dekapan sang kakak.

Kelopak itu terbuka separuh menampilkan iris amaranth pink yang begitu elegan. Tangan digunakannya untuk mendekap lebih erat sosok sang adik di dalamnya.

"Jika itu keputusanmu, maka aku akan menghargainya...

Aku akan menunggumu untuk mengatakan keputusanmu itu langsung padaku"

.
.

Berjalan riang dengan wajah bangun tidurnya, Riku menghampiri sang kakak yang berada di area pantry. Hidungnya mengendus bau harum di sana yang otomatis membuat senyumnya langsung terlihat.

Berjalan sedikit lunglai Riku mendekati kakaknya, refleks membuat Tenn melirikkan mata menyadari kehadiran sang adik di sana. Sudah seperti rutinitas tiap harinya, Riku melingkarkan kedua tangan pada tubuh kakaknya. "Ohayou, Tenn-nii!" sapanya tersenyum manis.

Mendengus kecil, Tenn menaruh satu tangannya pada punggung sang adik juga termasuk membalas pelukan adiknya. "Huh...  Jika orang lain melihat, pasti mereka akan menyebut kita aneh" ujarnya mengusap pipi adiknya dengan sebelah tangan yang bebas.

"Eh? Apa aneh jika saudara kembar saling berpelukan seperti ini?" tanya Riku.

"Haha... Tidak kok... Justru ini adalah ungkapan rasa sayang kan," balasnya tertawa kecil di awal.

Masih dalam posisi seperti itu, Tenn beralih menempelkan dahinya pada dahi sang adik. Tangannya masih menempel di pipi Riku dan tangan satunya berada dilingkarkan pada punggung adiknya. "Aku ingin memanjakanmu sambil menyiapkan kesiapanku untuk melepaskannya"

"Hm? Eh?" Riku–

*Hug

"Tapi aku masih tidak menyangka jika adik kembarku telah tumbuh secepat ini. Bahkan kembaranku kini telah bisa berpikiran dewasa," ucapnya memeluk sang adik.

"Hehehe... Tentu saja karena Riku tidak selamanya jadi anak kecil kan," balas Riku terkekeh kecil.

"Kau benar" Tenn—

~~

"Trigger benar-benar telah berkembang pesat," ujar seorang pemuda yang kini menjadi pengganti center di Idolish7— mungkin seharusnya disebut Idolish6.

"Ya," balasnya singkat.

"Kami tertinggal jauh dari kalian... Ini sedikit mengesalkan. Padahal aku berekspetasi tinggi," ungkapnya.

"Kenapa kau malah curhat padaku Izumi Iori?" balasnya berwajah datar.

"Seperti biasa Kujo Tenn yang dingin, cuek dan bermulut tajam. Malaikan modern yang menyembunyikan sisi aslinya dibalik senyum manis," sindirnya.

"Lalu kena—" pertanyaan yang akan diajukan oleh center Trigger terputus ketika ia sontak menahan tubuh sang adik yang hampir saja oleng ke depan. "Riku" ia sedikit terkejut, untung saja dia refleks melakukan tindakan sebelum adiknya terjatuh ke depan.

"..." Sementara si surai merah tidak dalam kesadaran yang utuh. Kelopak matanya menyipit dan terpejam. Sepertinya ia mengantuk dan sudah tidak sanggup mempertahankan seluruh kesadarannya.

Mendengus kecil, sang kakak menyandarkan kepala adiknya pada bahunya. Lantas ia melirikkan manik amaranth pinknya kepada lawan bicaranya di depan. "Langsung ke intinya. Apa yang ingin kau katakan Izumi Iori?" tanya Tenn tidak ingin berbasa-basi lagi.

Iori memberikan tatapan serius pada Tenn sang lawan bicaranya. "Jadi apa yang akan kau lakukan Kujo-san?" tanya pemuda bersurai raven itu dengan mentautkan jari-jemarinya sendiri layaknya orang sedang berdoa.

"Apakah mengenai Riku?" Tenn—

"Iya. Kami berusaha menghargai apa yang diinginkan oleh Nanase-san. Kuharap Kujo-san tidak egois dan bisa menghargai juga," jawabnya.

"Jangan menasehatiku!" balasnya sedikit kesal karena jika dilihat dari perkataan itu, sepertinya Iori berpikir jika Tenn tidak mau merelakan center Idolish7 yang telah tiada itu. Tetapi padahal pemikiran Iori salah besar.

"Aku menunggunya," ujar Tenn. Satu tangannya mengelus kepala Riku dengan lembut, dan ia kembali berkata, "Menunggu dia memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkannya langsung kepadaku"

"..."

"Lalu bagaimana denganmu? Aku yakin Riku sudah berpamitan pada kalian," tanyanya menatap Iori penuh keseriusan.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Dan sudah kuduga Kujo-san mengetahui segala sesuatu yg dilakukan Nanase-san, seperti stalker saja," jawabnya sekalian mengomentari.

"Terserah aku mau melakukan apa," balasnya dengan nada dingin.

"Aku tau kau sangat menyayanginya," gumam Iori sekilas menyiratkan senyum kecil di wajahnya.

"Hm," Si manik amaranth pink hanya berdehem dengan pandangan matanya yang melihat ke arah lain, dia mendengar samar-samar gumaman itu.

"Jawaban atas pertanyaan Kujo-san tadi..." Iori menjeda kalimatnya membuat sang lawan bicara memfokuskan pandangan padanya. "Aku— Kami akan merelakannya"

"IDOLiSH7 memang sudah bubar sejak setahun lalu kan. Lihat saja media yang kembali seperti sebelumnya, para penggemar yang kembali bersedih, seperti sihir... semuanya kembali sendiri pada alur aslinya," ucapnya menopang kepalanya sendiri dengan sikutnya yang bertumpu di atas paha kakinya.

"Kalian berhenti—" ucapan Tenn terputus ketika Iori menyelanya begitu saja. "Nanase Riku memang telah tiada. Tetapi impiannya— impian IDOLiSH7 tidak akan berakhir sampai di sini. Kami akan terus maju ke depan meskipun tidak dengan anggota yang lengkap! Kami tidak akan berbalik dan berhenti dengan menjadikan kematian Nanase-san sebagai alasan! Karena dia akan sedih jika melihat kami menyerah karenanya. Meskipun hanya berenam... meskipun rasanya begitu menyakitkan... apapun yang terjadi, kami bersumpah tidak akan berpisah! IDOLiSH7 akan dikenang dalam sejarah!" katanya hingga tanpa sadar ia meluapkan seluruh perasaan dalam kata-katanya.

"Bagus" Tenn–

Iori yang tersadar dirinya terbawa suasana, dengan segera berusaha mengontrol emosinya yang berantakan. Dia hanya mendengar samar-samar satu kata yang diucapkan oleh center Trigger. "Ha'i?"

"Itu bagus. Jangan biarkan impian IDOLiSH7 berhenti di tengah jalan. Ganbatte IDOLiSH7," responnya dengan memperlihatkan senyum di wajahnya juga tatapan matanya yang nampak tulus.  Ini sangat jarang bahkan tidak pernah dilakukan bagi seorang 'Kujo Tenn' berucap dan berekspresi seperti ini.

"Ha— hah? Ku-Kujo-san?!!" pekiknya sontak berdiri dari duduk saking terkejutnya ketika melijat Kujo Tenn yang seperti itu. Entah kenapa ia malah merasa merinding...

Sadar akan perilakunya yang terlihat sedikit lembut, ia membuang mukanya ke samping, menyembunyikan semburat merah yang timbul karena ia menunjukkan kepekaannya pada grup idol saingannya.

"Ganbarimasu! Kami akan terus melangkah ke depan dan mengejar kalian!" ucapnya mengepalkan tangan nampak penuh semangat.

"Liat saja nanti. Maju dan tantanglah kami!" balasnya dengan sorot mata yang terlihat penuh keyakinan.

"Jangan menangis jika Trigger nanti kalah dari IDOLiSH6" Iori–

"Trigger akan menang!' Tenn–

Setelah bercakapan selama beberapa menit, si tamu berpamitan untuk kembali ke asramanya. Pembicaraan yang cukup memakan emosi? Yah... tentu si center Trigger itu tetap terlihat santai dan berwajah dingin seperti biasanya. Mungkin dia sedikit tidak sabar untuk melawan Idolish6?

"Kau tidak jadi mengantuk karena mendengar Izumi Iori yang dipenuhi tekad kan," ujarnya melirik melalui pucuk matanya pada sang adik yang terlihat sedang membersihkan bulir-bulir air yang tanpa disadari telah berjatuhan dari pelupuk mata hingga membasahi kedua pipinya dan senyum bermaknah tulus tercipta di wajahnya. Senyum yang nampak indah dan manis.

"Haha... aku masih ingin tidur," balasnya tertawa kecil.

Dengan senyum yang masih terukir di wajahnya, Riku mendekatkan kepalanya dengan mengusap-ngusap hidung mancungnya ke surai baby pink milik kakaknya.

"Riku! Kau ngapain?!" tanya Tenn sedikit terkejut karena sang adik dengan tiba-tiba bersikap seperti itu.

"Rambut Tenn-nii lembut dan harum. Hehe," ujarnya terkekeh kecil.

Kecupan singkat mendarat pada pipi putihnya. Si pelaku yang melakukan itu tersenyum manis dan berkata, "Arigatou Tenn-nii"

"..."

Si surai merah membiarkan kakaknya mematung di tempat karena ulahnya. Dirinya malah masuk ke kamar dan keluar dengan membawa selimut dari dalam. Mengucek matanya sendiri, tanpa izin Riku membaringkan tubuh di sofa dengan menjadikan paha kaki Tenn sebagai bantalan. Tak lupa ia menutupi tubuh dengan selimut yang dibawanya barusan.  "Sekarang aku mau tidur..."

"Riku! Hah... Dasar...," helaan nafas dan gerutuan keluar dari mulutnya. Tapi dia tidak melarang sang adik untuk melakukan apa yang diinginkan.

"Tehehe~"

"Terserah kau saja," ucap Tenn sembari menepuk-nepuk pelan punggung adiknya sama seperti waktu kecil di mana ia melakukan hal serupa untuk menidurkan Riku.

....

Tertawa pelan si surai baby pink itu mengusap kepala adiknya dengan penuh kasih sayang. Setidaknya ia masih memiliki waktu untuk bisa memanjakan harta kesayangannya. Ia lantas tertawa kecil. "Haha.. cara ini masih bekerja"

Menyipitkan matanya, Tenn mendekatkan bibirnya pada daun telinga milik Riku. Lantas ia berkata, "Oyasuminasai"

'Treasure In My Life'

.
.
.

- To be continued -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro