Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⃟꧂ 𝘊𝘩. 𝘖𝘯𝘦

﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌﹌

Teng.. Teng..

Bunyi bell bersuara, banyak murid berlalu lalang pergi ke kelas mereka masing-masing yang sudah ditentukan.

Seorang pemuda bermata merah berjalan dengan santai ke papan pengumuman yang berada di tembok pada lorong, mencari dengan seksama dimanakah namanya berada.

'12. Halilintar Alvarez'

" kelas 2B kah? " Gumam pemuda tersebut melihat kembali papan pengumuman yang berada di depannya.

'03. Blaze Allizeyn'

'24. Taufan Alvarez'

Pemuda itu pun menghembuskan nafas dengan kasar melihat nama- nama itu berada dikelas yang sama dengannya.

" HALIIIIIIIII!!! "

Kesal namanya dipanggil dengan suara yang amat sangat besar Halilintar pun mencoba untuk tidak mengubrisi panggilan seseorang tersebut dan berjalan ke kelasnya.

Namun sayangnya usahanya sia- sia karena tiba- tiba saja ada yang merangkulnya dari belakang.

" Eits, kita sekelas nih li. Kuy bareng " Ujar orang yang merangkulnya itu.

Halilintar hanya menepis tangannya lalu kembali berjalan ke kelas, diikuti orang tersebut yang berjalan cepat agar bisa berada disamping Halilintar.

" Mana Blaze? " Tanya Halilintar yang pandangannya masih fokus ke depan.

Taufan pun mengingat- ingat kembali dimana adiknya itu berada " Paling masih di kantin, tadi gue sama Blaze lagi sarapan disitu soalnya. " Jawabnya.

" Oh iya li lu tau gak "

" Kagak "

Taufan pun cemberut " Tadi lu liat papan kan? Kita sekelas sama siapa aja? " Ucapnya sambil melirik kepada kembarannya itu yang lahir duluan 6 menit lebih awal daripada dirinya itu.

Halilintar terhenti sejenak, memikirkan siapa murid yang Taufan maksud " Siapa? "

Adiknya itu menghembuskan nafas dengan kasar lalu melihat kearah lain.

" Gak asik lu li "

Yang diejek pun merasa sedikit kesal walau memang dia tau bahwa apa yang dikatakan Taufan itu benar. Namun tiba- tiba saja ia mengingat nama yang menarik perhatiannya saat sedang mencari kelasnya di papan pengumuman tadi.

Halilintar melirik Taufan yang masih melihat kearah lain, merasa tau siapa yang ia maksud Halilintar pun bertanya " Siapa? Jangan bilang dia? "

"... "

Melihat adiknya itu terdiam saja tanpa melihat kearahnya Halilintar pun melanjutkan jalannya ke kelas mereka yang jaraknya sudah tinggal beberapa langkah saja.

Taufan kaget karena dirinya ditinggal begitu saja " eh anjir gue jangan ditinggal dong! " dan langsung mengikuti Halilintar yang sudah masuk ke dalam kelas.

╶╼✰✰✰╾╴

Begitu memasuki kelas Halilintar langsung duduk di kursi paling pojok disamping jendela, 3 meja paling belakang.

Sebenarnya tadi Taufan ingin duduk disebelahnya namun tidak jadi karena jiwa anak nakalnya mengatakan bahwa dia harus duduk di barisan yang paling belakang agar bisa menyontek saat ulangan.

Dasar murid berandalan-

" Lah Blaze, tumben lu duduknya agak depan "

" Bosen gue dibelakang terus, lagian kok lu duduk dibelakang tapi barisannya tengah? Sama aja bo'ong "

" Ya terserah gue lah "

Itulah perbacotan yang Halilintar dengar yang bersuarakan kedua adiknya yang sekelas dengannya. Karena bosan, Halilintar hanya menatap sarang burung diatas batang pohon diluar jendela.

Tak lama kemudian Pak Guru masuk ke dalam kelas sambil membawa buku LKS, lalu ia pun melihat ke sekeliling kelas. " Kenapa masih ada banyak meja yang kosong? Bukannya mejanya pas dengan murid yang ada dikelas ini? " Ujarnya.

" Gak masuk kali Pak! "

" Kalo Riki tadi sih katanya sakit Pak "

" Biarin aja lah "

" Modar "

" Heh! "


Begitulah bagaimana ramainya kelas padahal baru hari pertama sejak mereka naik kelas menjadi kelas 11.

Ditengah keramaian tersebut tiba- tiba saja pintu kelas terbuka dengan keras, mengakibatkan seisi kelas kini langsung menengok kepada asal suara. Tiga perempuan masuk dengan napas yang terengah- engah.

Pak Guru yang baru saja ingin menulis dipapan tulis langsung menghadap kearah ketiga perempuan tersebut. " Heh kalian! Gak liat ini udah jam berapa? Kenapa baru datang?! " Marahnya sambil mengangkat- angkat tongkat yang ia bawa.

Salah satu dari ketiga perempuan pun hanya cengengesan sambil berkata " Hehe maaf Pak, tadi dijalan macet makannya kita terlambat. Tolong biarin kita masuk Pakk! " Sambil menyatukan tangannya seperti ini '🙏'.

Sang Pak Guru hanya menghela napas " Hm, baiklah. Tapi bapak gak bakal maafin kalian lagi kalo kalian telat lagi oke? Lain kali kalian harus berangkat lebih pagi. " Ujarnya.

" Baik Pak. " Kompak mereka bertiga.

" Ya sudah sana duduk di tempat kalian masing- masing " Ucap Pak Guru dan langsung dilakukan oleh mereka.

Begitu mereka duduk dikursi mereka kelas kembali jadi berisik, bukan karena topik sebelumnya melainkan karena ketiga perempuan tersebut.

" Eh mereka bukannya si kembar Eusthasice itu ya? " Bisik salah satu murid.

" Hah emang iya?? Kok mereka sekelas sama kita sih? " Bisik yang lain.

" Mereka Eusthasice kan?? Anjir hoki berapa tahun gue bisa sekelas sama mereka. " Ucap salah satu murid.

" Iya gila, hoki banget gue. " Ucap yang lain.

" Eh kalo dipikir- pikir kita juga sekelas kan sama Halilintar? Ih mimpi apa gue semalem! " Ucap yang lain juga.

Sang Pak Guru memukul papan tulis dengan tongkat kayunya, seketika kelas menjadi hening dan semua langsung menghadap ke depan. " Aih kalian ini baru juga masuk udah berisik kayak gini. Ingat kalian itu udah jadi kakak kelas, jangan malu- maluin sekolah dan kelas ini juga. " Ucap Pak Guru sambil menurunkan tongkat saktinya.

" Baiklah semuanya, keluarkan buku Matematika kalian dan buka halaman 2.. " lanjutnya.

Semua murid langsung membuka buku mereka tanpa bersuara. Halilintar juga membuka bukunya lalu menghela napas dan melihat keluar jendela lagi.

" Tahun ini pasti akan berisik. " Pikirnya sembari melihat ke sarang burung yang ia lihat tadi, lalu kembali melihat ke Papan tulis.

┈┈┈꧁𝐅𝐚𝐭𝐞꧂┈┈

" Hai Halilintar! Ternyata kita sekelas ya! "

" Halilintar mau bekal ku gak?? "

" Ke kantin bareng yuk! "


Istirahat tiba, semua murid pasti langsung menuju ke kantin. Tapi tentu saja akan susah untuk murid yang terkenal untuk bisa ke tempat penjualan makanan tersebut.

Halilintar merasa pengap dan juga risih ketika dikerumuni banyak perempuan seperti ini, walau sudah biasa tapi tetap saja ia akan merasa lelah jika terus begini.


Akhirnya karena sudah kesal karena waktu istirahatnya sudah terpotong, Halilintar pun berdiri dan menggebrak meja. Seketika semua murid yang mengelilinginya jadi kaget.

" Minggir. " Ujar Halilintar sambil melotot.


Mereka semua pun ketakutan dan langsung pergi dari kelas itu. Halilintar menghela nafas dengan kasar untuk kesekian kalinya hari ini dan kembali duduk dengan lemas.

" Gue pengen pulang. " Pikirnya sambil menatap keatas dan menutupi wajahnya dengan punggung tangan kanannya.

Beberapa detik kemudian muncul wajah dari salah satu adiknya di depannya, dengan santai meminum susu kotak yang mungkin ia beli di kantin.

" Bang, lu kagak ke kantin? " Tanyanya.

Halilintar mengerjapkan matanya lalu menutup matanya. " Menurut lo? "


Taufan yang baru masuk kelas pun duduk dikursi depannya Halilintar, sama seperti Blaze dia juga meminum susu kotak yang ia beli. " Yah li, tau gitu lu tadi nitip aja ke kita. Lumayan tadi makanannya lagi pada diskon awal masuk sekolah. " Ucap Taufan dengan nada mengejek.

Karena sudah lelah Halilintar tak meladeni kedua adiknya yang terus- terusan mengajaknya ngobrol. Dia pun membenarkan posisi duduknya agar tegak lagi, dan melihat ke depan.

Tiba- tiba saja ada seorang perempuan berambut biru tua menghampiri meja Halilintar dan menaruh sepotong roti dan susu kotak, membuat sang pemilik meja dan dua tuyul yang mengekorinya langsung menengok kearah perempuan itu.

" Nih buat lo. Kalo lu ke kantin sekarang pasti semuanya udah abis. " Ujarnya.


┅┅┅┅┅┅┅┅┅♥︎┅┅┅┅┅┅┅┅┅
┅┄╿To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro