Bellend
♡~Birthday present for XONICK~♡
Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya. Suasana rumah halu tetap kacau dan ramai sampai-sampai suara bel rumah tak terdengar. Lin mengintip dari jendela untuk melihat siapa yang berada di depan pintu.
"Permisi, paket!"
Dengan inisiatif tinggi, Lin membuka pintu.
"Atas nama siapa?" tanya Lin.
"Di sini tertulis 'untuk siapapun yang pertama kali menerima paket ini'."
"Sudah dibayar?"
"Belum."
Lin menghela napas panjang sebelum mengeluarkan dompet tebalnya (amin). Traktir kami, nee-chan!
Setelah membayar paket tersebut, Lin membawa masuk paket tadi dan mulai bertanya mengenai siapa yang memesan paket tersebut.
"Shi, kamu pesan paket?"
Shi menggeleng. "Punya tante Key, kali."
Lin mengangguk, dan segera mencari Key. Ia cari di seluruh pelosok negeri, namun tetap tak menemukan Key di mana pun.
"Key!"
Akhirnya, kerja keras Lin membuahkan hasil. Lin berhasil menemukan Key yang berada di gudang, entah sedang apa, mungkin ngerumpi bersama tikus-tikus di sana.
"Kamu pesan paket?"
Key mengangguk. "Enggak. Seingatku, kemarin Runa ngomongin soal paket. Coba tanya dia."
Menemukan Runa lebih mudah daripada menemukan Key. Tinggal berjalan lurus menuju dapur (kalau ada tiang atau Alexa, harap dilewati) dan Lin akan menemukan Runa sedang duduk di depan kulkas, berharap pudingnya dapat utuh kembali.
"Runa?" Lin tepuk pundak Runa yang sepertinya sedang menangis.
"Puding Runa …."
Perlahan tapi pasti, Lin mundur dan mengubur dalam tujuan utamanya.
"Tanya siapa lagi, ya? Lagipula, apa isi paket ini? Berat."
"Itu bom, fyi."
"Eh?! Kak Wina? Kaget."
"Kalau gak salah, Shaa yang pesen paketnya."
"Isinya beneran bom?" tanya Lin takut sambil bersiap-siap untuk melempar paket tersebut.
"Mungkin," jawab Wina enteng, "soalnya, kemarin Shaa sempet kepikiran buat ngebom Nata. Good luck."
Lin mengambil napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Ia mulai berjalan menuju kamar Shaa. Kala sampai di depak pintu kamar, Lin disambut oleh pekikan Shaa.
"SIALAN!"
Lin terkejut. Ia semakin takut tatkala mendengar suara tusukan senjata tajam dan semacamnya. “Kalian ... ngapain?” Lin bertanya lirih, menaruh kotak pelan-pelan dan takut isinya benar-benar bom.
“NAT ANEH NGAJAK MASAK DI KAMAR! TUH API KOMPORNYA KEGEDEAN!”
“EKSPERIMEN KAYAK SISCA KOHL, TANTE!”
“UDAH DEH KITA GAK BAKAL SANGGUP NGIKUTIN SISCA KOHL!”
Lin merasakan hawa panas dari kamar Shaa. Dan benar saja, api merah menyala besar, di sebelah kompor terdapat daging dengan pisau besar yang tertancap di sana. Pikiran Lin terbagi dua, yaitu cara memadamkan api dan memikirkan isi paket yang takutnya bom asli.
Untunglah Shaa segera masuk dan mematikan api dengan handuk basah. Nathy di luar kamar penasaran dan merobek isi kotak. “Eh ini paket Kak Lin, ya?” tanya Nathy.
“Nggak, kok. Kenapa?” Lin yang mulai bernapas normal pun keluar kamar, ia lihat Nathy merentangkan kaus hijau bermotif Creeper, salah satu mob yang haters di game Minecraft.
Dari sekian banyak mob kenapa harus Creeper? Kenapa tidak Ocelot yang lucu? Atau kenapa tidak avatar YouTuber favoritnya saja yang terpampang di sana?
"Nath.."
"Ya?" Nathy memiringkan kepalanya untuk menunjukkan kebingungannya, dan menanti perkataan yang tertahan di kerongkongan Lin.
"Bajumuー"
"ASTAGA, MY LORD! AAAAAAAAAAAHHHHH STEP ON ME!!!!"
Oh, dramatis sekali. Memalukan. Urat malunya sudah putus sejak lama. Bertindak semaunya saja. Manusia ini sudah bukan manusia lagiーtenang, sedang meroasting diri sendiri. Ya, no longer human.
Baik Lin dan Nathy, maupun seluruh member Halu Pro, tahu bagaimana gilanya Shaa saat disodorkan dengan apa yang Shaa sukai. Lin dan Nathy hanya terkekeh dan mendoakan semoga lekas sembuh untuk jiwa Shaa yang luntang-lantung memilih untuk setia kepada satu husbu di antara sekian husbu lainnya.
"Parah, ya."
"Iya."
Kemudian, di tengah-tengah percakapan mereka, Nathy kembali terfokus dengan paket yang sudah setengah terbuka karena ia sendiri yang membukanya. Lagi pula, Shaa berniat memberikan 'bom' itu ke Nathy, kan? Anggap sana, rencana Shaa telah berhasil.
Di dalam kotak cokelat tersebut, sebuah benda yang tampak memenuhi setengah dari kotak tersebut ditutupi oleh sekian banyaknya kertas koran dan bubble wrap yang melindunginya. Maka, bisa ditarik kesimpulan kalau benda yang ada di dalam sana adalah benda yang rawan dan rapuh.
Baru saja Nathy hendak mengambil bubble wrap tersebut, Lin berkata dengan upaya memberikan peringatan.
"Kata kak Wina, Shaa pesan paket bom buat kamu."
"... HAH?!"
"Fitnah, tuh."
Shaa yang baru saja menyelesaikan bergelud dengan eksperimen nyeleneh yang dilakukan oleh Nathy di kamarnyaーbisa dilihat bukti berupa kucuran keringat amarah dan kekesalannya yang menguap di sanaーlalu berjalan keluar sembari membersihkan keringatnya dengan tisu wajah setelah tadi sempat berteriak karena hal itu telah menjadi kebiasaannya.
"Gila kamu! Segitunya mau balas dendam?"
"Isian nastar, banyak lagak. Aku tidak ada uang, tolong tekankan itu di diarimu."
"Wah, kere."
"Wuiissshh, TBL TBL TBL😰😰😱😱😱."
"Kalian sehat, kan?" Lin tidak memiliki kuasa untuk mengatur tingkat kewarasan kedua orang ini, karena sudah berada di luar kendalinya.
Bahkan, sejujurnya Lin sudah mulai membatasi kegiatannya dia villa, dan lebih memfokuskan kegiatannya di luar villa; di dunia luar, yang harus diakui oleh semua orang kalau mereka hidup di dunia yang seperti itu.
Ada tangis, ada tawa, ada keputusan berat yang harus diambil. Di mana ada pertemuan, di sana ada perpisahan. Walau begitu, apa yang sudah dirajut bersama, akan bisa dilanjutkan oleh mereka yang masih berdiri di sana.
"Kami sehat, 'h'nya diganti 's', kak," ucap Nathy, ia kembali menutup kotak tersebut dengan teratur. Namun Shaa cepat mengambil kotak tersebut secara amburadul.
"Sesat... NGADI-NGADI BANGET!"
"Memang (~‾▿‾)~"
Lin menghembuskan napas panjang, termemung dengan mudah di tengah-tengah waktu yang seakan berhenti, karena jalan pikirannya yang berlalu cepat sehingga semuanya menjadi nyaris berhenti.
Diperlambat selambat-lambatnya, dan berpikir secepat-cepatnya. Keduanya merupakan hal yang bertolak belakang, meski dikatakan masih bisa masuk di akal.
"Shaa," panggil Lin.
"Yup-?"
"Kamu itu kalau ada paket COD, tungguin dong! Jadi aku yang harus bayar, deh.."
"Ututu, sini, aku ganti uangnya." Shaa tidak pikir panjang dengan apa yang tadi dikatakan oleh Lin.
Langsung saja, ia menarik lengan Lin dan tak lupa seraya membawa kotak paket yang tadi sudah dibayarkan oleh Lin tersebut. Ia membawa Lin ke suatu tempat, di mana Lin bahkan tidak tahu tempat apa itu.
Bagaimana bisa tempat semacam itu tidak ia ketahui keberadaannya? Penasaran, ia pun kembali mengajak ngobrol Shaa untuk mengulik informasi lebih dalam.
"Kamu mau bawa aku ke mana, sih?"
"Ahaa, ada deh. Kepo."
Mereka berdua terus berjalan hingga berhenti tepat di depan ruangan dengan 2 pintu yang jarang dikunjungi oleh para penghuni rumah halu karena merasa itu bukan ruangan yang perlu dikunjungi.
Mereka semua memang sibuk dengan urusan pribadi mereka sendiri hingga tak tahu pergerakan apa saja yang terjadi di dalam ruangan tersebut. Maling kabur masuk ke situ aja ngga bakal ketauan sama orang saking ngga pentingnya ruangan itu.
"Lho? Kita ngapain ke sini?" tanya Lin bingung, ia melihat sekitar pintu ruangan tersebut berharap menemukan alasan apa hingga ia dibawa kemari.
Tanpa menjawab pertanyaan Lin, Shaa langsung membuka 2 pintu itu menggunakan kakinya hingga membuat pintu itu terbuka dengan cepat dan menabrak dinding dengan keras.
Kok pakai kaki? Tangannya kan lagi buat pegang tangan Lin sama kotak yang katanya isi bom.
Kan bisa lepas dulu salah satu? Banyak tanya lo setan, kaki-kaki Shaa sendiri. Bukan kaki lo, kalau sakit yang kena Shaa sendiri. Susah amat.
Jutek sekali - Shaa
BRAAK!
"Astaghfirullah—KAGET TAU!" teriak Shan yang merupakan salah satu makhluk hidup di ruangan tersebut, untung saja ia tak melemparkan kardus yang ia bawa ke Shaa.
"Shaa, kalo buka pintu itu pakai tenaga manusia dong. Jangan pakai tenaga raksasa, kasian pintunya." Dengan lemesnya Sharon mengucapkan kata-kata seperti itu, dan ia terlihat duduk dengan tenang walau Shaa membuat suara yang keras secara tiba-tiba.
"Shaa, tenang Shaa. Jangan lampiaskan amarahmu ke pintu, kamu lampiaskan aja ke Dazai deh." Sedangkan Mars hanya bisa mengelus-elus dadanya, bukan karena kaget tapi ada sarang laba-laba menyangkut di pakaiannya.
"Hehe, maap-maap—MAKSUT LO??" ucap Shaa kepada Mars dan langsung perpindah melotot ke arah Sharon yang telah mengatainya pakai tenaga raksasa waktu membuka pintu.
Padahal iya 'kan ya??
"Yntkts."
"Udah udah," lerai Mars sebelum perang dunia kesekian kalinya kembali terjadi.
Kemudian Mars terfokus pada orang yang dibawa oleh Shaa, yakni Lin, yang termenung seraya wajahnya yang kebingungan ke kanan lalu ke kiri. Ia ingin tahu, apa yang sebenarnya teman-temannya sedang lakukan di tempat yang baru saja ia ketahui ini.
"Lin, kok bengong?" tanya Mars. Kemudian Shaa pun pergi menghampiri Sharon sembari masih membawa kotak paket tersebut.
Lin yang menyadari namanya dipanggil oleh orang yang lebih senior darinya, langsung menjawab dengan cepat. "Ini mau ngapain ya, kak Mars?" Pertanyaan yang dijawab dengan pertanyaan, tahukah kamu apa artinya?
"Mau kemping, Lin."
"Ohh, ada yang bisa aku bantuin?"
"Ini mau selesai, sih."
"Aku bantuin sebisaku!"
Mars tersenyum ramah. Ia yakin, jika baik dirinya maupun mereka yang ada di ruangan itu, tidak menginginkan Lin untuk membantu mereka. Kenapa? Mereka hanya ingin Lin fokus pada dirinya sendiri, barang satu hari saja.
Lalu Mars mendekati pintu, meski ia tak berniat untuk kembali menutup pintu yang sudah didobrak kencang oleh Shaa. Justru ia melakukan sesuatu yang membuat Lin memiringkan kepalanya karena bingung.
Mars mengetuk-ngetuk pintu tersebut dengan kepalan tangannya sebanyak lima ketukan dengan sedikit irama, seperti ia sedang memanggil seseorang yang mungkin akrab dengannya, atau memiliki hubungan khusus dengan orang yang dikenalinya.
"Lin sudah datang?"
Walau sosok yang datang secepat kedipan mata itu dipunggungi oleh Lin, tetapi suara tersebut dapat dikenali Lin dengan mudahnya. Matanya yang membelalak karena terkejut, sontak saja ia berbalik untuk memuaskan dugaannya.
Surai hitam yang panjang dan indah yang membuat para wanita iri. Warna pakaiannya pun juga tidak jauh-jauh dari warna mata dan rambutnya, hanya saja ada sedikit tambahan warna ungu yang merupakan syal yang melilit lehernya.
Wujud fisik keseluruhan mirip dengan ninja, begitu pula dengan tingkah lakunya. Datang bersama angin, dan pergi bersama angin pula. Bisa menjadi lembut, dan bisa pula mengancam nyawamu.
"Sonic, ajak Lin jalan-jalan!"
"Ok."
Tanpa ba-bi-bu apapun, Sonic segera menggendong Lin dengan gaya bridal style. Ya, hari ini adalah hari yang spesial untuk putri Lin.
"S-Sonic, ini mau ke mana?"
"... Entahlahー"
"AAAAAAAA UWU:<"
Selain Mars; Sharon, Shan, Shaa (tiga dari empat umat Sh yang kewarasannya seperti banjir bandang), mereka bertiga bersorak menggoda Lin dan Sonic yang seenaknya uwu-uwu'an di depan mereka begitu saja.
Mars pun segera menghentikan mereka. "Hei, sudah-sudah. Buruan diberesin, nanti kasih barang-barangnya ke Key sama Alexa, sekalian bantu Wina berdiriin tenda, terus panggil Diluc buat nyalain api unggun. Oke?" tukas Mars dengan panjang × lebar × tinggi.
Barulah kemudian, suara-suara dan ketidak-terimaan ketiga orang umat Sh tersebut menggelegar seperti sirine mobil polisi yang dipadu-padankan dengan toa masjid.
Dimulai dari Sharon. "Yaahh, banyak banget! Aku mau pelukan sama dadanya Dia! :<"
Kemudian Shan. "Kapan selesainya, dong? Noé ngajak aku makan Tarté Tatin!"
Lalu, Shaa yang termenung. "... Sial, aku gak ada janji sama siapapun."
Mars kemudian mendekati Shaa, dan menepuk kedua pundak Shaa dengan kedua tangannya. Mars berucap, "mohon bantuannya~ Harus selesai sebelum malem, lho! Soalnya kan ..."
Samar-samar pembicaraan Mars dengan ketiga orang tersebut masih bisa didengar Linーyang tentu saja, masih belum lepas dari gendongan Sonic. Sonic merasa sudah waktunya untuk pergi bersama Lin, lantas ia berucap, "ayo pergi sekarang."
Kali ini, Sonic pergi membawa pergi Lin dengan kecepatan suaranya.
"AAAAHH, SHAN, PEGANGIN DULU!" Wina memekik keras kepada Shan yang memiliki riwayat pernah menjadi bagian dari dewan pramuka.
"TANGANKU CUMA DUA!" Baik Shan maupun Wina, mereka sama-sama kesulitan untuk membangun tenda tersebut. Di balik kesulitan mereka, akan selalu ada orang yang tertawa di atas mereka.
"WKWKWKWKK BENGEK HYUNG😰"
"Ya ampun, Nathy kenapa?" ucap Key.
Pss, Nathy udah pindah server, sih. Tapi katanya, dia bakal cepet bosen dan bisa aja balik ke server pergepengan dan jejepangan:D
Nah, di sini, di halaman yang luas iniーhalaman yang masih dekat dengan Rumah Halu. Mereka semua tengah mempersiapkan kemping yang sudah mereka katakan kepada Lin, yang masih entah kemana dibawa oleh Sonic.
Dan lagi, dibalik pasangan yang uwu, selalu ada saja yang julid. "Kapan, ya, Dazai bisa jadi waras dan uwu kayak Sonic? Tapi, kalau waras, harus dibawa ke psikolog beneranー eh, tapi ke psikolog gak harus nunggu Dazai waras dulu, kan?" Yah, ujung-ujungnya mempertanyakan kecocokan diri sendiri dengan husbu yang ngantri minta, ekhem, dibelai?
"Kak Mars, kok Lin sama Sonic masih belum dateng, sih?"
"Key bisa bersiul?"
"Eh, bisa, tapi suaranya enggak sebegitu besar."
"Coba aja bersiul."
"Aku coba."
Key segera menuruti perkataan Mars, ia menarik napas panjang untuk mempersiapkan siulannya. Setelah itu, ia bersiul dengan datar dan panjang dengan suara yang setidaknya bisa didengar oleh semua orang yang ada di halaman.
Tepat setelah siulan Key berhenti, ada suara seperti gesekan rerumputan yang muncul di belakang Key, karena ada sesuatu yang tiba-tiba saja muncul menginjakkan kakinya di sana, membuat segala perhatian yang ada tertuju kepada mereka. Itu adalah Sonic dan Lin yang muncul dengan cara yang sama seperti Sonic yang membawa pergi Lin jalan-jalan entah ke mana.
Mars tak berkata apapun lagi. Ia hanya tersenyum dan memberikan anggukan kecil kepada Sonic, Sonic pun balas mengangguk. Ia kemudian melepaskan syal ungunya, lalu melilitkannya di kepala sekitaran mata Lin. Lin yang tahu apa maksud Sonic dan teman-temannya mempersiapkan semua ini, hanya tertawa menahan kupu-kupu yang menggelitiki hatinya.
"Ahaha, ya ampun. Aku kira apa, ternyata mau kasih kejutan?" ujar Lin.
Ketika pandangan Lin menggelap, Lin bisa mendengarkan samar-samar keributan di sebelah sana. Ada sedikit kata-kata berupa jangan, nanti, dan puding.
Yah, siapapun di rumah halu tahu, siapa orang yang erat kaitannya dengan puding sekaligus pelalu dari dimulainya keributan tersebut. Lin kembali tertawa, tetapi ia semakin tidak nyaman dan gugup karena matanya ditutupi oleh syal Sonic.
Sedetik kemudian, Lin merasa ada tangan seseorang yang meraih jari-jarinya. Tangan tersebut mengangkat jarinya dengan lembut, lalu kemudian menciumi tangannya sehingga napas hangat pun dirasakan pori-pori tangan Lin.
"Sonic-!" Lin terkejut dengan perlakuan Sonic.
Tangan kiri Sonic mendekatkan tubuh Lin kepadanya, supaya Lin tidak merasa gugup, dan itupun membantu agar yang lainnya memiliki waktu lebih untuk bersiap.
Aku iri - Shaa.
"Sudahh!" seru Shi.
Lin kembali mendengar langkah-langkah seperti suara jalan tentara yang tidak seirama dan gaduh, kemudian sunyi sekali, dan hanya ada angin yang menjadi pengiring suaranya.
Lalu, tangan Sonic mengitari kepala Lin untuk melepaskan syal berwarna ungu tersebut, ia menarik syal tersebut dengan cepat tetapi lembut. Sementara Lin mengerjapkan matanya karena penglihatannya yang dihalangi hingga hanya gelap gulita, kemudian disambut dengan suatu cahaya besar di belakang Sonic yang masih berdiri menghalanginya.
Setelah Sonic berlalu pergi untuk membiarkan Lin melihat pemandangan tersebut, sorak-sorai ucapan selamat ulang tahun pun terdengar.
"Selamat ulang tahun, Lin-chwan!!"
Mata Lin menangkap banyak sekali unsur keindahan yang sudah dipersiapkan teman-teman rumah halu. Seperti sebuah tenda raksasa yang seakan dikhususkan untuk seseorang yang penting, karena status sosial; keluarga bangsawan. Dan lalu ada beberapa tenda yang lebih kecil dari tenda besar yang ada di tengah-tengah tenda-tenda kecil tersebut. Dan teman-temannya berdiri di depan semua tenda yang ada.
Kemudian, di depan banyaknya tenda dan tempat berdirinya orang-orang tersebut, ada sebuah api unggun yang ukurannya cukup besar untuk memanggang beberapa ekor ikan kakap merah yang terkenal dengan ukurannya yang besar. Bahkan dari tempatnya berdiri, ia bisa merasakan kehangatan dari api unggun itu.
Pss, kenapa api unggunnya cepat buat dinyalakan? Karena kak Mars minta Hanketsu wo Kudasu-nya Diluc! ^^
"Lin, AKU SAYANG LINNNN!!! UWWOOOOOOHH!" Shaa bersorak seperti kerasukan reog.
"Kak Lin, ini aku buatin puding! Tapi nanti Runa minta!"
"Kita bikin kue buat Kak Lin, lho!"
Fokus Lin langsung tertuju pada bentuk kue yang ditunjukkan oleh Shi, dan kue tersebut dibawa oleh Rei seraya memberikan senyuman kepada Lin. Lalu Lin mendekati Rei, dan meneliti kue tersebut sebaik mungkin sebelum akhirnya tertawa lepas.
"Astagaaa, kuenya begini?! Hahahahaha!"
"E-eh? Kenapa? Aneh? Bukannya kamu suka game Minecraft, ya?" ucap Wina dengan air muka kebingungan. Karena ia sudah vakum dari bermain permainan kotak tersebut, maka dari itu ia memastikan jika ia tidak salah mengusulkan ide bentuk kue ulang tahun Lin.
"Ahahaha, bukan. Unik aja, aku suka!" Lin berkata dengan ekspresi yang amat teramat bahagia.
"Wah, kalau aja kamu gak suka, kuenya udah aku lemparin ke Shaa," kata Sharon, yang suka cari gara-gara.
"KOK??"
Antara tidak mau ikutan berdebat, atau ingin segera melaksanakan rencana besar mereka untuk Lin. Key berucap untuk memberikan penawaran kepada Lin. "Mau main game?"
"Game?"
"Kamu pasti suka. Kalau enggak, protes ke Shi." Kini giliran Shi yang dikambing-hitamkan oleh Sharon. Umat Sh satu ini suka ceplas-ceplos sana sini.
"Stress." Shi tidak terlalu mempermasalahkan tingkah edan Sharon, dan hanya berkata sinis saja.
Namun, sebelum bermain game, mereka terlebih dahulu melakukan acara tiup lilin, potong kue, dan berdoa untuk kesehatan dan kesuksesan Lin selama satu tahun ke depan dan seterusnya.
Setelah itu, game yang mereka sebut sebagai 'Oh Creeper! Kejarlah dia, larilah dari kami' itu merupakan permainan yang di mana ada beberapa ketentuan permainan yang harus dilakukan.
Mereka akan melakukan hompimpa, orang pertama yang keluar akan menjadi creeper, orang kedua keluar akan menjadi 'kucing', sementara sisanya menjadi pemain. Creeper sendiri adalah salah satu mahklukーpara pemain menyebutnya sebagai mobーyang paling dibenci karena sering kali muncul dari belakang player ketika sedang bermain, dan meledakkan diri mereka sendiri sehingga tak jarang membunuh pemain di game. Dan kucing sendiri adalah kelemahan creeper, creeper akan kabur jika ada kucing di dekat mereka.
Lalu di permainan bersama Lin, creeper akan mengejar pemain manapun yang ada di dekatnya sembari ditempelkan beberapa balon di tubuhnya, dan jika pemain disentuh oleh creeper maka pemain dinyatakan kalah. Creeper harus terus melakukan itu sampai semua pemain habis.
Di samping itu, tugas kucing adalah melindungi pemain daripada disentuh oleh creeper. Kucing tidak boleh melakukan apapun selain melindungi pemain, jika creeper bersentuhan dengan kucing, maka creeper otomatis kalah.
Sementara creeper disibukkan oleh si kucing, maka tugas pemain adalah meletuskan balon-balon yang tertempel di tubuh creeper. Jika semua balon diletuskan, maka pemainlah yang menang.
Lin merasa tidak ada hari yang lebih baik dari hari ini. Lin dan teman-teman bermain dengan gembira, makan sampai kenyang sampai larut malam dan bulan membumbung tinggi di atas kepala.
Cuaca tampak sangat cerah, tidak ada awan mendung di atas perkemahan mereka.
Kini mereka beristirahat, duduk-duduk mengelilingi api unggun tuk menjaga kehangatan mereka di malam yang dingin nan sunyi.
Konon katanya, di tengah-tengah orang ngenes, ada mereka yang suka uwu-uwu sendiri. Diluc memiliki ciri khas berupa api, karena itu tubuhnya sangat hangat, Mars mengajak Diluc untuk duduk-duduk berdua saja dan mencoba menyerap kehangatan yang terpancar dari tubuh Diluc.
Sementara Lin, dengan Sonic yang merupakan seorang ninja, kembali pergi entah kemana. Mereka mengambil banyak waktu untuk berduaan saja.
Katanya, Lin hanya menganggap Sonic sebagai besto friend-nya saja. Namun ketika Shi coba-coba untuk mendekati Sonic, Lin justru ngambek dan tidak mau mengakui kalau dia cemburu. Ditambah momen pada hari ini, yaitu ketika Sonic menciumi tangan Lin dan memeluk erat Lin yang gugup akan kegelapan yang membutakan matanya.
Semuanya melihat itu.
Dasar tsundere.
Siapapun tahu, jika sebenarnya hubungan Lin dan Sonic itu lebih dari sekadar sahabat. Walau begitu, Lin masih saja kekeuh dengan pikirannya sendiri jikalau perlakuan Sonic kepadanya itu adalah TTM, alias Teman Tapi Mesra.
Oh, sungguh, apakah Sonic tidak patah hati jika ia hanya disebut teman, dan bukan lebib dari itu? Yah, mungkin saja yang sebenarnya adalah Lin masih terlalu malu untuk mengumbar hubungan romantis semacam itu kepada yang lain, karena tidak semua hal harus diperlihatkan ke semua orang, kan?
Malam ini, bulan bersinar terang. Lin × Sonic sedang terduduk di pinggir sungaiーentah bagaimana mereka bisa menemukannya, atau sampai di sana.
"Hei, Sonic."
"Hm?"
"Ayo liburan."
"... Huh?"
Dikala yang lainnya tengah tidur di dalam tenda, Lin justru masuk diam-diam ke dalam kamarnya. Tidak, ia bukannya ingin tidur, tetapi ia berkemas-kemas untuk liburan diam-diam tanpa diketahui teman-teman.
Sonic sudah menunggu di luar, ia akan menemani Lin ke manapun mereka pergi.
Setelah selesai berkemas, Lin menarik napas panjang. Di kepalanya terpikirkan berbagai macam kilasan peristiwa, baik yang sudah terjadi maupun yang masih menjadi angan-angan saja.
Lin segera beranjak ke pintu depan, akan tetapi tidak seharusnya ia pergi diam-diam seperti itu. Ia harus pamit, barang hanya ke satu orang saja.
"Nanti kamu bakal bawa pulang oleh-oleh, kan?"
"Kak Sharon..."
Sharon tersenyum sembari melipat kedua tangannya di depan dada. "Jangan khawatir, aku izinin."
"Iya, makasih..." Lin ikut tersenyum, dan ia melanjutkan apa yang sudah ia tunda.
Lin membuka pintu utama rumah halu. Suara kecil di malam hari akan menjadi suara sebesar guntur, seperti suara hati. Ketika pintu itu dibuka dan kemudian ditutup kembali, Sharon masih belum beranjak di sana.
Sementara di luar, Lin menatap sejenak bangunan di hadapannya. Bangunan yang sudah sembilan bulan ia jadikan sebagai rumahnya. Tempat ia berpulang dan mengistirahatkan beban serta pikirannya. Melepaskan apa yang selama ini mengganjal di dalam benaknya.
Bersamaan dengan sunyinya malam hari di kala sang bulan purnama merangkak naik ke atas, Lin pun membalikkan tubuhnya. Meninggalkan sebuah kenangan, tidak, melainkan kenangan yang tak terhingga di balik punggungnya. Namun, percayalah, semua itu tetap tersimpan rapi di dalam sudut relung hatinya.
***
From, DeadChuu
Ola, sensei(◍•ᴗ•◍)
Happy brojol dey, sensei(☆▽☆). Ditunggu gopudnya di depan rumah>3.
Harap dan doaku biasa saja, kok. Asal kamu bahagia dan merasa cukup dengan dirimu sendiri dan sekitarmu, aku juga akan turut dalam kebahagiaanmu! ❤️. Pokoknya, happy birthday, sayang. Wish u all the best❤️.
With sweetest cookie,
Sharon.
*^*
From, justcallme_shi
Met ultah. Semoga habede, Kak🌹
*^*
From, Shaniasukamto
Habede meow meow meow
Meow meow meowwww:((
Meowwww Lop yu(๑♡⌓♡๑)
— Shan yang lagi stress, maap
*^*
From, BadassMochi
Happy birthday, Lin.
Wish u all the best. Semoga kamu panjang umur, sehat selalu, makin sayang sama Tuhan serta keluarga kamu.
Meskipun kamu udah gak di sini lagi sama kita, kamu tetap ada di hati kita kok. Jaga diri baik-baik ya. Semangats terus sekolahnya. Lakukan semua hal yang kamu suka. Satu lagi, jangan lupain kita ya!! <3
- Dari istrinya Chifuyu.
*^*
From, LadyBrownies
Lin, Lin, Lin, Lin, Lin × (ayangnya Lin)
Yang paling tahu kamu itu cuma dirimu sendiri, aku percaya sama kamu yang tahu apa hak yang terbaik buat kamu.
Selamat ulang tahun, terima kasih sudah kuat buat satu tahun tambahan ini. Semoga selalu sehat jiwa raganya, dan dikelilingi sama orang yang sayang dengan Lin.
We lop u<3
*^*
From, susukadaluarsa
Selamat ulang tahun, Lin. Sebenarnya doaku basic aja sih ya—
Semoga umur kamu diberkahi dan kamu semakin berkembang ke depannya ❤️
*^*
Selamat habede, Lin kesayangan💞
Maaf, kalau selama ini kami masih belum bisa jadi apa yang sesuai harapanmu. Sebagai gantinya, kami akan berdoa supaya di umurmu yang ke *sensor* ini, harapanmu akan dikabulkan sama yang di atas.
Maaf atas keterlambatan hadiah dari kami yang tidak seberapa ini, semoga kamu suka, yaa<3
💓💖💗L O V E💘💝💟
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro