Decision ' Keputusan 🍀
.
.
.
Treasure In My Life
By: Monica
.
.
.
Happy Reading 🌟
Jarum panjang di jam telah berputar melewati seluruh angka untuk kesekian kalinya. Ruangan yang hening itu ditemani oleh suara detik jam yang memenuhi.
Kelopak mata itu sempat terpejam selama beberapa kali bersamaan dengan kepala yang hampir jatuh ke depan. Kedua matanya menyipit dan sudah tidak sanggup lagi untuk terus terbuka. Lelaki bersurai merah itupun menaruh kepala di bahu sang kakak.
Mengalihkan fokus yang awalnya tertuju pada buku yang dibacanya, Tenn menolehkan kepala sedikit pada adiknya yang sudah nampak mengantuk "Riku pergilah tidur ke kamar," suruhnya.
Namun yang disuruh malah merengek kecil dengan menduselkan dahinya pada tengkuk leher kakaknya, "Ehngg gamau!"
"Jadilah anak baik dan tidurlah Riku," Ucap Tenn.
Tetapi perkataan Tenn diabaikan oleh adiknya. Riku melingkarkan lengannya ditubuh Tenn dengan menyembunyikan wajahnya "Ehnggmm!"
"Jangan merengek seperti anak kecil! Tidur sana di kamar!" perintah Tenn.
"Huwee Tenn-nii jahatt!!" rengek Riku melimpahkan seluruh berat badannya kepada kakaknya, hingga yang menanggung beban itu menjadi oleng serta menjatuhkan buku yang dipegangnya.
Tubuh kurus Tenn terhuyung ke belakang dan tepat membentur pada sofa empuk itu. Ia sempat merasa panik namun untung saja ia tidak jatuh ke lantai. Dengusan kecil pun lolos keluar dari bibir Tenn, "Huh, dasar Riku manja."
Si surai merah malah tertawa kecil, "Hehehe." Akibat ulahnya sendiri, kini posisinya berada di atas tubuh Tenn dengan punggungnya yang menghadap langit-langit ruangan. Mengusap-usap pipinya ke dada sang kakak, Riku merasakan kehangatan milik Tenn yang sangat disukainya. Senyum manis pun terlukiskan di wajah Riku tanda ia senang.
Melirikkan bola mata pada sang adik yang menjadikan dada bidangnya sebagai bantal, Tenn menghela nafas kecil. Bersamaan dengan tangan yang diletakkannya pada punggung bagian atas adiknya dan menepuknya pelan sekali, "Jika lain kali Riku seperti ini, Tenn-nii akan marah loh!" ancamnya.
"Uhm," Dehuman kecil dihanturkan Riku sebagai balasan dikala ia terlalu malas berucap satu patah kata. Rasa kantuk yang sudah tak tertahankan itupun dengan mudah mengalahkan upaya Riku yang sedari tadi berusaha tetap membuka kelopak matanya.
Senyum kecil nampak di wajah Tenn ketika dirinya mengetahui sang adik sudah tertidur lelap di posisinya yang sekarang. Dapat Tenn rasakan deruh nafas Riku yang normal serta detak jantung yang jelas itu. Memberikan tatapan lembut pada objeknya, Tenn mengelus naik turun bagian belakang kepala sang adik dengan lembut.
"Mimpi indah Riku"
✎ ▪︎▪︎▪︎▪︎
Empat manik berbeda warna itu membelalak serempak ketika menangkap gambaran di tablet yang menampilkan sebuah artikel yang terdapat foto di dalamnya. Bulir keringat pun tercipta di kening si surai merah kala mendapati sebuat potret yang menampilkan dirinya sedang berpelukan dengan sang kakak di bawah hamparan bunga sakura.
Mematikan tablet itu lantas kembali menyimpannya, pria paruh baya itu menatap Riku dengan manik yang memiliki warna senada dengan manik Riku. Pria paruh baya yang tidak lain adalah Takanashi sachou itu bertanya, "Jadi bagaimana kau akan menanggapi artikel ini Riku-kun?"
"Riku-kun yang diketahui publik sudah meninggal kini menampakkan diri, terlebih bersama dengan center Trigger dan sedang berpelukan," ucap Otoharu mendeskripsikan foto yang terpampang jelas di artikel yang ditunjukannya barusan. "Banyak tanggapan mengenai ini dan tentunya yang paling utama adalah... mereka terkejut"
"Yah.. Aku sendiri juga terkejut bahkan tidak menyangka hal seperti orang hidup kembali itu benar-benar ada. Ini berita membahagiakan namun disisi lain ini menakutkan," ucap Otoharu mengatakan apa yang terpikirkan di benaknya.
Riku sendiri sadar dan mengerti apa yang dimaksut oleh Otoharu, memang benar jika ini membahagiakan namun juga menakutkan. Karena kita tidak akan tau apa yang akan terjadi kedepannya.
Sedikit menundukkan kepala, pandangan Riku seutuhnya tertuju pada lantai dengan mentautkan jari-jemarinya sendiri layaknya orang berdoa. "Sumimasen," ujar Riku dengan nada lirih.
"Kenapa malah meminta maaf? Aku tidak bermaksut menyalahkanmu Riku-kun," ucap Otoharu.
"..."
Tidak ada jawaban...
Si surai merah masih terdiam dan enggan melepas pandangan dari ubin lantai.
Menyandarkan punggung pada sandaran sofa, Otoharu kembali berucap, "Pertama kita harus meredakan situasi heboh ini terlebih dahulu. Oleh sebab itu aku tanyakan pada kalian berdua, Apa yang akan Riku-kun dan Tenn-kun lakukan setelah ini?"
Otoharu bukan bermaksut untuk mendesak, namun melihat situasi yang gempar akibat sebuah foto itu, ia terpaksa harus mengambil keputusan sebelum idol atau agensi lain terkena imbasnya.
"Berita tentang kematian center Idolish7. Yang sebelumnya disebarkan melalui situs resmi agensi dan sempat diketahui oleh beberapa orang yang berada di tempat kejadian. Artikel itu jelas mengabarkan berita duka. Apa tanggapan penggemar jika mereka melihat artikel yang trending ini?" tanya Otoharu.
"Mereka akan mengira ini lelucon dan mungkin memberikan hujatan pada agensi karena berpikir agensi membohongi penggemar," jawab Tenn.
"Lalu jawaban apa yang akan kita berikan?" tanya Otoharu kembali.
".... Tidak tau," jawab Riku dengan suara pelan. Setelah sekian menit berlalu akhirnya Riku angkat bicara juga.
Tubuhnya masih berada di tempat semula namun pikiran Riku sudah berada dimana-mana. Ia berusaha memikirkan jawaban atau tanggapan apa yang harus ia berikan pada penggemar. Jawaban apapun yang diberikan pasti akan mendapatkan tanggapan buruk. Karena pada dasarnya apa yang terjadi sekarang sungguh rumit. Orang yang dikabarkan sudah tiada, kini menampakkan diri dengan tubuh yang sehat.
Bulir-bulir keringat mulai keluar dari pori-pori kulit wajahnya secara bergilir. Raut wajah Riku menjadi pucat dengan bola matanya yang seperti bergetar.
"Saranku, bagaimana jika Riku-kun kembali menampakkan diri? Masalah penjelasan akan dipikirkan nanti lalu tentang hujatan dan rumor, kita hanya perlu menganggapnya angin lalu?" tanya Otoharu mengungkapkan saran darinya.
"..." Tenn termenung dengan posisinya yang sedang berdiri di belakang kursi tempat adiknya duduk. Ia nampak memikirkan saran Otoharu dengan serius "Kurasa itu tidak masalah," balasnya memberikan saran.
Otoharu menganggukkan kepala sekali sebagai respon atas balasan yang diberikan oleh Tenn. Ia beralih menatap Riku yang masih saja tidak bergerak sedikitpun dari posisi sebelumnya. "Ya, kurasa itu cara yang terbaik," ujar Otoharu.
Riku yang merasa cemas serta gelisah sedari tadi, meski ia membuat sebagian wajahnya tertutupi oleh surai poni yang cukup panjang. Dapat diketahui jika ia merasa kebingungan, panik, dan berpikir yang tidak-tidak. Yah... karena memang seperti itulah Riku.
Tentu saja dirinya sangat bingung dan panik di saat seperti ini. Situasi menjadi kacau karena kecerobohan dirinya yang pergi tanpa mengenakan penyamaran. Semua menjadi rumit karena kesalahannya, begitulah yang terpikirkan di benak Riku.
Dari belakang Tenn melingkarkan kedua lengannya di pundak adiknya dan menempelkan dagu tirusnya pada kepala Riku. Ia dapat mencium aroma khas milik sang adik yang memasuki indra penciumnya.
"Tenanglah. Semua akan baik-baik saja," ujar Tenn dengan lembut.
Tersadar dari lamunannya berkat perkataan lembut kakaknya, Riku mengatupkan bibirnya dan membulatkan tekadnya di saat bersamaan. Ia sudah mengambil keputusan. Tidak ada salahnya berharap bukan? Yah... semoga saja semua berjalan sesuai apa yang diharapkannya.
Merasa tenang berkat perlakuan kakaknya, Riku menyiratkan senyum kecil lantas ia memegang tangan sang kakak yang dilingkarkan dari pundaknya, "Aku... Aku sudah memutuskannya," ucap Riku menatap langsung dengan sorot mata yang penuh akan tekad.
Tenn tersenyum kecil kala melihat tekad adiknya yang nampak jelas melalui sorot matanya. Apapun pilihan yang diambil Riku ia akan mendukungnya. 'Adikku memang hebat,' ucapnya dalam hati.
Riku menjeda perkataannya, ia menatap pada Takanashi sachou tanpa memalingkan pandangan sedikitpun. Ia sudah yakin dengan keputusan yang akan diambilnya.
"Aku akan kembali ke dunia hiburan dan bernyanyi sebagai center Idolish7!"
- To be continued -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro