୧ *·˚ 1.6 • Perlahan tapi pasti┆↰
"Perasaanmu itu mulia sekali, tapi kau tak punya waktu lagi sebelum pertarungan pertama. Selain itu, Yuuki Makoto-kun mungkin saja telah dipaksa menyerah agar berganti unit. Meski begitu, kau masih ingin pergi?" Tanya Rei memastikannya lagi.
Subaru menoleh kearah [Name] dan hanya dibalas senyuman tulus. 'pergilah! Raih cahayamu!' itu yang di artikan oleh Subaru lalu ia berlari ke dalam area gedung sekolah dengan cepat.
"Kalau begitu, aku permisi untuk melihat unit lainnya." Pamit [Name] lalu melenggang pergi.
༆ | "Bahasa Jepang"
༆ | "Bahasa Indonesia"
༆ | "Membatin"
Warning
OOC
Kata kata tidak baku
Typo bertebaran
Bahasa kasar dimana mana:)
Kalo ada kata atau kalimat yang kurang tepat mohon dikoreksi ( ◜‿◝ )
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
[Name] POV
"Aku harus kemana dulu?"
Oke, sekarang aku bingung mau kemana... Mau ke Hoku-chan... Gak dulu deh.
"Oi, jangan menonton sambil duduk di situ." Hm? Itu Akatsuki sama... Maa-chan!!
Mereka lagi berbincang ya. Yah~ gak akan kedengaran sih tapi dari raut wajah Maa-chan dan Megane senpai, sepertinya lagi memberi arahan(?).
Oh! Kuro senpai menunjukku. Aku melambaikan tangan sebagai respon. Tak lama dari itu Maa-chan menghampiriku.
"[Name], kenapa kau di sini." Tanya Maa-chan.
"Ya~, awalnya mau ke tempat Hoku-chan, tapi gak dulu, jadi kesini deh." Jawab ku mungkin sedikit berbohong tapi masih ada benarnya.
"Begitu. Ayo, sepertinya mereka sudah menunggu!" Aja Maa-chan meraih tanganku dan membawaku.
"Eh? Iya, ayo!"
[Name] POV end
"Tunggu Maa-chan! Kau harus ganti baju dulu!" Seru [Name] yang mengikuti kecepatan berlarinya Mao.
"Baiklah!"
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Kalian terlambat loh!"
Seruan terdengar dari atas panggung, terlihat sudah ada dua unit yang berada di atas, beberapa member Knights, Mao, dan satu orang misterius memakai topeng.
"Isara-kun?!" Seru Makoto terkejut.
"Mau seberapa cerdasnya aku, kalau melawan Knights dengan dua orang itu masih kurang, 'kan. Iya, kan?" Tanya Mao melirik orang yang memakai topeng.
"Jangan kayak ketemu hantu gitu, dong."
"Tapi, Sally... Nande?" Tanya Subaru menunjuk Mao.
"Karena pada akhirnya aku ini tetaplah bagian dari Trickstar." Jawab Mao.
Di belakang panggung, berdiri seorang gadis bersurai abu yang mengembangkan senyum leganya, yang tak lain adalah Sena [Name].
"Sekarang harus ke tempatnya Ryuseitai." Monolog [Name] sembari berlari tanpa mengetahui bahwa sedari tadi ada yang mengawasinya.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Yah~ dah mulai." Kecewa [Name] sembari mengatur napasnya.
Dengan rakus [Name] meraup oksigen di sekitarnya tanpa memperhatikan yang lain.
"Wuih, sengit juga. Ini belum final 'kan?" Melihat kearah panggung yang menampilkan Fine melawan Ryuseitai.
"Gak nyangka, rencana ku bisa bikin sesengit ini."
Pertarungan terus berlanjut yang berakhir dimenangkan oleh unitnya Eichi, Fine. [Name] berjalan kearah belakang panggung untuk menyiapkan minum untuk Ryuseitai.
Ryuseitai pun turun dengan lemas, tidak bagi Chiaki. Tetora yang dipapah oleh Shinobu dan Kanata, Midori yang memang pada dasarnya tidak bersemangat dan Chiaki yang senantiasa menyemangati mereka.
"Otsukare minna!" Sambut [Name]. "Ini untuk kalian." Lalu menyerahkan masing-masing satu handuk dan air mineral.
"Oh! [Name]! Arigatou!" Ujar Chiaki yang mengambil duluan.
"Arigatou~ [Name]~"
"Arigatou -ssu!"
"Arigatou Sena-dono!"
[Name] mencari satu member lagi dan ternyata dia sedang berjongkok dekat panggung. "Takamine-kun, douzo." Sondor [Name] pada Midori.
"Arigatou... Sena senpai..."
[Name] memberikan senyuman sebagai respon. Detik kemudian [Name] memperhatikan satu persatu dari mereka.
"Mereka kecapean banget... Jadi teringat masa lalu." Batin [Name] menghangat. "Tunggu... Emang aku punya masa lalu yang hangat?"
"[Name]!" Panggil Chiaki yang sedang menggendong Shinobu.
"Macem bapak sama anak." Batin [Name] melongo. "Ada apa, senpai?" Tanya [Name].
"Rencana pertamanya berhasil, berkat dirimu!" Puji Chiaki.
[Name] memiringkan kepalanya tanda bertanya lalu detik selanjutnya ia mengerti maksud Chiaki.
"Ie ie, yang melakukannya kan kalian, aku hanya menyusun rencana saja." Ujar [Name] sembari menggaruk belakang kepalanya.
"Yosh! Karena kita sudah selesai, ayo istirahat. Hero pun membutuhkan istirahat setelah bekerja!" Seru Chiaki menuntun jalan di depan.
"[Name]~ kau jangan memaksakan dirimu ya~ istirahatlah sebentar~." Ujar Kanata mengingatkan.
"Eh, haik aku akan istirahat setelah mengurus 2Wink."
Mereka— Ryuseitai pergi menjauhi [Name] yang berdiri di belakang panggung sendirian. Setelah punggung mereka menghilang dari pandangan, [Name] melanjutkan tugasnya kembali.
"Moga aja belum mulai." Dengan cepat [Name] berlari kearah panggung lain.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Matahari mulai turun menandakan waktu sore menjelang malam, walaupun begitu S1 masih harus berlanjut sampai malam.
Di belakang gedung sekolah, terdapat empat orang yang sedang beristirahat melepas lelahnya hari ini.
"Akhirnya bisa bernapas juga. Pertarungan berturut-turut tadi itu kacau banget."
"Otsukare Sally, Ukki to Anzu mou ne."
"Mou, aku kalah deh. Hontou otsukaresama minna."
"Ung!, bisa bilang 'Otsukaresama' seperti ini rasanya seperti mimpi!" Ujar Subaru yang senang. "Meski kurasa akan lebih bagus lagi kalau Hokke juga bisa ikut kita."
"Dia itu juga berada di posisi yang sulit, loh. Salah selangkah saja, aku bisa jadi anggotanya Akatsuki." Timpal Mao
"Syukurlah kamu mau kembali loh, Sally! Suki suki daisuki!" Ujar Subaru melompat kearah Mao.
Mereka tertawa melihat kelakuan Subaru yang aktif kembali seperti semula.
"Mereka santai banget, ya."
"Mereka ini lupa daratan kali, yah."
"Iya nih. Nggak sopan."
"Hush! Gak boleh begitu kalian berdua."
"2Wink, kalian lancar?" Tanya Subaru pada kembar Aoi.
"[Name], kau jadi seperti Ritchan." Ujar Mao.
"Benarkah? Mungkin karena kelelahan jadi begini." Sahut [Name] yang ada di punggung Yuta dan langsung turun.
"Senpai, sudah tidak apa?" Tanya Yuta khawatir yang dapat anggukan dari [Name] sebagai jawaban.
"Mana mungkin lancar! Kami ini sedih sekali, loh." Hinata menjawab pertanyaan dari Subaru tadi.
"Meski keadaan kami baik-baik saja, sih. Soalnya kami kalah putaran kedua. Sudah nggak punya tenaga banyak." Tambah Yuta dengan lebih tenang.
"Kalian kalah?" Tanya Makoto.
"Sakuma senpai yang minta pada kami. Demi kemenangan di akhir, kami, 2Wink, akan menjadi korban kecil." Jelas Yuta.
"Mengikuti petunjuk yang diatur oleh Ryuseitai." Hinata menambahkan sedikit.
"Apa maksud kalian?"
Mereka menceritakan keadaan pertandingan antara Ryuseitai dan Fine tadi siang.
"Chi-chan senpai..."
"Dengan rencana yang disusun oleh Sena senpai dan dibawah perintah Sakuma senpai, unit yang lain pun mengerahkan segalanya pada Fine." Jelas Yuta lagi.
"Kami juga sudah berjuang, loh!"
"Hina-chan, kamu malah terlalu banyak bermain. Bahaya tau tiba-tiba lompat ke arah Tenshouin senpai tadi." Peringat [Name] yang ada di samping Mao sembari mengingat kejadian tadi.
"Hehe, entah kenapa menyenangkan, jadi nggak bisa menahannya, senpai."
"Pokoknya, semua sudah mengerahkan yang mereka miliki demi kalian. Kami menaruh harapan pada kalian.
Kalian telah membawa angin perubahan ke sekolah ini, jadi kami tahu kalian pasti akan berbuat sesuatu di DDD ini. Berjuanglah juga untuk semifinal-nya, ya." Ujar Yuta mewakili harapan seluruh unit.
"Ya! Kami, Trickstar, akan menunjukkan penampilan terbaik!" Ujar Subaru yang semangatnya telah kembali.
[Name] hanya memperhatikan mereka yang berbincang dengan semangat, sama halnya dengan Anzu.
[Name] merogoh sakunya untuk mengambil handphone nya, tapi ia merasa ada sesuatu selain handphone nya. Secarik surat tersimpan di sana.
"Oh? Aku lupa."
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Uh... Petinya nyaman juga."
Tunggu kenapa [Name] ada di peti mati milik Rei? Sebenarnya sedari tadi sore, [Name] sudah ingin tidur tetapi tugas nya masih belum selesai. Jadi mau tidak mau harus mengerjakan nya terlebih dahulu.
Setelah 2Wink selesai tampil, barulah [Name] bisa istirahat. Ya, istirahat bukan tidur. Kembar Aoi membawa [Name] ke club musik untuk meminta izin pada Rei untuk meminjam peti mati miliknya agar [Name] bisa tidur sebelum acara berlanjut.
Mereka sudah dapat izin dari si pemilik, tetapi [Name] memaksa untuk tidur nanti saja saat di rumah. Mau tau apa yang terjadi? Ya, [Name] diangkat paksa oleh Rei dan menidurkannya di peti miliknya. Tentunya di temani oleh Rei sendiri sampai [Name] tertidur.
"Aku harus cepet ngasih surat ini ke Hoku-chan." Ujar [Name] yang keluar dari peti mati dan keluar dengan berlari agar cepat sampai. Toh, gedung sekolah sudah sepi, walaupun tetap saja tidak di perbolehkan.
"Amazing! Kau mau kemana berlari seperti itu, Hime-sama~?" Seru seorang pria dari atas yang menggunakan balon udara.
"Geh! Hentai kamen senpai da!" Gerutu [Name] terkejut.
"Fufu~ hup!" Pria itu loncat dari balon udaranya. "Oya? Untuk siapa surat itu?" Tanya nya.
"Huh? Ini untuk Hoku-chan, sudahlah aku buru-buru senpai." Ujar [Name] yang hendak berlari lagi.
"Kalau begitu..." Pria itu— Wataru mengangkat tubuh [Name] dan membawanya terbang bersamanya.
"Tidak lagi!!"
"Sssttt~ dengan begini kita akan lebih cepat sampai, jadi berpegangan ya~ AMAZING~!" Ujar Wataru.
"Lelah hayati ini." Batin [Name] yang pasrah dengan keadaannya sekarang.
[Name] hanya pasrah berpegangan pada seutas tali di dekatnya sembari melihat pemandangan dari atas, bagus juga. Tak lama mereka sampai di atas aula. Dengan tiba-tiba Wataru loncat dari atas dan tentunya membawa [Name] di gendongannya. [Name] yang berada di gendongan Wataru terus berkomat-kamit membaca doa supaya gak ada luka apalagi meninggal.
Kan gak lucu meninggal dua kali, dan penyebabnya cuma jatuh dari balon udara yang tidak terlalu tinggi.
"SENPAI!! KALAU MAU LONCAT KASIH ABA-ABA DONG! JADI SENAM JANTUNG NIH!" Protes [Name].
"[Name]?!" Hokuto langsung berlari kearah [Name] yang berjongkok untuk menetralkan jantung yang memompa dengan cepat.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Draft nya abis (╥﹏╥). Ada yang sekolah nya pake kurikulum merdeka gak? Gimana rasanya? Pasti capek kan? Sama kok aku juga (╥﹏╥)
Oke itu aja, see you next chapter and don't forget to vote (。•̀ᴗ-)✧
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro