Request ☘
.
.
.
Treasure In My Life
By: Monica F
.
.
.
Happy Reading
"Permasalahannya sekarang adalah... Kenapa aku yang sudah mati bisa hidup kembali"
"Jika kau sudah mengetahuinya apakah yang akan kau lakukan?"
"...entahlah..."
.
.
Author Pov
Setelah merasa lebih lega dan tenang, keduanya saling bertatapan satu sama lain. Masih tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Ini sungguh mendadak, tidak terduga dan tentunya ini mustahil untuk terjadi.
"Sebenarnya... Kau ini siapa?" Tanya Tenn pada Riku, meski dari wajahnya Tenn tidak terlihat waspada. Karena pada dasarnya ia sudah tau, tetapi ia merasa ragu dengan apa yang ada di hadapannya.
Untuk kedua kalinya Riku melihat telapak tangannya sendiri dan menyentuh tubuhnya "Ini sih jelas tubuhku" gumamnya. "Oh, tahun berapa sekarang?!" Tanya Riku teringat sesuatu.
Tenn mengambil HP yang berada di meja sebelah kasur dan mengeceknya "tahun ****"
"Apa? Jadi aku gak kembali ke masa lalu... Tahunnya masih sama. Terus kenapa aku bisa di sini?" Pikirnya memegang dagu, memasang pose berpikir.
"Mungkinkah kau datang dari masa lalu?" Ungkap Tenn menebak.
"Kurasa tidak... Tenn-nii terlalu banyak melihat film" Balas Riku.
"..."
"Apa hantu ku merasuki tubuhku yang sudah dikuburkan?" Tanya Riku dengan nada polos.
Tenn hanya menepuk jidat mendengar penuturan Riku "Mana mungkin..."
"Lalu apa yang terjadi denganku? Ini memang tubuhku, dan aku tidak datang dari masa lalu. Buktinya sampai tengah malam tadi aku ada di sini kok" Ucap Riku memikirkan alasan kenapa dan bagaimana bisa dia hidup kembali.
Tenn tersentak mendengar kalimat terakhir Riku "Kau bilang ada di sini saat tengah malam?!"
"Uhm? Ya... Tepatnya aku selalu di sini-aku mengikuti Tenn-nii kemana mana" Jawab Riku
"Kenapa?"
"Eh?... Kalau ditanya kenapa.... Etto, karena Tenn-nii...uhm....mengkhawatirkan" Balas Riku tidak berani menatap pada mata Tenn secara langsung, karena ia takut bila Tenn akan marah dan menyebutnya hantu stalker.
Riku memainkan jari jemarinya sembari mengalihkan pandangan ke arah samping "Bukannya aku bermaksut menstalker Tenn-nii atau semacamnya, tapi sungguh karena aku khawatir melihat Tenn-nii"
"Jadi kau selalu mengawasiku selama ini?"
"Ha'i.... Aku gentayangan, mungkin bisa dibilang begitu, tehe~"
"Lalu bagaimana pendapatmu?" Tanya Tenn membuat Riku menaikkan satu alisnya tidak mengerti.
"Maksutku.... Aku terlihat seperti apa? Menyedihkan kan?" Tanya Tenn lagi memperjelas maksut pertanyaannya tadi.
Tidak berniat berbohong Riku pun mengangguk sekali "Gomen, tapi yang Tenn-nii katakan benar. Aku .... Takut jika Tenn-nii malah...etto..."
Melihat adiknya yang nampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya, Tenn sendiri sudah bisa menebak lanjutan kalimat Riku "Bunuh diri kan" Lanjut Tenn.
Mata Riku membelalak seketika "Jangan! Jangan katakan itu! Itu... Jangan!"
Tenn hanya menanggapi dengan tertawa kecil "Haha... Berarti aku ketahuan dong"
"Hm? Ketahuan apa?" Tanya Riku.
Tenn menundukkan kepala membuat wajahnya tertutupi oleh surai poninya "Jika selama ini aku hanya berakting, membiarkan diriku dibenci olehmu"
Riku terdiam beberapa saat, memahami maksut perkataan Tenn "Yokatta..." Ucapnya.
"?"
Tenn mengangkat kepalanya yang tertunduk dan mendapati pemandangan Riku yang tersenyum kecil padanya "Kukira Tenn-nii membenciku karena aku hanyalah beban" Lanjut Riku menatap Tenn dengan senyuman yang kini melebar dan mata berbinar "Itu berarti Tenn-nii tidak membenciku kan?"
Tenn memangkuk wajah Riku dengan kedua telapak tangan, membuat matanya bertatapan langsung dengan mata adiknya "Salah. Sejak awal aku tidak pernah membencimu bahkan aku tidak pernah memikirkan hal itu. Sejak dulu sampai sekarang aku....." Tenn menjeda perkataannya dan membawa Riku ke dalam pelukannya "Aku menganggapmu sebagai adik kecilku yang berharga"
'Aku menyayangimu' Ucap Tenn dalam hati.
Riku yang berada di pelukan sang kakak hanya menikmati. Riku merasa canggung dan aneh, karena sebelumnya Tenn bersikap dingin setiap bertemu dengannya bahkan mendekatpun terasa seperti enggan. Tetapi kini Tenn sendiri yang berinisiatif memeluk Riku dengan hangat.
"Te-Tenn-nii..."
"Apa kau berpikir aku sedang mempermainkanmu?" Tanya Tenn masih memeluk Riku.
"Apa? Tidak kok... Aku memang merasa aneh dengan Tenn-nii yang tiba tiba bersikap seperti waktu kita kecil padahal sebelumnya Tenn-nii enggan mendekatiku. Rasanya sudah lama dan canggung" Jawab Riku tersenyum lembut menikmati perlakuan Tenn saat ini.
"Tapi sejujurnya aku sempat menduga jika Tenn-nii hanya berakting saja. Karena Tenn-nii seperti ingin membuatku membenci Tenn-nii. Tenn-nii seakan berharap agar aku menjauh dari Tenn-nii" Kata Riku.
"Lalu apakah kau sakit hati? Aku mengatakan banyak hal kejam padamu. Kau tidak marah?" Tanya Tenn.
"Bohong jika kukatakan aku tidak marah. Perkataan Tenn-nii memang membuatku sakit hati. Tapi... Itu kan sudah berlalu" Jawab Riku.
"Apa kau tidak dendam padaku? Apa kau tidak ingin membalas perbuatan kejamku padamu?"
"Bagaimana mungkin aku begitu pada Tenn-nii. Bahkan itu tak pernah terpikirkan olehku sedikitpun. Aku hanya beransumsi jika Tenn-nii seperti itu karena khawatir padaku. Tenn-nii memang mengatakan hal kejam... Tapi entahlah, sedikitpun aku tidak bisa membenci dan menaruh dendam pada Tenn-nii"
"Kau memang anak yang baik ya Riku. Pujian itu sangat pantas ditujukan padamu"
"Aku tidak berharap untuk mendapat pujian seperti itu. Yang kuinginkan hanyalah hubungan kita yang bisa menjadi lebih baik"
"Yang membuat hubungan kita meregang adalah aku sendiri" Ujar Tenn tanpa sadar ia meremas baju Riku dan menggigit ujung bibir bawahnya.
Merasakan bajunya yang diremas oleh Tenn beserta pelukan Tenn yang semakin erat, Riku melepas pelukan sang kakak dan menatap manik Tenn yang nampak berkaca kaca "Bagaimana kalau kita perbaiki?"
"... Maukah kau kembali menjadi kakak kembarku?" Ujar Riku bertanya.
Tenn dapat melihat Riku yang tersenyum lembut kepadanya "... Jika boleh..." Tangan Tenn terlihat gemetar "Ijinkan aku kembali menjadi kakak kembarmu, Nanase Riku"
Bibir Riku tertarik ke atas dan menyiratkan senyum lebar nan tulus di wajahnya "Yosh, itu sudah cukup" Riku meraih tangan Tenn yang gemetar dan menggenggamnya "Okaeri Tenn-nii"
Tenn membalas genggaman tangan Riku "...Tadaima....Riku" Balasnya tanpa sadar air menetes keluar begitu saja dari salah satu maniknya.
Mata Riku terasa memanas dan dia pun ikut menitikkan air mata, namun senyum masih terukir indah di bibirnya "Aku sudah lama menunggu Tenn-nii pulang"
"Uhm. Maaf membuat Riku menunggu lama" Balas Tenn mengusap pucuk kepala Riku dengan satu tangannya yang bebas.
.
.
"Permasalahannya sekarang adalah... Kenapa aku yang sudah mati bisa hidup kembali" Ucap Riku menopang dagu dengan telapak tangan dan sikutnya yang bertumpu di atas meja.
"Jika kau sudah mengetahuinya apakah yang akan kau lakukan?" Tanya Tenn yang sedang sibuk mengutak atik peralatan dapur dengan memakai celemek.
"...entahlah..." Jawab Riku mengedikkan bahu.
"Riku..." Tenn berbalik badan, menatap pada Riku yang sedang duduk di meja makan "Ini memang egois, tapi akankah Riku mau mendengarnya?"
"Iya tentu saja, ada apa Tenn-nii?" Jawab Riku sekaligus bertanya.
"Bolehkah aku..." Tenn menjeda perkataannya dan memalingkan pandangan mata ke arah lain beserta semburat merah yang terlukis di kedua pipinya "Melihatmu dari dekat?"
'Jujur saja aku merasa cemburu, karena tidak bisa melihat perkembangan Riku setelah aku mengikuti Kujo-san'
Riku memiringkan kepala tidak mengerti maksut kakaknya "Bukankah Tenn-nii sudah melihatku dari dekat?" Jawab Riku balik bertanya.
Tenn hanya menghela nafas kecil dan kembali fokus pada aktivitasnya "Tidak, lupakan saja"
"..."
"Tenn-nii" Panggil Riku yang sudah berada di belakang Tenn.
Tenn berjingkat kaget mendengar suara Riku yang tepat pada telinganya dan lagi ia sama sekali tidak menyadari jika Riku mendekat "Jangan mengagetkanku Riku!" Tegur Tenn.
Sementara yang ditegur malah tertawa kecil melihat reaksi Tenn yang terkejut, dan mengambil paksa pisau di tangan Tenn untuk mengambil alih pekerjaan kakaknya "Biar aku saja"
"Tidak, kau itu ceroboh. Nanti jarimu terluka gimana?!" Larang Tenn yang pisau pada tangannya telah berpindah pada Riku.
Mengabaikan larangan Tenn, Riku melanjutkan untuk memotong wortel "Lihatlah! Setidaknya meski tidak bisa memasak aku bisa memotong sayuran dengan benar" Balas Riku mungkin sedikit pamer pada kakaknya.
Tenn menatap sosok adiknya selama beberapa saat dan senyum kecil terlukis di wajahnya 'Adikku sudah benar benar bertumbuh' Menaruh tangan di pucuk kepala Riku, Tenn mengusapnya dengan lembut "Yosh, anak pintar"
Senyuman manis tercipta di wajah Riku, dia sungguh merindukan saat saat Tenn memperlakukannya sebagai adik seperti ini, dan memuji dirinya kala melakukan hal yang bagus.
'Tapi aku tidak boleh terlalu menikmati ini. Karena mungkin.... Aku akan kembali pergi meninggalkan Tenn-nii'
'Aku yang hidup kembali setelah kematianku... Apa itu bisa disebut berkat atau malah sebaliknya...?'
.
.
.
-To be continued-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro