Memory Snippet 🎞
.
.
.
Treasure In My Life
By: MonMonicaF
.
.
.
Sejauh jarak yang dipandangnya, hanya terlihat hamparan hitam yang hampa. Sejauh mata melihat hanya terdapat ruangan serba hitam di manapun. Beberapa meter yang telah ditempuh pun berakhir sia-sia. Karena ruangan serba hitam itu sangat luas dan tidak terjangkau. Ingin keluar namun dia sendiri tidak tau bagaimana caranya. Alasan dia berada di ruangan gelap inipun juga tidak diketahui penyebabnya.
Entah sudah berapa lama dirinya berada di sana, sedikitpun tidak nampak secercah cahaya sekalipun. Yang bisa ia lakukan adalah berusaha sekuat tenaga untuk menemukan jalan keluar.
Hingga...
Secercah- Cahaya yang sangat besar dan menyilaukan datang dengan cepat dan melahapnya begitu saja.
Merasakan cahaya silau itu telah mereda, lelaki itu mencoba membuka matanya sedikit demi sedikit. Berusaha membiasakan rangsangan cahaya yang memasuki indra penglihatannya.
Mengedipkan mata beberapa kali, ia mulai mengamati pemandangan sekitar. Pemandangan yang sangat familiar juga membuatnya merasa nostalgia.
Ia sontak menolehkan kepala dengan membelalakkan mata kala melihat sosok dua anak kecil yang berada di ruangan yang sama dengannya saat ini. Membekap mulut dengan telapak tangan, lelaki itu merasa terkejut saat mendapati sosok dirinya beserta adik kembarnya sewaktu kecil. Pemandangan itu membangkitkan ingatan dan kenangannya di masa lalu. Masa-masa indah, dimana dirinya masih bersama adik tercintanya.
(Tenn: Bold)
*uhuk uhuk
"Riku baik-baik saja? Apa terasa begitu sakit?" Tanya anak lelaki dengan surai merah muda dan manik bewarna amaranth pink.
Dengan nafas yang tersengal anak lelaki lain dengan surai dan manik bewarna merah menjawab "Ri-Riku tidak sa-sakit"
*uhuk uhuk
Dengan wajah yang jelas nampak khawatir, anak kecil itu menghela nafas kecil "Riku, minum obat dulu yuk" Ucap sang kakak mengambil obat dari laci meja belajar.
"Gamau! Obatnya pahit Tenn-nii, Riku tidak suka..." Balas sang adik dengan nada merengek.
'Haha... Riku selalu seperti itu saat disuruh minum obat'
Duduk bersebelahan dengan adiknya, bocah lelaki itu membelai surai merah sang adik "Tidak boleh begitu dong. Riku katanya akan nurut sama Tenn-nii kan. Nah, sekarang Riku harus minum obat dulu. Supaya tidak sakit dan kita bisa bermain di luar besok ^^"
Mempoutkan bibir, anak kecil dengan manik crimson itu perlahan mengangguk kecil "...baiklah"
'.... Namun sayangnya meski aku bilang seperti itu, pada akhirnya aku tidak bisa menepatinya'
Tersenyum lega karena adiknya tidak begitu membatahnya hari ini, sang kakak mengusap pucuk kepala adiknya "Yosh, Riku pintar!"
'Ah benar!-Riku sangat menyukai belaian dariku. Riku sangat senang bila mendapat pujian'
Sesuai dengan suruhan sang kakak, adiknya pun meminum obat itu meski tidak suka karena rasanya yang pahit. Dia lebih memilih meminum obat pahit supaya dapat bermain dengan kakaknya di luar. Dirinya sendiri sudah bosan selalu berada di dalam rumah.
Namun tak lama nampak bocah lelaki dengan piyama bewarna merah senada dengan surainya itu mendadak memeluk tubuhnya sendiri karena merasakan angin dingin menusuk kulitnya. Nafasnya yang sesak masih belum kembali normal, disertai suara batuk yang sudah terdengar berulang kali.
Bukannya merasa risih mendengar suara batuk, sang kakak justru merasa sangat khawatir dengan kondisi adiknya yang disetiap malamnya selalu kambuh.
Mendudukkan diri di atas permukaan kasur dengan meluruskan kedua kaki, lelaki dengan surai merah muda itu mengintruksi adiknya untuk berbaring dengan menjadikan perutnya sebagai bantalan lantas ia menyelimuti tubuh sang adik menggunakan selimut.
"Tenn-nii maaf Riku merepotkan" Ucapnya dengan lirih.
Menggelengkan kepala sekali, anak kecil itu membalas "Riku tidak merepotkan!"
Tangan putih itu dilingkarkan pada tubuh mungil sang adik sembari bersenandung kecil sebagai pengantar tidur.
Manik amaranth pink itu memandangi wajah sang adik yang telah tertidur dengan mudahnya. Menampilkan senyum kecil namun berkesan tulus sembari menatapi wajah imut si surai merah saat sedang tidur.
"Selamat tidur Riku"
Lelaki yang sudah menginjak umur 19 tahun itu tersenyum manis melihat kenangannya sewaktu masih kecil. Ia seperti ingin waktu berhenti berjalan, sehingga dirinya bisa sepuasnya berada di sisi adiknya dan menjaganya.
...
Lelaki dengan nama Nanase Tenn itu berpindah tempat. Kini ia berada di kawasan rumah sakit dan sedang mengikuti sosok dirinya sewaktu SD sedang berlarian kecil menuju suatu kamar inap di sana.
Membuka pintu kamar inap lalu kembali menutupnya, anak kecil yang mengemban peran sebagai kakak itu menghampiri ranjang tempat adiknya duduk.
Sang adik menampilkan senyum lebar kala melihat kakaknya yang sudah pulang sekolah. Jujur saja ia merasa kesepian di saat sang kakak sedamg bersekolah. Namun ia tidak boleh egois, meski sepi ia berusaha menghabiskan waktu dengan melalukan aktivitas lain di atas ranjang seperti membaca buku dan semacamnya.
"Tadaima Riku" Ujar sang kakak menduselkan hidungnya pada wajah sang adik lantas mengecup pipi adik kembarnya itu.
"Okaeri- ahahaha itu geli Tenn-nii" Sambut sang adik yang tersela akibat ulah sang kakak yang menduselkan hidungnya.
'Senyum yang sangat kusukai itu... Senyuman yang memberikanku kehangatan dan kenyamanan'
'Riku selalu tersenyum lebar saat menyambut kepulanganku'
Mendudukkan diri di tepi ranjang sebelah adiknya, sang kakak melihat apa yang sedang dibaca adiknya "Buku apa yang sedang Riku baca?"
"Ah ini! Buku yang dipinjamkan Tenn-nii, hehe" Balas sang adik tersenyum ria.
.
.
Tenn kembali berpindah tempat. Kini ia tengah berada di dapur dalam rumah orangtuanya. Dapur yang nampak kotor karena dipenuhi bercak cokelat berceceran di meja serta celemek yang dipakai dua bocah itu
'Ah ini kan! Waktu hari ibu... Saat itu kami berencana membuat coklat, Tapi malah...'
Dengan celemek bahkan bajunya yang terkena coklat beserta pipi putihnya yang juga ternoda, bocah dengan surai merah muda itu sedang mengocok adonan coklat dengan menggunakan spatula. Menolehkan kepala kepada adiknya membuatnya tanpa sadar memiringkan wadah adonan coklat, "Nee Riku, rasanya sudah enak kan?"
Penampilan sang adik tak jauh beda dengan kakaknya, dirinya juga belepotan dengan coklat dimana-mana. "Hmm..." Ia memasukkan jari telunjuk yang terkena coklat ke dalam mulut, sembari merasakan rasanya.
"Ini enak Tenn-ni-" Berniat menjawab pertanyaan sang kakak, namun sayang perkataannya terputus saat ia menyadari sesuatu "Waaahhhhh!!! Tenn-nii coklatnya tumpah ke lantai!" Pekiknya
Melihat ke arah adonan coklat, sang kakak sontak mendelikkan mata "Aahhhh!!! Aduhhh gimana ini?!!! Nanti Kaa-san pasti marah besar..."
'haha... Kan benar... Saat itu aku benar-benar ceroboh'
Setelah itu ia kembali berpindah tempat. Terus dan terus berpindah entah sudah berapa kali.
'Sungguh ini membuatku merindukan kenangan di masa lalu. Kenanganku bersama dengan Riku'
'Kenangan manis yang kami jalani bersama. Bahkan kenangan pahit yang diciptakan olehku sendiri... Di hari saat aku meninggalkan Riku begitu saja
Hatiku terasa hancur kala itu. Namun aku tetap meninggalkan Riku. Membiarkannya menangis keras bahkan tersiksa oleh dingin nya angin malam'
'Aku... Merasa menyesal meninggalkan Riku waktu itu'
'Andai saja aku tidak pergi...
Mungkin hubunganku dengan Riku tidak akan merenggang. Aku bisa tetap bersama Riku untuk mengawasi perkembangannya setiap hari. Aku bisa bertumbuh besar bersamanya dan kami menghabiskan waktu bersama sebagai kakak dan adik'
'Aku... Merasa ingin kembali... Ke saat dimana aku bisa menjaga Riku dan memanjakannya sebagai adik'
Tenn kembali ke tempat semula yakni ruangan gelap yang tanpa ujung. Ia duduk dengan memeluk kedua kakinya sendiri 'Rasanya aku sudah lama berada di tempat ini. Apa Riku di luar sana sudah bangun?'
'Bagaimana caraku keluar dari sini?'
'Memang terasa nyaman bila berada di sini. Aku merasa tenang, tetapi..'
'Aku sendirian'
'Aku ingin keluar dan menemui Riku'
~~
'Are?... Aku seperti mendengar suara...' Ucapnya dalam batin sembari celingukan ke sembarang arah untuk mencari sumber suara berasal.
Ia seperti mendengar samar-samar namanya yang dipanggil dan itu terasa familiar- sangat familiar!
"T*nn-*ii!"
'...Dari arah mana? Siapa itu.. Ah suara itu pasti-'
"TENN-NII!"
'Suara Riku! Dimana?! Aku ingin keluar secepatnya!' Teriak Tenn sekeras-kerasnya dalam ruangan serba hitam itu.
Dan tak lama... Kilauan cahaya kembali datang membuat ia terpaksa memejamkan mata karena merasa silau.
~🌟~
Kelopak mata yang menutupi manik amaranth pink itu terbuka seketika dan pemandangan yang pertama memasuki indra penglihatannya adalah langit-langit kamar yang bewarna putih. Ia juga dapat mencium bau obat-obatan yang memasuki indra penciumannya.
"Ini..... Rumah..sakit?"
Tenn menolehkan kepala pada si surai merah yang berdiri di dekat ranjangnya berbaring "Ri..ku.." Panggilnya berusaha memproses apa yang terjadi sembari mendudukkan tubuhnya.
Penampilan Riku nampak berantakan. Dengan rambut yang mencuat kemana-mana dan baju yang terlihat kusut, "Riku kau kenapa?" Tanya Tenn memandangi adiknya dari atas kepala hingga ujung kaki.
Namun yang ditanya tidak memberikan jawaban dan malah langsung memeluk tubuh kakaknya begitu saja.
"Riku ada apa? Kenapa?" Tanya Tenn kembali.
Membasahi baju rumah sakit yang dikenakan kakaknya, Riku menangis keras sembari memeluk erat Tenn.
"Tenn-nii tidak sadarkan diri selama 3 hari tau!"
.
.
.
-To be continued-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro