(05)
"Kami berangkat!" seru Atsumu dan Osamu sambil membuka pintu depan. Mereka harus buru-buru berangkat kalau tidak mau mendengar ocehan dari kapten mereka.
"Abang! Tung--"
Brak!
"--gu...." (Name) berkacak pinggang sambil menghela napas kasar. Hari ini ada ramalan cuaca yang mengatakan hujan akan turun, dan kedua kakak laknatnya itu sama sekali tidak membawa payung?!
"Ah! Bodo amat, deh!" (Name) mengusap wajahnya kasar lantas berjalan menuju kamarnya, mengambil tas sekolahnya, lalu mengunci pintu rumahnya begitu ia keluar dari rumah bercat putih tersebut.
Orang tua mereka bertiga sedang bertamasya dengan teman-teman mereka. Jadi ibunya menitipkan urusan rumah pada (Name). Yah, asalkan (Name) dibelikan oleh-oleh, sih, ia tak keberatan.
(Name) merogoh saku celananya dan membuka ponselnya. Jari-jari kecilnya mengetik sebuah pesan yang akan dikirimkannya kepada Atsumu.
[You]
Hari ini aku pergi
ke rumah temanku buat
kerkom. Pintu udah
ku kunci, abang bawa kunci
cadangannya 'kan?
Setelah mengetik pesan singkat tersebut, (Name) pun kembali memfokuskan pandangannya kepada jalanan kemudian berangkat menuju rumah temannya.
¤♡¤
"Aku pulang," ucap (Name) begitu masuk ke dalam rumah. Ia segera menutup payung yang baru digunakannya. Ramalan cuaca itu benar, hujan saat ini tengah turun lebat.
Pintunya sudah tidak terkunci, berarti kedua kakaknya sudah pulang terlebih dahulu. Penasaran karena tidak ada satupun suara yang menyahuti, (Name) lantas langsung berjalan menuju ruang televisi.
Tidak ada orang, (Name) melanjutkan langkahnya menuju lantai atas. Ia sekarang tengah berdiri di depan pintu kamar kakaknya. Dengan sangat hati-hati, (Name) mengetuk seraya memanggil nama kedua kakaknya. Gadis bersurai hitam itu menghela napas lega begitu mendengar deheman dari dalam sana.
Dengan segera, ia melangkah menuju kamar mandi dan segera melepaskan semua pakaiannya. Menghidupkan shower air panas, dan segera menghangatkan diri dengan guyuran air hangat.
Begitu keluar dari kamar mandi, asap mengepul di sekitar badan (Name). Rambut hitam sebahunya tengah diusak-usak menggunakan handuk lembut. Pakaian casual yang tadinya basah karena air hujan, sudah tergantikan oleh pakaian rumahan ala (Name). Kaus pendek dan celana pendek sepaha menempel sempurna pada tubuh (Name).
Ia keluar dari kamar untuk menuju ke lantai bawah. Namun langkahnya terhenti begitu merasakan ada sesuatu yang janggal. Tidak ada suara ribut dari kamar kakaknya, padahal biasanya mereka selalu meributkan hal sekecil apapun.
Penasaran karena suasana hening yang biasanya tidak tercipta, (Name) pun melangkah masuk dan memasang wajah bingung karena melihat kedua kakaknya membungkus dirinya masing-masing menggunakan selimut.
Gadis bungsu tersebut langsung berjalan menuju ke arah kasur yang berada di kamar tersebut. "Abang, kau kenapa?" tanya (Name) sambil menggoyang-goyangkan badan Atsumu yang membelakanginya.
"Hemmh, (Name)?" Atsumu berbalik menghadap (Name), membuat gadis berperawakan mungil itu terkejut karena melihat hidung Atsumu yang memerah.
Ia pun segera menyentuh dahi Atsumu, hangat. Sekarang ia menuju ke arah Osamu yang berada di ranjang atas, hangat juga. Sepertinya mereka berdua kehujanan dan terserang demam ringan.
"Kok bisa demam?" tanya (Name) sambil meletakkan kompres di dahi Atsumu dan Osamu.
"Lupa bawa payung," jawab Osamu seraya mengusap hidungnya.
"Bodoh, aku 'kan udah nyuruh kalian buat bawa payung," omel (Name) kesal. Lihat, sekarang siapa yang repot?
"Maaf," ucap Atsumu dan Osamu bersamaan.
(Name) yang mendengarnya pun menghela napas panjang. "Hah, ya udah ku buatin bubur buat kalian dulu biar bisa makan obatnya," pamit (Name) sebelum keluar menuju ke dapur.
(Name) segera membawakan dua mangkuk bubur untuk kedua kakak kembarnya. Dengan hati-hati, ia memberikan masing-masing satu mangkuk untuk Atsumu dan Osamu. Ia tersenyum senang karena mereka makan dengan tenang, padahal biasanya akan ada suara-suara menyebalkan yang mengisi.
"Lain kali jangan hujan-hujanan lagi," nasehat (Name) yang dibalas anggukan dari keduanya.
======================
Bonus story :
"(Name), suapin."
"Huh? Bang Samu 'kan bisa sendiri."
"Aku aja, deh, yang disuapin!"
"Eng--"
"Heh, Tsumu. Aku yang minta duluan."
"Maksudmu? Udah dengar 'kan kalau (Name) enggak mau? Ya udah jadi aku aja."
"Meh, (Name) palingan juga nolak."
"SEMBARANGAN!"
"DIAM! KALIAN INI LAGI SAKIT ATAU ENGGAK, SIH?!"
****
(A/N):
Hehe, tugas menumpuk seperti dosa.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro