⩨ . Memori dan Harapan ❄️ᵎ 𓂃✧
Story © faurechive
High School Star Musical © C-Station, NBCUniverse Entertainment Japan
Snow Event © Halu_Project
•••
Salju menghujani kota dengan serpihan kristal yang berkilauan. Langit yang tampak cerah itu berteman dengan sinar matahari pagi. Dapat kita ketahui sudah, bahwa pagi itu ternyata kota lagi-lagi dipenuhi salju. Biar bagaimanapun juga saat ini masuk bulan musim dingin. Apalagi di negara yang memang memiliki empat musim seperti ini. Tidak mengherankan.
Biasanya, ketika mendekati datangnya musim dingin mereka menggunakan kesempatan seperti ini untuk berlibur ke kampung halaman. Namun, agak disayangkan karena mereka semua harus tetap tinggal di asrama. Tinggal menghitung hari yang tidak lama lagi, mereka tetap harus latihan demi keberlangsungan acara mana yang perlu mereka tampilkan.
Sekiranya agak menyulitkan, tetapi ketahuilah bahwa tidak hanya mereka. Melainkan ada kelompok lain yang juga menginap di asrama karena acara serupa. Sungguh seperti semua ini telah direncanakan.
Fokus mengarah kepada seseorang yang tampak melihat dari balik jendela. Dipagi hari yang terasa sejuk karena udara meningkat pesan semenjak datangnya musim dingin, sosoknya menggunakan pakaian yang agak tebal.
"Nayuki, sedang melihat apa?" tanya seseorang membuat atensi si pemilik nama menatap ke arahnya.
Mendapati sosok dihadapannya yang terkejut seperti itu, pemuda yang menegur duluan tertawa kecil. "Ah, apa aku mengusik dirimu?" Ia kembali bertanya, begitu lembut membuat pemuda yang menjadi lawan bicara lekas menggeleng. Ia tidak membenarkan hal itu.
"Tidak begitu, Tatsumi-kun. Aku hanya terkejut karena dirimu memanggil namaku, padahal kukira belum ada yang terbangun."
Pemuda yang dipanggil Tatsumi itu mengangguk mengerti. "Berarti Hoshitani belum bangun, ya? Lalu, mengapa Nayuki berdiam diri didekat jendela seperti itu? Tidakkah dirimu akan kedinginan berdekatan dengan jendela yang sedikit terbuka seperti itu."
"Hoshitani-kun tadi sudah aku coba bangunkan, tetapi anaknya tidak mau bangun. Ah, aku hanya ingin melihat salju yang turun dipagi hari ini," jelas Nayuki menjawab pertanyaan dari Tatsumi.
Tatsumi menepuk bahu Nayuki pelan. "Semoga saja dia bisa bangun sendiri nanti, tidak apa-apa. Bagaimana kalau kita berbincang di sofa saja?" saran Tatsumi mulai disetujui oleh Nayuki.
"Boleh. Tatsumi duluan saja duduk ambil posisi nyaman. Aku tutup dulu jendelanya," balas Nayuki.
Tatsumi mulai beranjak ke arah sofa yang tidak jauh dari ruangan tersebut, meskipun memang cukup jauh untuk bisa menempati sofa tersebut. Tetapi tidak masalah bagi mereka, karena lokasi tersebut adalah tempat di mana mereka akan berlatih jadi ruang yang di butuhkan cukup luas.
Setelah Nayuki menutup jendelanya, tiba-tiba saja ada seorang lelaki yang datang membawa cangkir minuman dengan nampan. Nayuki mengenal sosok itu. Temannya sewaktu SMP dan merupakan teman sekamar Tatsumi, yaitu Sawatari Eigo. Tatsumi memanggilnya Eigo, sementara dirinya memanggil dengan nama Sawatari.
"Ah, Eigo kamu sudah datang kemari. Nayuki dan Eigo, ayo duduk di dekatku," ujarnya mengajak kedua orang itu duduk disamping kanan dan kirinya. Posisi Tatsumi berada di tengah-tengah mereka saat itu.
Keduanya telah duduk disamping Tatsumi. Begitu banyak pembicaraan hingga tidak sadar ketika melihat waktu sudah berlalu dengan cepat. Karena tidak bisa memprediksi kapan waktu mulai dan kapan waktu selesai.
"Tatsumi, aku punya saran. Bagaimana kalau kita nanti mengadakan bakar-bakar saja di luar? Sesekali kita melakukan bersama tim yang lain sepertinya akan sangat menyenangkan."
"Itu adalah ide yang menarik, Eigo. Nanti kita sama-sama minta izin kepada para senpai. Siapa tahu mereka juga ingin ikut dalam acara ini? Untuk acaranya setelah kita latihan saja, bagaimana?" usul Tatsumi memantapkan saran dari pemuda disamping Tatsumi, ialah Eigo.
"Jika diperbolehkan, aku akan membantu untuk menyiapkan menu makanannya."
"Oh~ kalian mau mengadakan sebuah acara? Tentu saja diperbolehkan! Kalian sudah terlalu banyak berlatih, sesekali kalian perlu menikmati hari, bukan?" Seseorang datang mengatakan sesuatu yang seharusnya belum bisa dipastikan.
"Eh? Irinatsu-senpai! Itu benar, tetapi apakah kalian akan ikut dalam acara ini juga?" Tatsumi sedikit ragu, tetapi dia berhasil menanyakannya.
"Tentu saja. Nanti aku akan mengusulkan ide menarik ini kepada para anggota dewan kalian yang lain."
Ketiganya menampilkan senyum tidak percaya. Sangat senang jika apa yang mereka sarankan bisa mendapat perhatian atau bahkan kesempatan untuk menyelenggarakan hal itu.
Pintu ruangan terbuka menandakan bahwa ada orang yang akan memasuki tempat itu. "Wah, ada Irinatsu-senpai. Sedang ada keperluan apa?" Namun ternyata bukan hanya satu orang saja yang datang, terdapat beberapa orang lainnya yang mulai berdatangan.
"Tidak ada hal yang penting, aku kemari melihat ruangan ini lampunya menyala. Kukira kalian berlatih hingga malam hari sampai lupa mematikan lampu," sahutnya seperti bercanda. Tetapi memikirkan semua yang dilontarkan oleh sang kakak kelas sekaligus salah satu orang yang bertugas sebagai pemberi arah untuk latihan pun, ternyata bisa beranggapan demikian.
Hal itu sedikit menggundang tawa kecil mereka. Namun salah satu diantara mereka yang datang kala itu mengatakan, "Apa yang senpai katakan itu benar, kok. Kita berlatih sampai tengah malam, tetapi itu salah karena kita setelah itu lekas kembali ke asrama masing-masing."
Hal itu membuat tanggapan orang dari tim yang berbeda kebingungan. Berlatih sampai tengah malam? Astaga. Di musim seperti ini pun mereka tetap berusaha keras untuk menampilkan yang terbaik. Sungguh, kalau disuruh memilih sepertinya memang sangat layak bahwa mereka merupakan bintang diantara para bintang.
"Sesuai apa yang dikatakan Inumine. Sepertinya, hanya tim Hiiragi yang melakukan hal ini."
Sang kakak kelas mereka, Irinatsu Masashi, sudah tidak heran lagi dengan keberadaan tim Hiiragi yang lebih mendominasi latihan. Mengingat sebelumnya mereka, anggota para dewan, sudah terlebih dahulu menyaksikan bagaimana cara mereka latihan. Benar-benar seperti orang professional.
"Jagalah diri kalian baik-baik, jangan memaksakan diri itu adalah bagian yang terpenting. Omong-omong, apa kalian semua sarapan? Kalau belum sebaiknya jangan ditunda."
"Siap."
Waktu berjalan dengan begitu cepat. Mereka telah menyelesaikan sesi sarapan pagi, meskipun terbilang agak telat karena mereka menunggu member lainnya untuk bisa makan bersama.
Diketahui bahwa, ternyata Nayuki ikut berpartisipasi dalam proses masak-memasak untuk para member dibantu oleh member dari tim Hiiragi juga. Sementara Nayuki sendiri berada dalam tim Ootori. Setidaknya mereka berkenalan dan berteman dengan baik.
Mereka mendapatkan jeda istirahat saat menjelang tengah hari. Tadinya, mereka latihan masing-masing sesuai tim memiliki lagunya sendiri. Tetapi, ada lagu lainnya yang mengharuskan mereka berlatih bersama di mana lagu tersebut di nyanyikan oleh mereka semua.
Alhasil, latihan mereka dibagi dua waktu. Sungguh latihan yang paling padat. Belum lagi memikirkan pola gerakan dan harus berada di panggung yang sama sebanyak dua kali. Mereka hanya bisa menampilkan yang terbaik. Setidaknya apa yang mereka lakukan bisa menghasilkan pertunjukkan yang memuaskan penonton.
Tatsumi dan Eigo ternyata sudah lebih dahulu meminta izin mengenai apa yang sudah mereka rencanakan tadi pagi kepada kakak kelas yang mengarahkan mereka sebagai tim Hiiragi adalah Fuyusawa Ryo dan Chiaki Takafumi.
Sementara untuk tim Ootori, mereka diambil alih oleh Shiki Toma, Kasugano Shion. Ada pun tim Yuzuriha dan tim Sazanami yang terpilih saja sepenuhnya diarahkan oleh Irinatsu Masashi yang tadi ikut mengobrol bersama.
"Tidakkah itu terlalu mendadak?" Chiaki merasa tidak yakin dengan rencana mereka yang ternyata setelah didengarkan itu merupakan rencana yang baru mereka pikirkan saat tadi pagi sebelum latihan dimulai. Apalagi mereka telah meyakinkan jikalau Irinatsu juga menyetujui hal itu.
"Hm, kalian boleh melakukan hal itu. Lagipula, latihan kalian hanya tinggal memantapkan pada beberapa bagian, bukan? Berjuanglah untuk bisa menyelesaikannya," ucap Fuyusawa dengan nada yang membuat salah satu membernya merasa tidak yakin.
Ia menggigit bibir bawahnya. "Wah, seriusan tiada ampun," gumam Ugawa Akira, pemilik rambut merah muda yang juga menjadi bagian dari tim Hiiragi.
Sementara dari sisi yang berlawanan. Nayuki bersama Hoshitani meminta izin itu kepada Kasugano dan Shiki. Entah dengan cara seperti apa, sepertinya mereka berhasil mendapatkan izin. Dengan gantinya, mereka harus bisa menyelesaikan sisa latihan dengan sempurna. Pada akhirnya, mereka berjuang melakukan hal ini demi mendapatkan akhir yang memuaskan.
Udara yang sejuk tidak bisa menghalangi mereka untuk tetap menjalani aktivitas. Jika dibilang memaksakan pun sebenarnya tidak begitu. Memang seperti itu porsi latihan mereka, atau lebih tepatnya hanya tim Hiiragi, yang cukup banyak berjuang melakukan sesuatu. Bahkan saat itu pernah ditampilkan kejadian di mana tim Hiiragi harus berangkat lebih awal dari asrama mereka menuju ruang latihan khusus. Memang cukup berat dilakukan, tetapi akhirnya bisa merasakan puas saat acara itu berjalan dengan lancar.
Tidak banyak kejadian yang terjadi ketika mereka latihan. Seperti biasanya serius untuk bisa mencapai hasil yang terbaik. Layaknya rival, mereka juga tetap menempatkan posisi tim mereka ke tingkat bisa lebih baik daripada tim lainnya.
Hingga, menjelang malam pun berlanjut. Mereka mulai membersihkan diri setelah latihan dengan waktu cukup panjang. Meskipun biasanya lebih panjang, tetapi untuk saat ini lebih pendek, karena mereka sudah merencanakan acara seusai latihan.
Saat mereka istirahat tadi, beberapa dari mereka meminta izin untuk bisa membeli bahan makanan yang akan menjadi menu makan malam mereka yang membahagiakan. Hitung-hitung sebagai apresiasi bagi mereka yang telah berjuang sejauh ini. Tidak pulang ke kampung halaman demi menyelesaikan misi latihan.
"Semuanya sudah, 'kan?" tanya Eigo kepada Nayuki.
Ia memastikan apakah bahan makanan tidak ada yang tertinggal. Kalaupun tertinggal sebenarnya mereka tinggal masuk saja ke dapur asrama untuk mengambil bahan makanan yang dibutuhkan. Karena mereka akan melakukan itu diluar ruangan, otomatis mereka membagi tugas untuk menyiapkan semua itu.
Nayuki mulai membalas, "Sepertinya sudah semua, Sawatari-kun."
"Begitu? Baiklah, ayo kita segera keluar." Sawatari dan Nayuki mulai keluar dari tempat itu, dan menemui member lain yang sepertinya telah menyiapkan semuanya.
"Wooho! Makanannya sudah tiba~!" Itu adalah omongan dari Inumine. Ia selalu bersemangat jika itu menyangkut makanan. Ya, setidaknya dia sangat menikmati hal itu sungguh menyenangkan ketika melihat dirinya.
"Bersabarlah sedikit, Inumine-kun."
"Oh, Ugawa~ Aku sudah tidak bisa menahan rasa lapar~" Ah, dia membuat kata-kata dan itu malah dijadikan nyanyian semata. Ugawa yang merupakan teman satu kamarnya mulai merasa tidak tenang. Ia tahu kelakuan Inumine biasanya bahkan lebih heboh dibandingkan hari ini. Namun, sudah cukup mengusik ketenangannya.
Mereka mengambil posisi untuk duduk di kursi yang memang telah mereka siapkan disana. Hal yang tidak bisa mereka duga adalah para kakak kelas mereka itu pun akhirnya ikut turun berpartisipasi dalam rangkaian acara kumpul malam ini. Dengan ditemani oleh api unggun, setidaknya mereka tidak akan merasa kedinginan ketika salju mulai mengusik mereka.
Begitu banyak canda tawa yang mereka habiskan pada malam itu. Begitu banyak cerita yang mereka bagikan kepada anggota lainnya. Semua itu cukup merindukan ketika beberapa anggota merasakan nostalgia terhadap kenangan masa lalu, dimulai saat mereka latihan bersama untuk pertama kalinya, di mana mereka bisa berkenalan dan berpijak di ruangan yang sama untuk mendapatkan latihan yang kurang lebih sama.
Setidaknya, hal ini bisa mengobati diri mereka dengan kerinduan yang mana latihan ternyata merupakan risiko untuk mereka bisa kembali ke kampung halaman. Tetapi ada setidaknya mereka mengabari orang rumah, bahwa mereka tidak akan pulang ke rumah. Begitu banyak jenis dan ragam balasan yang mereka dapatkan.
Namun, dari sanalah mereka merasa tidak masalah untuk kembali menginap dan berkumpul bersama teman. Tetapi, ada juga anak dari departemen lainnya, meskipun mereka berada dalam kelas yang sama saat kelas satu. Beberapa orang mengambil kessmpatan liburan musim dingin untuk pulang ke rumah mereka.
"Hei, Inumine! Kembalikan, itu milikku!"
Ah, kerusuhan langsung terjadi.
"Aku baru mengetahui suatu hal sekarang. Ternyata, rakyat jelata seperti kalian sering kali mengadakan acara seperti ini."
"Hei, apa-apaan perkataanmu itu!"
"Ya ampun."
Sebuah senyuman terulas, melihat bagaimana anggota lain saling berbaur. Kedua pemimpin tim berada di jarak yang berdekatan. "Pertemanan kita sudah berlangsung lama, ya. Tidak terasa pada akhirnya kita bisa satu panggung bersama," ujar Tatsumi. Seperti biasa perkataan lembut itu berasal dari dirinya.
"Itu benar. Perasaan sebelumnya para senpai kelihatan tidak menyukai hal itu."
Tatsumi melirik Hoshitani disudut matanya. Tampak senyum bahagia itu terulas menyalurkan kehangatan. Bahkan tangan mengepal itu tampak seperti ia berhasil meraih impiannya. Tatsumi ikut merasa bahagia.
"Aku jadi teringat, tentang pertunjukan di mana kalian melibatkan para siswa untuk menyinari panggung. Itu ide yang cemerlang. Bahkan, Nanjo sendiri melakukan hal itu. Menurutku itu agak diluar dugaan, dia sungguh tidak bisa ditebak, ya."
Hoshitani tertawa puas. Momen itu benar-benar membekas dalam pikirannya. Di mana mereka harus menahan pahitnya kejadian harus menguntit tim Hiiragi dengan banyaknya perjuangan.
"Kalian sedang membicarakanku?" Oh, apa ini. Orang yang dibicarakan tiba-tiba berkunjung dengan senyuman khasnya.
"Oh, Nanjo! Kami mengingat bagaimana dirimu dulu melakukan hal nekat, apakah hubunganmu dengan Kitahara sudah membaik sekarang?" Hoshitani sedikit penasaran. Melihat interaksi kedua anggota tim Sazanami sedikit berbeda menurutnya.
"Nekat? Sepertinya memang begitu. Hubunganku dengan Ren? Entahlah."
Tatsumi menyimak percakapan mereka berdua yang mana Hoshitani lebih banyak berbicara dan Nanjo sebagai pendengarnya. Agak tidak biasa.
Salju kembali turun menghiasi kota di malam itu. Menyatakan kalau tidak sebaiknya diluar ruangan lebih lama lagi. Takut jika terjadi hujan salju atau semacamnya yang dapat membahayakan diri. Bahkan udaranya semakin terasa dingin seiring berjalannya waktu.
"Sebaiknya kita sudahi kegiatan kali ini, ayo semua bereskan perbuatan kalian!" seru salah seorang kakak kelas yang berpartisipasi dalam kegiatan mereka, itu adalah suara dari Chiaki Takafumi.
"Ah, benar. Salju sudah mulai turun, sebaiknya kita segera berberes."
"Saljunya cantik sekali."
- End -
Catatan penulis:
Cerita ini tidak berdasarkan cerita di animenya. Ini cuma harapanku agar mereka bisa latihan dan nampil dipanggung yang sama. Sekalian ngeluh kalau dulu, salah satu membernya bahkan nekat buat dapatin koreografi penampilan tim yang bakalan tampil dan sukses bikin senpai mereka kaget. Aku juga kaget sih, soalnya dia senekat itu. (。ŏ﹏ŏ)
Omong-omong, referensi ide mereka coba bakar-bakar kayak acara tahun baru gitu. Tapi disini nggak aku gambarkan secara spesifik. Semoga tetap bisa dinikmati, hehe. Oh, iya referensi lainnya aku ambil dari salah satu Music Video Idol K-Pop. Lagi fase menyukai orang nyata (tidak segampang itu).
Lagu "Must Have Love" (Remake) - ATBO. Disana ada adegan mereka bakar-bakar sama anggotanya, dan sekiranya kayak gitulah gambaran mereka ngumpul. (*'ω`*)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro