Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(03)

Jam pelajaran sekolah telah berakhir. Semua siswa berhamburan keluar kelas untuk menuju rumah masing-masing.

Begitupun dengan (Name) yang tengah membereskan peralatan sekolahnya. Ketika ingin mengambil bukunya yang terletak di laci, maniknya menangkap sebuah benda putih kecil.

'Dari siapa ini?' batin (Name) ketika melihat benda tersebut yang ternyata adalah sebuah surat.

Karena penasaran, (Name) pun membuka isi surat tersebut. Maniknya melebar begitu membaca isinya.

oOo

Dear Miya (Name).

Pertama, aku ucapkan terima kasih karena telah hadir di kehidupanku yang singkat ini. Kehadiranmu itu, bagaikan seseorang yang telah mendapatkan segalanya.

Aku menyukai semuanya darimu. Mulai dari caramu bicara, caramu makan, caramu berjalan, suaramu, matamu, hidungmu, dan lainnya. Entah kenapa saat pertama kali aku melihatmu, jantungku berdegup kencang. Padahal biasanya tidak seperti ini.

Tidak udah basa-basi lagi. Miya (Name), maukah kau menjadi kekasihku?

Tidak perlu cepat-cepat menjawab, pikirkanlah dulu matang-matang perasaanmu. Jika sudah siap, temui aku di atap sekolah pada jam istirahat kedua.

- Aizawa Hiromi

oOo

Wajah (Name) memerah. Ia tidak salah baca, kan? Di situ benar-benar tertulis Aizawa Hiromi, bukan?

Aizawa Hiromi adalah siswa terpopuler dikalangan anak kelas 1. Itu karena kepribadiannya yang baik, pintar, dan wajahnya yang bisa dibilang tampan. Hampir semua siswi di sekolah mengidolakan Aizawa.

Bahkan (Name) mengakui bahwa dirinya juga mengagumi Aizawa. Hanya sebatas mengagumi, bukan menyukai. Dua hal itu sangatlah berbeda, benar?

(Name) pun memasukkan surat tersebut ke dalam tasnya dan pulang ke rumah. Berharap semoga kedua kakaknya tidak menemukan surat tersebut.

****

"Aku pulang," ujarcap (Name) kala memasuki rumahnya. Oh, sepertinya belum ada yang pulang ke rumah selain dirinya.

Hati (Name) saat ini berbunga-bunga karena mendapat surat cinta dari salah satu idola sekolah. Tapi bukan berarti (Name) akan membalas perasaannya, lho. (Name) hanya mengaguminya. Me-nga-gu-mi.

"Kami pulang!" seru Atsumu dan Osamu seraya menutup pintu rumah mereka. Hari ini merupakan hari yang melelahkan bagi mereka berdua.

"Selamat datang, Bang. Mau dibuatin es teh, enggak?" tawar (Name) yang muncul dari balik pintu dengan senyumannya.

"Hah?" Atsumu dan Osamu tentu saja terkejut mendengar tawaran (Name). Tidak biasanya dia bersikap baik seperti ini. Ia sedang kerasukan sesuatu, kah?

Tidak, tidak. Mereka harusnya bersyukur (Name) bersikap seperti ini. Semoga saja sikapnya menjadi seperti ini selamanya.

Tapi masih ada yang membuat mereka berdua penasaran. Kira-kira, apa yang membuat adik mereka mendadak bersikap baik seperti itu?

Atsumu dan Osamu pun saling bertukar pandangan. Mereka berdua menyeringai, sepertinya pikiran mereka berdua sama.

Saatnya..............






























DETEKTIF TSUMU DAN SAMU /plak


Bercanda.

Atsumu dan Osamu mulai menyelidiki apa yang terjadi. Mulai dari memperhatikan kamar (Name), sampai memperhatikan tingkah lakunya lebih intens.

Namun nihil, tidak ada petunjuk apapun tentang itu. Atsumu dan Osamu masih tidak menyerah. Mereka akan bertanya besok kepada salah satu teman (Name) bila perlu.

"(Name)! Aku pinjam pensilmu, ya?" seru Osamu dari lantai atas.

"Ya! Ambil aja di tas!" jawab (Name) dari lantai bawah mengijinkan. Dia Osamu, bukan Atsumu. Jadi tidak apa-apa, ia tidak perlu khawatir jika barangnya akan hilang atau rusak.

Osamu yang mendapat ijin dari (Name) pun membuka tas miliknya. Tangannya mencari pensil yang sedari tadi dicarinya. Ketika menemukan pensilnya, manik coklatnya menangkap sebuah benda putih aneh.

Netranya melebar begitu melihat apa  itu. Ia berpikir, mungkinkah ini yang menyebabkan (Name) senang hari ini?

Osamu meminta maaf kepada (Name) dalam hati. Ia mengambil pensil serta surat itu, lalu membawanya ke kamar miliknya dan Atsumu.

Atsumu yang melihat gelagat Osamu pun mengangkat alisnya heran.

"Ada apa?" tanya Atsumu keheranan.

"Kayanya aku tau alasan kenapa (Name) aneh," bisik Osamu pelan sambil mendekat ke arah Atsumu.

Atsumu menegak ludah, ia menatap tajam saudara kembarnya. Saat ini, keduanya tengah berada dalam mode serius.

"Apa?" tanya Atsumu.

Osamu mengangguk, kemudian memperlihatkan surat yang tadi ia ambil kepada Atsumu. Atsumu membukanya, kemudian membacanya bersama Osamu.

Kening mereka berkerut kala membaca isi surat tersebut. Lalu, mereka kembali bertukar pandangan dan mengangguk bersamaan.

"Abang!! Ayo makan malam! Kaa-san dan tou-san bilang mereka akan terlambat. Jadi hanya kita bertiga yang makan! Cepat turun ke bawah!" perintah (Name) dari bawah.

Atsumu dan Osamu yang mendengarnya pun langsung turun ke bawah.

"Ahh, aku pengen dapet surat cinta," goda Atsumu sambil memainkan kursi meja makan.

(Name) yang tengah memasak pun terkejut, Atsumu seperti menyindir dirinya. Tapi kakaknya tidak mungkin tahu. (Name) kan sama sekali tidak memberitahunya.

"Aku enggak bakalan ngasih tau kalian kalau aku dapet surat cinta."

Oke, sekarang (Name) benar-benar merasa tersindir. Ia menatap tajam kedua kakaknya kala menata makanan di meja makan.

Acara makan malam kali ini terbaluti suasana hening. Hanya suara gesekan sendok dengan piring yang terdengar.

Setelah makan malam selesai, Atsumu dan Osamu berniat untuk pergi ke kamar mereka berdua.

"Ehem!" Deheman (Name) menghentikan langkah mereka berdua. Gawat, apakah mereka sudah ketahuan.

"Bang, kita perlu bicara," ucap (Name) dengan nada yang serius.

"Kenapa, (Name)?" tanya Atsumu pura-pura tidak tahu. Sayang sekali bahwa aktingnya itu buruk.

"Bang Samu."

Osamu menegang. "Y-ya?"

"Abang tadi ngambil sesuatu selain pensil dari tasku, nggak?"

Keringat dingin keluar dari pelipis Osamu. "Ti-tidak, kok," elaknya.

"Benarkah?"

"A-aku pikir itu cuma sampah. Makanya aku mengambilnya, tapi ternyata itu surat. Aku enggak sengaja membacanya karena penasaran, hehe." Osamu terkekeh canggung. Ia tidak bisa berbohong.

"Sekarang, giliran kami yang tanya padamu. (Name), siapa Aizawa Hiromi? Apa hubunganmu dengannya?"

Tanya Atsumu dengan nada serius. Membuat tubuh (Name) sedikit menegang. Pasalnya, kakaknya yang satu ini jarang sekali bersikap serius.

"Huh? Abang enggak tahu? Aizawa 'kan siswa paling pemes di kalangan anak kelas satu. Lagipula tidak ada hubungan apapun diantara kami, aku hanya mengaguminya," jelas (Name). Kedua alisnya terangkat satu milimeter dari tempatnya.

"Jika tidak ada hubungan apa-apa, lalu apa maksud dari surat itu?" Kali ini Osamu yang bertanya. Serius, dia penasaran.

"Dengan membacanya sekali kalian juga tau kalau itu surat cinta. Lagian aku cuma mengaguminya, bukan menyukainya. Aku bingung doang bakal ngomong gimana ke dia."

"Abang aja yang bakal ngomong ke dia besok. Di atap sekolah jam istirahat kedua 'kan?"

Netra (Name) melebar mendengar hal tersebut. "Hei, kalian enggak bakal ngelakuin yang aneh-aneh 'kan?"

"Enggak, kami cuma bakal ngasih tau dia kalau kau menolaknya."

Perasaan (Name) terasa tidak mengenakan keesokan harinya. Seperti janjinya, (Name) pergi ke atap sekolah pada jam istirahat kedua. Dapat dilihatnya sosok Aizawa yang tengah menunggunya.

"Aizawa!" panggil (Name). Aizawa menoleh, wajahnya berbinar melihat kedatangan sosok (Name).

"Miya!"

Keheningan menyelimuti mereka berdua sesaat. "Jadi, bagaimana?" tanya Aizawa tanpa basa-basi. Ia benar-benar menunggu jawabannya.

"Eum, itu ...." (Name) terlihat ragu.

"Jauh-jauh lo dari adek gue. Adek gue enggak ada rasa ke elo. Bocah yang masih bau kencur kaya elo nggak pantes buat dia," sarkas Atsumu dan Osamu tiba-tiba.

Aizawa dan (Name) sontak terkejut dengan perkataan serta kehadiran mereka berdua.

"Oh, begitu .... Kalau gitu maaf udah merepotkan, Miya. Aku pergi dulu," ucap Aizawa sambil berlalu pergi.

"Eh, tunggu Aizawa!" panggil (Name). Namun Aizawa sama sekali tidak menggubrisnya.

Nghoghey bestie.

==================
Bonus Story :

"Abang! Tadi jahat banget sumpah!"

"Biarin aja, lagian masih kecil udah sok-sok an mau pacaran."

"Kau juga enggak suka ke dia 'kan?"

"Emang, tapi enggak gitu juga nolaknya. Besok kudu minta maaf ke Aizawa, lho!"

"Enggak mau."

"Pilih minta maaf pada Aizawa atau ku pukulin kalian sampe bonyok, jatah puding kalian aku makan, lalu kalian ku aduin ke Bunda sama Ayah?"

"KAMI AKAN MINTA MAAF!"

****

(A/N):
Sekali-kali update sore hari.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro