Initial step 🥀
Takamasa mengabaikan hal lain dan terus melantur sepuasnya dengan membayangkan imajinasinya sendiri. "Tenn kau adalah anak berbakat di abad ini, kau pasti bisa memenuhi ekspetasiku!" ujar Takamasa nampak penuh semangat.
Namun lain halnya dengan Riku yang merasa tidak nyaman dengan perkataan Takamasa yang menginginkan Tenn kembali padanya.
"Aku akan memfasilitasi segala kegiatanmu. Lalu aku akan menjadikanmu bintang paling terang di jagat raya!" lanjutnya mengepalkan tangan kanannya dan mengangkatnya lurus ke atas dengan mata yang nampak berbinar.
Tangan yang awalnya terkepal ke atas kini diturunkan sehingga tertuju pada hadapan Tenn. "Tenn ikutlah denganku"
.
.
.
Treasure In My Life
By: MonMonicaF
.
.
.
Happy Reading 🌟
Tanpa disadari perkataan yang dilontarkan oleh pria paruh baya itu mengingatkannya pada peristiwa yang paling menyedihkan baginya. Sama seperti hari itu... Hari di mana klub kecil milik orang tuanya ditutup juga di malam saat saudara kembarnya dibawa pergi oleh orang yang sama. Awal di mana kesehariannya menjadi suram dan kesepian.
Sedikit menundukkan kepala karena teringat akan kenangan yang pahit, Riku menggigit ujung bibir bawahnya sendiri. Tangannya berniat memegang tangan kakak kembarnya sama seperti waktu itu. Dengan tangan satunya yang sudah berada di depan dada dan meremas kuat kain yang menutupinya, Riku menghentikan aksinya untuk memegang tangan itu. Ia terbayangkan kejadian di masa lalu, dan ia takut melakukannya. Tepatnya tidak bisa, karena dirinya mengira jika sang kakak akan pergi mengikuti Kujo Takamasa kembali.
Namun ia dikejutkan dengan tindakan kakak kembarnya yang tiba-tiba meraih telapak tangannya dan memegangnya dengan erat. "Jangan lepaskan tanganku darimu, aku tidak ingin kenangan itu kembali terulang," ujarnya menatap lurus pada Takamasa dengan memegang tangan adiknya.
Si surai merah itu membelalakkan mata mendengar penuturan kakaknya dan yang paling membuat tersentak itu adalah Tenn yang memegang tangannya. Ia lantas membalas pegangan tangan dari sang kakak.
Sekilas Tenn memperlihatkan senyum tulus di wajahnya. "Sumimasen Kujo-san. Aku menolak!" jawab Tenn dengan tegas.
"Kenapa?" tanyanya dengan senyum lebar yang berangsur menghilang.
"Aku bukanlah alat untuk memenuhi keinginanmu Kujo-san" jawab Tenn.
"Oh iya, bukankah hutang atau balas budiku sudah terpenuhi sejak lama? Yah.. aku memang telah ditukar sebagai ganti dari 'uang' tetapi...," Tenn menjeda kalimatnya. Tanpa disadari ia mengeratkan genggaman tangannya. "Aku hanya ingin bersama kembaranku. Mulai sekarang aku akan membuat keputusan berdasarkan kata hatiku!" tegasnya memberi tatapan tajam pada Takamasa.
"Ayo kita pulang Riku," ucap Tenn menggandeng adiknya lantas melangkahkan kaki untuk pergi meninggalkan Takamasa yang masih berdiam diri di sana. Mereka melewati dan pergi dari tempat itu setelah Tenn selesai mengatakan kalimat terakhirnya.
Tenn terus berjalan dengan menggandeng tangan adiknya. Selama perjalanan si surai baby pink sama sekali tidak berucap membuat Riku menjadi khawatir, cemas, dan semacamnya, tepatnya perasaan Riku sama sekali tidak jelas.
"Te-Tenn-nii," panggilnya ragu.
"Ah!" Tersentak dari lamunannya karena Riku memanggil, Tenn melonggarkan pegangan tangannya ketika menyadari genggamannya yang cukup kuat mungkin saja menyakitkan bagi adiknya. "Apakah sakit?" tanyanya.
Si surai merah menggeleng sebagai jawaban. "Tidak. Yang lebih penting, Tenn-nii baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja. Memang kenapa?" jawabnya sekaligus bertanya.
"Habisnya Tenn-nii diam saja sejak tadi. Itu membuatku khawatir," balasnya dengan menundukkan kepala. Kejadian tadi, disaat Takamasa ingin mengambil Tenn kembali, teringat di benaknya beserta kenangan buruk dimasa lalu.
"Aku membuat Riku khawatir ya," ujarnya tersenyum sendu.
"Apa tadi mengingatkanmu tentang apa yang terjadi di masa lalu?" tanya Tenn menebak. Yang ditanyai hanya diam dan tidak bersuara, namun si surai merah terlihat meremas kuat kain ujung bajunya beserta manik crimsonnya yang nampak berkaca-kaca. Melihat itu Tenn sudah bisa memastikan jawaban dari pertanyaannya barusan.
"Ayo kita kembali dulu dan bicarakan ini di apartemen saja. Udara sudah menjadi dingin dan tidak baik untukmu," ucapnya yang hanya mendapat anggukan dari si surai merah.
.
.
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit akhirnya saudara kembar itu sampai di apartemen. Melepas alas kaki yang dipakai dan menggantinya, keduanya melangkahkan kaki masuk ke dalam dan meletakkan barang bawaannya masing-masing. Sang kakak menyuruh adiknya untuk membersihkan diri terlebih dahulu lantas bergantian dengannya.
Setelah keheningan yang tercipta selama beberapa waktu, si surai merah kembali membuka suara. "Tapi syukurlah," gumamnya.
Tenn tau jika adiknya berbicara namun ia tidak mendengarnya karena Riku hanya bergumam. "Apa?"
"..."
Tidak mendapatkan balasan, akhirnya Tenn menyudahi aktivitasnya dan berjalan perlahan menghampiri adiknya yang sedang duduk anteng di sofa. Ia tidak dapat melihat raut wajah adiknya akibat surai poni Riku yang menutupi.
Tenn beralih mendudukan diri di samping adiknya. Sedikit memiringkan kepala untuk mengetahui ekspresi Riku saat ini, terlebih Riku tidak menjawabnya tadi. "Riku?" panggilnya.
Tenn tersentak kala ia dapat melihat senyuman penuh maknah di wajah adiknya. Senyum yang melambangkan rasa terimakasih, senyum tulus yang nampak manis disaat bersamaan beserta mata Riku yang nampak sedikit menyipit juga binar matanya yang melambangkan ketulusan.
Memiringkan posisi duduknya sehingga bisa menghadap kakaknya, Riku tersenyum lebar dengan semburat merah tipis pada kedua pipinya. Mengabaikan Tenn yang terkejut, Riku mengalungkan kedua lengannya menuju tubuh Tenn dan mengecup singkat pipi putih kakaknya.
"Aku benar-benar bersyukur. Tenn-nii tadi berkata, 'Aku hanya ingin bersama kembaranku' dan itu membuatku sangat senang saat mendengarnya! Hehe," ujarnya dengan memperlihatkan senyum lebar di wajahnya.
"Ri-Riku?!" pekiknya terkejut.
Riku menyembunyikan wajahnya pada tengkuk kakaknya, dengan kedua tangan yang memeluk Tenn dan tidak berniat melepaskannya. "Hm?"
Tenn sempat merasakan geli akibat nafas Riku yang menyapa permukaan kulitnya. "Kau tidak marah padaku?" tanyanya.
"Tidak," jawab si surai merah.
"Daripada marah mungkin tadi aku merasa sedih. Aku takut jika Tenn-nii meninggalkanku seperti waktu itu-," ucapnya memelan suara.
Tenn meletakkan kepalanya di atas kepala Riku dengan perlahan. "Begitu ya..."
"Kau pasti berpikir jika aku akan meninggalkanmu dan pergi bersama Kujo-san, itu sebabnya kau tidak berani menggenggam tanganku kan?" tanya Tenn yang raut wajahnya kini nampak menyendu.
"U-uhm," jawabnya berdehum.
"Aku takut jika Tenn-nii akan pergi lagi. Tadi benar-benar mengingatkanku dengan kejadian yang sama di masa lalu. Mungkin itu menjadi trauma bagiku," ujar Riku dengan suara yang bergetar, yang mengenang kejadian pahit sewaktu mereka masih SMP. Kilas balik di mana Tenn mengikuti Kujo Takamasa dan pergi meninggalkannya seorang diri.
'Yah... itu memang menyakitkan baik bagi Riku maupun bagiku,' batin Tenn. Tangannya tertuju pada kepala adiknya dan mengelus surai merah itu. "Keputusan yang berat untuk meninggalkan rumah tetapi aku tidak menyesalinya," gumam Tenn.
"Memang sangat menyakitkan tetapi itu sudah terjadi. Jadi aku tak masalah jika kau membenciku-," ujarnya.
Riku menyela perkataan itu, "Tenn-nii melakukan itu demi kita kan! Bahkan untuk membiayai pengobatanku!" Ia mengangkat kepalanya dan berkontak mata dengan manik amaranth pink milik kakaknya.
Manik crimson itu terlihat berkaca-kaca. "Bukankah begitu, Tenn-nii? Meskipun Tenn-nii tidak pernah bercerita padaku namun aku bisa menduganya"
"Riku... Lantas apa kau menyalahkan penyakitmu ketika mengetahui alasan aku pergi?" tanya Tenn tidak melepaskan pandangan matanya.
"Menurut Tenn-nii?" jawabnya malah balik bertanya.
"Kenapa malah bertanya balik?!" ucap Tenn menghela nafas bersamaan dengan gelengan kepala.
"Hehehe... Kupikir Tenn-nii pasti sudah tau jawabannya kan," balas Riku tertawa kecil.
"Kita sedang serius-seriusnya dan kau malah tertawa hehehe," ucap Tenn menirukan cara Riku tertawa barusan. Ia menyubit sebelah pipi milik adiknya itu, antara kesal dan gemas.
"I-itte! Duh Tenn-nii huhmp!!!!" ringisnya kecil sembari memegangi sebelah pipinya yang habis dicubit oleh kakaknya. Ia mempoutkan bibir karena merasa kesal dengan tindakan kakaknya.
"Akan lebih baik aku mengikuti Kujo-san saja," ucap Tenn sengaja.
"..." Mendengar ucapan Tenn yang memang disengaja oleh si surai baby pink membuat Riku menjadi bungkam. Ia menjadi menundukkan kepala dengan raut wajah yang nampak ingin menangis.
Melihat reaksi Riku yang berubah menjadi sedih membuat Tenn menjadi kelabakan. "A-aku bercanda! Aku hanya bercanda Riku!"
"..."
Tidak mendapat respon semakin membuatnya merasa khawatir dan bersalah. "Ri-Riku? Aku sungguh hanya bercanda!"
Helaan nafas terdengar dari si surai merah. "Hah..."
Kedua tangannya dugunakannya untuk menangkup pipi adiknya dan sedikit mengangkatnya agar dapat mengetahui raut wajahnya. "Riku, maaf ya?"
Manik crimson itu dilirikkan ke samping untuk menghindari bertatapan secara langsung dengan kakaknya. "Jangan bercanda seperti itu Tenn-nii. Itu... menyakitkan..."
"A-ah... Maafkan Tenn-nii ya? Aku tidak akan mengatakannya lagi. Ya?" ujar Tenn merasa bersalah. ( salah sendiri ygy :V / ditampol setan pink )
"Uhm..." Riku-
Si surai baby pink menghela nafas kecil sembari menggunakan satu tangannya untuk menyelipkan surai depan adiknya yang cukup panjang menuju belakang telinga. "Hah... Aku malah membuatmu badmood"
"Hhmm.." Riku hanya berdehem dan membiarkan suasana hening selama beberapa saat. Hingga akhirnya ia mengakhiri kesunyian dengan membuka suara dan memindahkan berat badannya pada kakaknya serta menaruh dahinya ke pundak Tenn. "Aku engga badmood"
"Iee- kau jelas terlihat badmood Riku," balas Tenn mengusap punggung adiknya naik turun.
"Dibilangin engga!" balas Riku dengan nada kesal dan tidak ingin dibantah. Ia mengangkat kepalanya dari pundak Tenn dan duduk menjauh dari kakaknya.
"...terserah..." Tenn-
Mengerutkan dahinya Riku kembali mempoutkan bibir dan enggan menatap kakaknya sedikitpun. "Huhmp"
"Hah... Aku lupa jika adikku mudah sekali badmood dan berakhir ngambek," omelnya sendiri dengan menghela nafas untuk kesekian kalinya.
.
.
Satu jam telah berlalu begitu saja tanpa disadari. Waktu yang terasa cepat namun disatu sisi terasa lambat. Si surai baby pink itu menampilkan senyum kecil di wajahnya dengan kedua maniknya yang terfokuskan pada seseorang yang menjadikan paha kakinya sebagai bantal. Ia menggelengkan kepala kecil ketika mengingat beberapa menit yang lalu adiknya masih ngambek namun sekarang malah tertidur begitu saja.
Membiarkan si manik crimson tertidur dengan nyaman, satu tangannya digunakan untuk mengelus kepala adiknya dengan lembut. Hal yang mungkin hampir ia lakukan setiap hari semenjak Riku muncul tiba-tiba di dalam kamarnya.
Ngomong-ngomong sudah 2 bulan semenjak Riku secara tiba-tiba berada di dalam kamar si surai baby pink. Tidak disangka waktu berjalan dengan cepat setelah kemunculan Riku kembali.
Yah... sejauh ini semua masih terkendali dan tidak terjadi apapun. Semua masih berjalan dengan lancar dan damai. Berbahagialah...
☆☆
Lelaki yang sudah berumur kepala 2 itu tengah berada di area pantry dengan tujuan untuk menghilangkan rasa hausnya di malam hari. Membenarkan letak kaca matanya yang sedikit longgar, ia lalu mengambil sebuah cangkir bewarna hijau lumut yang senada dengan warna surainya. Cairan bening diisikannya ke dalam cangkir.
Tidak jauh dari area pantry nampak bule pirang Cocona lovers sedang duduk bersantai dengan mata yang berbinar kala menonton anime kesukaannya melalui layar laptop. Melihat leader Idolish7 di sana, ia berniat mengajaknya untuk bergabung.
Karena ia juga tak memiliki pekerjaan dan sedang nganggur, akhirnya si mata empat itu menyetujui ajakan Nagi. Namun langkahnya sontak terhenti ketika cangkir yang dipegangnya jatuh ke lantai begitu saja. Padahal ia yakin sudah memegangnya dengan benar.
Nagi berdiri dari duduknya sembari mendekati leadernya yang kini sedang menatap lekat pada serpihan kaca yang berceceran. "Yamato... "
"Ah sial! Firasatku jadi buruk karena ini," ujar Yamato mengacak surainya kasar.
"Oi ossan! Kau memecahkan gelas?! Cepat bersihkan!" omel Mitsuki yang tau-tau datang dengan mengomel.
.
.
.
- To be continued -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro